Kafka terus berlari sekencang mungkin menyusuri lorong rumah sakit, bahkan dia tidak memperdulikan orang-orang yang dia tabrak barusan, yang ada dia hanya ingin segera cepat-cepat bertemu dengannya.Jantungnya terus berdebar, entah kenapa Kafka merasakan takut, takut jika dia pergi meninggalkannya tanpa ada kesempatan kedua bagi dirinya nanti.
"Gimana?"
Kafka berdiri di hadapan Fahmi yang masih berdiri di hadapan pintu yang tertutup rapat itu, sepertinya Fahmi juga tidak kalah takutnya dari pada Kafka saat ini.
Clekk
"Maaf apa disini ada orang tua pasien?" Tanya dokter itu saat baru saja keluar dari ruangan.
"S----saya saya kakak nya dok."
"Gimana keadaanya?"
"Ah, begini, sebelumnya saya ingin bertanya kenapa pasien mendapatkan luka se parah ini?" Pertanyaan dokter itu mempu membuat Fahmi dan Kafka terdiam.
"Itu urusan kamu dok," ucap Fahmi.
"Ya baiklah, saya hanya ingin meminta maaf karena pasien sudah tidak ada harapan lagi untuk bertahan hidup, kita semua tinggal menunggu saja sampai waktunya tiba," ucap dokter itu.
Mereka terdiam, membisu seperti mati berdiri mendengar kabar yang sangat mengejutkan ini, apa ini? Kenapa takdir begitu kejam bagi mereka? Seharusnya tidak ada kabar seperti ini di saat keluarganya sedang berbahagia menyambut Adik Kafka a.k.a RIZKYA AZKA PRATAMA ZEROUN. Dan seharusnya Air juga merasakan kebahagiaan itu meskipun hanya berpura-pura saja di hadapan mereka, bukan malah berjuang antara hidup dan mati.
Kafka menyesal, sungguh penyesalan yang Kafka rasakan tidak ada bandingannya, dia merasa gagal menjadi seorang kakak yang baik, menjaga adik-adiknya, melindungi mereka, menjadi tempat bersandar mereka, mendengarkan keluh kesah mereka, Kafka gagal semuanya gagal, rasanya Kafka sudah tidak pantas lagi untuk hidup di dunia ini, lebih baik dia saja yang pergi dari pada Air.
"Gak, ini gak mungkin, kalian bohong kan?!" Teriak Kafka di hadapan dokter yang barusan menangani Air di dalam.
"Jawab gue! JAWAB GUE!! YANG LO BILANG TADI CUMA FRANK KAN? IYA KAN?!"
"Maaf, tapi kamu tidak pernah bercanda dengan kondisi pasien," ucap dokter itu.
"Gak, gak mungkin, ini gak mungkin, hahaha liat aja gue bisa bangunin dia tanpa bantuan kalian," Kafka menunjuk-nunjuk dokter itu.
"Maaf kan kami tuan, kami semua juga sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kalian telat membawanya ke sini, mungkin jika tidak telat nyawa pasien akan segera tertolong."
Yah Kafka akui dia salah, Kafka sangat menyesal karena sudah meninggalkan Air sendirian di sana, salahkan saja ayahnya yang panik duluan karena adeknya sudah terbangun dari komanya, jadi Kafka pun ikutan panik dan berujung meninggalkan Air sendirian di gudang sana.
Tapi saat Kafka ingat Air, dia berniat akan menolong Air segera tapi pas di gudang justru Kafka tidak menemukan siapapun di sana hanya saja bekas darah yang masih tersisa di sana. Saat itu juga Kafka semakin kalang kabut mencari Air yang menghilang entah kemana, sampai akhirnya Kafka menelpon Fahmi untuk membantunya mencari tapi justru Fahmi memberikan kabar jika mereka sudah ada di rumah sakit.
"Gak, gak mungkin, gak mungkin dia pergi," Kafka melorotkan badannya ke lantai untung saja Fahmi siap menahan tubuh Kafka yang sudah lemas itu.
"Bangun tuan, tuan tidak boleh seperti ini, jika Air ingin pergi lepaskan dia, karena mungkin itu jalan satu-satunya untuk dia bahagia."
"Gak, gue gak bakalan lepasin dia sebelum dia ngasih gue kesempatan kedua," Kafka berdiri dan melepaskan tangan Fahmi yang menahan tubuhnya. Tanpa aba-aba Kafka langsung menubruk pintu ruang rawat Air begitu saja, dia berjalan cepat dan langsung memeluk tubuh kecil Air yang sekarang terbaring lemah di ranjang pesakitannya.
"Maaf, maafin gue Hem," ucap Kafka sambil menangis.
"Lo mau kan maafin gue? Gue tau gue emang brengsek, gue gue gak becus jagain lo, tapi tolong, tolong kasih kesempatan kedua buat gue," Kafka menggenggam tangan Air yang di perban. Kafka terus menggenggam tangan Air dengan tangannya yang bergetar hebat karena menangis, menciumnya beberapa kali berharap Air segera membuka matanya.
"Gue minta maaf dek, gue salah, gue gagal jadi kakak yang baik buat lo, izinin gue nebus kesalahan gue selama ini sama lo, gue minta, gue minta sama lo, kasih gue kesempatan kedua."
Apa ini yang di sebut tukar nyawa? Dia, ALFAREO CALVIN ZEROUN, yang sering di sebut Air itu terbaring lemah di rumah sakit, berjuang meskipun hanya beberapa saat sampai waktunya tiba, dan di sana, di rumah nya sendiri mereka sedang berbahagia karena Azka kembali sadar setelah beberapa tahun koma.
Dulu ayahnya tidak mau meninggalkan Azka sendirian di rumah sakit, dengan berbagai macam alat yang menempel pada tubuh si kecil itu, bahkan Arsares rela tidak bekerja dan tidak mengurus dirinya sendiri karena dia tidak ingin meninggalkan Azka yang masih di ragukan, apakah dia anggota dari keluarganya atau bukan, sedangkan Air, yang jelas-jelas anggota kelurganya sendiri Arsares tidak ada di sini untuk sekedar menemui Air untuk yang terakhir kalinya.
"Kalo lo mau ayah, gue janji gue janji bakalan bawa ayah ke sini demi lo, tapi lo harus bangun dulu, Adek gue gak lemah, Adek gue kuat," Kafka tak henti nya menangis, mengusap kepala Air yang di perban dan mencium tangan Air yang sudah mulai dingin itu.
"Pliss gue mohon lo bangun Air, gue mohonnn.... Gue mohon."
"Kalo perlu, kita cari apartemen, kita hidup berdua aja, jadi Lo tinggal sama gue, entar lo bebas ngelakuin apapun sesuka lo, lo bebas makan sepuasnya makan apapun yang lo mau, lo bebas main, lo boleh sekolah, dan entar juga lo gak perlu beres-beres rumah lagi biar gue yang lakuin itu semua, lo mau kan hidup bareng gue berdua? gue janji gak akan larang lo, gue janji sekarang lo bangun ya gue masih mau lo ada di sini."
Tiiittt
Tiiittt
Tiiittt"Gak, gak-----"
____________________________________
End!!
Udah ya udah segini okey, jangan panjang-panjang entar kalian pusing mikirin alurnya bakalan jatoh ke mana ye kan (*˘︶˘*).。*♡
Cukup kan 13 part?
Btw maafin aku ya yang sering ngelakuin kesalahan waktu nulis, suka banyak typo nya berlebihan hahaha maklum lagi belajar nulis, dan aku juga butuh saran kalian tau biar akutuh makin memperbaiki tulisan aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...