17.

9.4K 552 9
                                    


"ANDA AYAH YANG PALING BURUK DI MUKA BUMI INI!"

"STOP! Kita bicara di luar!" Ucap Arsares kepada Kafka yang masih menahan marah nya.

"Gak! Biarin aku bicara di sini biar anak itu juga denger semuanya!"

"Kalo kalian berani membocorkan rahasia ini kepada Azka, kamu, ataupun kamu anak sulung saya, saya tidak akan segan-segan buat bunuh kalian," ucap Arsares menunjuk Kafka maupun Air yang masih menunduk, dengan tangannya yang berusaha melepaskan genggaman Kafka, untuk saat ini dia ingin lari sekencang-kencangnya dan sejauh-jauhnya, karena Air juga sangat takut dengan kata 'mati', itu artinya dia harus meninggalkan semua orang yang dia sayang tanpa terkecuali.

"Aku gak takut! Aku gak takut kalo ayah mau bunuh Kafka silahkan!" Ucap Kafka dengan sedikit menantang.

"Kamu menantang ayah?" Arsares mencengkram kuat dagu Kafka dengan kasar.

"Tu--tuan, tuan jangan sa--sakitin tuan muda," Air menggenggam tangan Arsares dengan erat. Arsares melihat sorot mata ketakutan Air dari dekat, wajahnya yang Arsares akui memang mirip dengan dirinya dan sang istri, entah kenapa hatinya begitu sakit melihat wajah pucat Air.

"DIAM!!" Arsares menepis tangan Air yang menggenggam tangan nya membuat Air terpental ke dinding, Air tidak selemah itu hanya karena di tepis tangannya tapi saat ini dia sedang tidak baik-baik saja membuat tubuhnya lemas sekali, Ego Arsares lah yang mengalahkan rasa iba di dalam hati nya, dia sudah terlanjur sakit hati dengan semuanya.

"Air," Kafka yang juga sama paniknya langsung menghampiri Air yang masih terduduk. Air langsung memeluk tubuh Kafka dengan erat dan menangis tanpa suara.

"Bagaimana kalo dia yang mati duluan Hem?" Arsares tersenyum licik menatap Air yang masih menangis sambil memeluk erat tubuh Kafka.

"GAK!"

"Tanpa se ijin mu, saya akan tetap melakukan itu, anak ku," Arsares menarik tangan Air yang memeluk tubuh Kafka.

"Gak, gak, gak," Air menggelengkan kepalanya ketakutan.

"Sini kamu!" Arsares terus menarik tangan Air dengan kasar.

"Lepas yah!" Ucap Kafka dengan nada yang tinggi.

"Kamu yang harusnya lepasin dia Kafka!"

"Ikut saya sekarang!" Lanjut Arsares.

"Gak, gak mau,"ucap Air dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

Dan di sanalah, tepatnya di kamar Arsares terjadi saling tarik menarik antara seorang ayah dan kakak, Kafka yang terus berusaha ikut mempertahankan adiknya untuk di lindungi, agar adiknya tidak kenapa-kenapa, sedangkan Arsares yang memiliki sifat egoisnya terus menarik tangan Air agar ikut dengannya.

"Bunda tolongin Air,"

Lalu orang yang di tariknya hanya mampu berdoa dan meminta tolong kepada ibundanya yang tidak mungkin akan membantunya sekarang.

"Gak! Lepas!" Kafka terus memberontak bahkan dia menendang dan memukul badan Arsares dengan satu tangan, sedangkan satu tangannya lagi dia gunakan untuk melindungi tubuh Air.

"MINGGIR KAFKA!"

"AYAH MAU BAWA ANAK SIALAN INI KE NERAKA! KARENA DIA PANTAS MENDAPATKAN ITU SEMUA SETELAH APA YANG SUDAH DIA LAKUKAN KEPADA ISTRI SAYA!"

"AYAH YANG SEHARUSNYA ADA DI SANA!"

Deg!

Seketika Arsares terdiam, nafasnya yang ngos-ngosan dan tangannya yang mengepal kuat menahan emosi nya.

"Bahkan anda gak pantas di sebut seorang ayah!"

"Anda sudah gagal jadi orang tua, tuan Arsares!" Ucap sinis kepada Arsares.

Sret
Duh

Tubuh Kafka yang memeluk tubuh Air kini terpental dari tampar semua, kepalanya yang membentur tembok membuat dia merasa pusing sebelum akhirnya Kafka memejamkan matanya. Sedangkan Air, anak itu masih ketakutan di pelukan Kafka, dan begitu merasa tubuhnya terpental dia langsung melepaskan pelukannya dan menatap wajah Kafka yang kini sudah memejamkan matanya.

"Abang bangun," Air mencoba mengguncangkan pundak Kafka.

"Abang, Abang bangun, jangan tidur, Air takut," Air terus mengguncangkan bahu Kafka berharap dia akan segera membuka matanya dan menolongnya lagi.

Srett

"Ikut saya!" Arsares menarik rambut Air hingga tubuh Air terjungkal dan di seret, Air sudah menangis, dan meminta tolong agar di lepaskan tarikan itu, tapi Arsares seolah tuli dengan teriakan memohon Air saat ini.

Bughh

"Diam sialan!" Arsares berhasil menendang punggung Air.

Tangga, pikiran Air terus tertuju kepada itu, Air tau arah Arsares bejalan saat ini, Air benar-benar takut sekarang, apakah dia akan pasrah saja? Tapi memberontak pun rasanya percuma.

Bruk
Bruk
Bruk
Bruk

Terdengar suara orang yang terjatuh, siapa lagi jika bukan Air yang di seret dari atas tangga hingga tangga terakhir dengan kondisi Arsares yang masih menjambak rambutnya dan posisi badan air yang mundur membuat tulang ekor nya terasa sangat sakit sekali. Kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana menderitanya Air saat di seret dari atas tangga hingga tangga terakhir oleh Arsares, yah semoga saja setelah kejadian ini Air tidak mengalami kelumpuhan.

"Ampun, ampun, ampun tuan ampun," ucap Air saat dia baru sadar tempat yang asing bagi dirinya.

"Buka," ucap Arsares kepada salah satu bodyguard nya.

Arsares langsung masuk ke ruangan itu dan membanting kan tubuh kecil nan ringkih itu ke tempat yang gelap dan sumpek.

"Jangan sampai dia keluar dari sini selama satu bulan, jangan pernah memberi dia makanan sedikit pun, hanya air keran tiga hari sekali satu gelas, paham?"

"Paham tuan," ucap bodyguard nya.

Setelah menatap kepergian Arsares, kini bodyguard itu melihat kondisi Air di dalam penjara yang kotor dan kumuh itu, nampaknya Air masih terduduk, memeluk lututnya sendiri dan menangis meskipun tidak ada suaranya tapi dia tau jika Air sedang menangis.

"Sudah banyak sekali korban anak muda seperti dia yang tuan bunuh, dan mungkin dia salah satunya yang akan menjadi korbannya."
________________

Hari sudah menjelang malam, tapi Kafka masih belum juga terbangun dari tidurnya, ah ralat sepertinya pingsan. Padahal tadi dokter mengatakan jika Kafka baik-baik saja.

"Abang bangun, ini udah malem," ucap Azka yang duduk di kursi roda nya.

Lima belas menit menunggu, akhirnya orang yang di tunggu kini membukakan matanya.

"Abang udah bangun, Abang mau minum? Mau makan? Sini biar Azka yang suapin bubur ya? Abang makannya mau duduk atau tiduran?"

"Bisa diem gak lo, makin pusing kepala gue liat lo," ucap Kafka sambil memijat kepalanya.

"Sudah bangun ternyata?"

"Loh, Azka kenapa Hem? Kok nunduk gitu?" Tanya Arsares sambil mengelus rambut Azka.

"Abang ayah, Abang marah lagi sama Azka," ucapnya.

"Air?" Lirih Kafka, dia langsung duduk meskipun kepalanya masih terasa pusing.

"Yah Air di mana?!" Tanya Kafka.

"Tidak tau."

"Yah Kafka nanya Air di mana yah! Plis Kafka mohon sama ayah jangan macem-macem sama Air yah," ucap Kafka.

"Air siapa yah?" Tanya Azka.

"Ah tidak perlu di pikirkan, lebih baik sekarang kita keluar ya, mungkin Abang mu kepalanya masih sakit jadi agak aneh kelakuannya."












____________________________________

PANJANG GAK?

BTW SED BANGET SIH JADI DI AIR INI, AIR TUH BUKAN GAK BISA MELAWAN SI ARSARES INI TAPI ALUR HIDUPNYA MASIH DI PEGANG SAMA AUTHOR JADI AIR MAH BISA APA?------ AIR.

KALO SAMA AUTHOR UDAH DI IJINKAN UDAH DI LAWAN DI GETOK PAKE KAMPAK KALI SI ARSARES NIH.

TBC

AIR JADI BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang