29.

9.2K 544 16
                                    


"Bundaaaa...." Azka berteriak sambil berlari ke arah Devina, tapi Davina tidak merespon apapun, dia hanya fokus menatap ke depan dengan pandangan yang kosong.

"Bunda kita main lagi yuk," ajak Azka.

"Bunda ih kok diem aja? Bunda kenapa?" Azka memeluk tubuh Davina dari samping, tapi Davina malah melepaskan pelukannya. Sakit? Tentu saja dia tidak tau salah apa sampai bundanya tidak mau berdekatan dengannya.

"Bunda? Azka salah apa?"

"Azka nakal?"

Davina hanya diam saja seolah dia menganggap hanya sendirian di sini, tidak ada Azka sama sekali, entah bagaimana air mata Davina terjun bebas membasahi pipinya.

"Bunda kok nangis? Bunda Azka minta maaf kalo Azka nakal," Azka terus berusaha menggenggam tangan Davina, tapi Davina malah menepisnya.

"Bunda, bunda maafin Azka bun---"

"DIAM KAU SIALAN!"

"DAVINA!!"

"Apa apaan kamu ini hah?! Jaga ucapanmu Davina, Azka anak kamu dan selamanya akan menjadi anak kamu!" Arsares berdiri di hadapan Davina yang masih menangis.

"Berapa kali aku harus bilang KALO AZKA BUKAN ANAK AKU! DIA BUKAN ANAK AKU MAS!"

"Terserah! Terserah kamu Davina, tapi aku tidak suka dengan sikap mu yang seperti ini."

"Ya sama kalo gitu, asal mas tau ya, aku pun tidak suka dengan sikap kamu yang egois seperti ini!"

"KENAPA KAMU BERUBAH MAS? KENAPA KAMU BERUBAH JADI SEPERTI INI! ARSARES YANG AKU KENAL DULU TIDAK SEPERTI INI!!"

Arsares mendekat ke arah Davina, semakin Arsares mendekati Davina, jantung Davina semakin berdebar cepat, bukan karena ada rasa cinta tapi rasa takut saat melihat wajah Arsares yang sepertinya sangat marah sekali kepadanya. Davina jadi semakin yakin jika Arsares sudah berubah sekarang, dia bukan suaminya yang dulu, yang lemah lembut, penuh perhatian, dan bahkan tidak pernah marah sedikit pun kepada anak nya terutama kepada Davina sendiri.

Grepp

"Akkhhh"

Tangan kekar Arsares mencengkram erat dagu Davina hingga Davina meringis kesakitan.

"Lep---lepas mas...," Davina mencoba memberontak tapi apakah daya tenaga nya jauh berbeda dengan Arsares. Mata indah Davina melirik ke arah Azka, dia sana di tempat yang sama Azka hanya diam membeku, dia tidak bergerak sama sekali menolong dirinya dan menjauhkan Arsares dari hadapan Davina.

"Ngomong sekali lagi kalo Azka bukan anak kamu!" Ucap Arsares dengan penuh penekanan.

"Kamu tau Davina, aku, aku yang mengurus mereka dari kecil, selama ini aku sudah berusaha semampuku untuk membesarkan anak kesayangan mu Kafka Davina! Dan aku aku yang melihat sendiri bagaimana sosok anak bungsu ku terlahir ke dunia dari rahim mu itu, aku yang meng azani nya, aku yang mengurusnya meskipun aku sangat kerepotan sekali karena harus mengurus dua anak dan perusahaan ku sendirian! Sedangkan kamu, hanya seorang ibu yang tidak becus menjaga dan merawat anak kamu sendiri! Kamu hanya merepotkan saja Davina! Jika saja aku tidak mencintaimu sudah ku pastikan kamu tertanam di tanah tujuh belas tahun yang lalu!"

"Tapi Azka bukan anak ku mas, Azka bukan anak ku, meskipun aku bukan ibu yang baik buat anak-anak ku tapi aku tau mana yang anak ku dan mana yang bukan anakku mas."

"Sekarang aku tanya lagi sama kamu, Azka bukan anak aku kan? Azka bukan anak kamu kan?" Tanya Davina sambil menangis.

Sedangkan Arsares hanya diam, cengkraman nya masih belum terlepas tapi perlahan Davina merasakan cengkraman tangan Arsares kini mengurang.

AIR JADI BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang