"Hiks...hiks...hiks..."Seorang pemuda menangis sambil memeluk lututnya sendiri di tempat yang gelap, pengap dan sangat-sangat dingin sekali, siapa lagi jika bukan Air, yah sekarang anak itu tengah di kurung di sebuah freezer room, di mana tempat ini biasanya di pakai untuk penyimpanan produk beku dengan suhu dapat mencapai -18°C sampai -25°C. Bisa di bayangkan bagaimana dinginnya di ruangan sana bukan.
Sedangkan Air, anak itu hanya menggunakan sehelai baju kaos yang sudah lusuh, dan celana nya sama-sama sudah lusuh sekali. Sudah lama sekali Air terdiam di sana meskipun sangat dingin sekali, kepalanya sudah mulai terasa pusing, Air tidak ingin mati di salam freezer seperti ini, maka dari itu dia terus mati-matian mempertahankan kesadarannya.
"Tolong..." Lirih Air.
Brukk
Air sudah tidak kuat lagi, badannya sudah lemas tak bertenaga, satu tetes air mata meluncur bebas dari kelopak mata Air, ini bukan air mata kesakitan tapi air mata ini keluar karena Air sudah pasrah dengan semuanya, Air hanya bisa menyerahkan semuanya kepada yang di atas meskipun Air harus pergi, Air ikhlas lahir batin meskipun meninggalkan mereka ada rasa berat, meskipun dia sudah melihat wajah asli sang Bunda, tapi Air tetap saja anak mana yang tidak ingin melihat wajah ibunya yang telah tiada maupun yang koma bertahun-tahun seperti Bundanya Air, dia hanya ingin merasakan kasih sayang dan kehadiran seorang Ibu di dalam hidupnya.
Air juga belum bisa membanggakan Ayahnya, bagai mana pun Arsares tetap ayahnya ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya nya. Biarkan saja luka fisik maupun batin yang sering Arsares buat Air anggap angin lalu, Air anggap itu tanda kasih sayang seorang ayah, dan bentuk perhatian seorang ayah meskipun dengan cara yang berbeda.
Kafka, dia seorang kakak yang baik menurut Air, Meskipun pernah turut andil melukai fisik dan batin Air, Air maafkan karena sikap Kafka sudah berubah kepadanya, tidak seperti dulu yang sering memukuli Air sampai puas.
"Bunda...."
"Ayah..."
"To--tolong...."
____________"Ayah gak marah sama Azka kan?" Tanya Azka kepada Arsares yang ada di hadapannya.
"Kenapa ayah harus marah kepada Azka Hem?"
"Karena Azka nakal," Azka menundukkan kepalanya.
"Tidak sayang, Azka tidak nakal, Azka anak yang baik, yang nakal itu dia, karena dia tidak mau mengikuti perintah mu, maka yang nakal harus di huk?"
"Um," lanjut Azka, dia menatap wajah Arsares, lalu memeluknya dengan erat.
"Azka sayang ayah,"
"Air sayang ayah."
Tubuh Arsares tiba-tiba menegang saat dia mendengar ada suara Air dekat sekali degan telinga nya dan ucapan itu tepat sekali berbarengan dengan ucapan Azka, apa ini? Kenapa Arsares merasakan ada hal aneh.
"Ayah kok gak jawab? Ayah gak sayang Azka?" Azka melepaskan pelukannya dengan Arsares.
"Ah? Iya iya ayah sayang Azka," Arsares kembali membawa tubuh Azka ke dalam pelukannya, meskipun pelukan Azka dan Arsares berbeda dengan Arsares memeluk Kafka.
"Ayah, Azka boleh minta sesuatu gak?"
"Minta apa Hem?"
"Azka mau mainan yang bagusssss banget, yang mahallll banget, boleh kan ayah?"
"Boleh dong, apa sih yang gak buat anak ayah ini, apapun akan ayah turutin."
"Janji?" Tanya Azka kembali meyakinkan Arsares. Sedangkan Arsares terdiam sebentar sepertinya ada yang salah dengan ucapannya barusan. Lalu Arsares mengangguk saja.
"Okey sekarang Azka siap-siap dulu, kita ke toko mainan nya langsung biar Azka bisa beli mainan apapun yang Azka mau yah."
"Yey... Makasih ayah," Azka berdiri dari duduknya dan berlari ke kamar nya untuk mengganti pakaiannya, setelah itu dia kembali lagi ke ruangan kerja Arsares.
"Ayah."
"Udah siap?"
"Ayo ayah, Azka udah gak sabar," Azka Manarik tangan Arsares untuk segera pergi dari rumahnya, dia sudah tidak sabar untuk memborong semua mainan yang ada di sana nanti.
Di sepanjang jalan Azka terus mengobrol dengan Arsares tentang hal lucu yang pernah Azka alami dan dia tonton, dan ocehan Azka ternyata sukses membuat Arsares tertawa terbahak-bahak. Seolah Arsares melupakan semua bebannya.
"Sudah sampai tuan," ucap sang supir.
"Ayo yah."
Di dalam toko mainan yang serba ada dan modern itu, Azka terus berlari kecil kesana dan ke sini mencari mainan yang dia suka dan tentunya Arsares yang mengikuti kemana anak itu pergi. Meskipun toko mainan ini milik Arsares, tatap saja Arsares khawatir dengan Azka jika di biarkan sendirian.
Azka terus mengambil mainan yang dia mau dan juga mahal tentunya tanpa memikirkan harga dan bagaimana cara mainnya, yang Azka suka dan lihat dia ambil, bahkan tiga bodyguard yang Arsares bawa ternyata kewalahan membawa mainan yang Azka beli.
"Mainannya udah banyak, tapi Azka mau ini," ucap Azka sambil memegang mainan yang dia inginkan.
"Ambil saja," Arsares mengambil dua mainan itu sekaligus dan di berikan nya kepada bodyguard.
"Udah aja ayah, udah banyak."
"Udah? Yakin?"
"Hemmm," Azka tersenyum.
"Gimana kalo kita ke sana?" Arsares menunjuk ke sebelah barat, hanya tempat itu yang belum Azka injak.
"Iya ayah Azka lupa ke sana heheh," Azka berlari ke arah barat, dan lagi-lagi Azka memborong semua mainan yang ada di sana."
"Ini Azka suka."
"Ambil."
"Ini?"
"Ambil."
"Yang ini?"
"Ambil."
"Kalo ini?"
"Ambil yang kamu mau Azka,"
"Ayah udah, Azka capek pengen pulang."
"Ya udah kita pulang dulu yah, biar nanti mainan Azka bodyguard yang bawa," Arsares menggendong tubuh Azka.
"Jangan ada yang lecet satu pun!" Ucap Azka.
"Baik tuan."
Dertttttt
Drrrttt"Sebentar," Arsares mengambil hp nya yang dia simpan kantong celananya, sebelum mengangkat telpon Arsares melihat banyak sekali notifikasi yang menelpon dirinya.
"Halo."
"......"
Baru saja Arsares mengangkat sambungan telpon itu, dia sudah kembali menutup sambungan telpon itu dan menarik kencang tangan Azka, membuat dia meringis karena gerakan tiba-tiba dari Arsares.
"Ayah mau kemana?"
____________________________________
TBC
Arsares kagak ngotak jirrr
Benci gue sama tuh orang
Bisa-bisanya tuh orang ngebahagiain orang lain dulu ketimbang anaknya sendiri loh.Azka minta ini itu bahkan ngeborong mainan sebanyak itu kagak ada tuh dia marah-marah sampa main tangan, giliran sama si Air aja, makanan aja musti di perhitungan, dasar si tua Kalkulator.
Yok kalian juga yang mau hujat di Arsares sama si Azka jir gue juga geged ma tuh anak, seketika pengen nendang dia ke sungai Amazon.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...