6. Jaga Hati...Jaga Jarak

8K 392 9
                                    

Sejak Kejadian mengerikan beberapa malam yang lalu, Luke senantiasa ada dimanapun Merry berada. Tidak sampai disitu saja, bahkan Merry merasa rumahnya bukan miliknya lagi, dan itu disebabkan dari pagi pagi buta Luke sudah ada dirumahnya, mengantarkan kerja, menjemput kerja dan terus tinggal dirumah Merry hingga Merry tidur barulah Luke pulang kerumah setelah memastikan seluruh jendela dan pintu dalam keadaan terkunci rapat.

Begitu pula dengan segala perhatian yang Luke berikan dan tunjukan, membuat Merry merasa aneh. Seumur hidupnya belum pernah ada seorangpun yang sedemikian care padanya.

Seperti hari ini , sudah genap seminggu Luke tidak pernah absen disisinya.

"Luke...kamu tidak kerja?", Merry menatap Luke yang masih asik mengetik sesuatu di labtopnya sambil menikmati susu serealnya.

"Tentu saja aku kerja, siapa yang akan membayar angsuran kredit mobilku jika aku tidak bekerja." sahutnya sambil meneguk habis susu serealnya dan tersenyum manis menatap Merry dengan lembut. "Apa kabarmu pagi ini? , subuh tadi si duo rusuh sudah berusaha membangunkanmu, tapi sampai lima menit lamanya kamu tudak bangun juga , yah akhirnya terpaksa aku mengusir duo rusuh supaya membiarkanmu melanjutkan tidur."

"Maaf aku tidak dengar mereka membangunkanku, dan aku baik baik saja pagi ini." Merry melangkahkan kakinya ke dapur untuk memulai harinya dengan memasak makanan instan, mengingat semalam ia terlalu lelah untuk mengisi perutnya yang meraung menagih makan.

" Kamu mau buat apa?, Mau dong." tiba-tiba saja Luke sudah berdiri dibelakang Merry, dan itu membuat jantungnya berdetak cepat mengingat Luke begitu dekat dengannya hingga Merry bisa merasakan hembusan nafas Luke di tengkuknya.

" Ak..aku cuma mau bikin mie instan kok." JAntungnya berdebar kencang membuat tangan Merry gemetar sehingga membuatnya salah tingkah dan apapun yang dia pegang teratuh kembali.

Menyadari kegugupan yang melanda Merry, membuat Luke merasa bahagia, paling tidak Merry pasti ada sedikit ketertarikan padanya.

"Sini biar aku saja yang masak, kamu duduk saja." Luke mengambil alih kegiatan masak memasak Merry. Selama proses pengambil alihan tersebut membuat posisi keduanya semakin dekat bahkan terkesan intim, jika dilihat dari belakang, Luke seolah-olah sedang memeluk Merry. Dan luar biasanya lagi seseorang sedang menyaksikan kejadian itu dari belakang tanpa sepengetahuan keduanya.

" EHEEMMMM!!!!" Suara dehaman itu begitu keras menyentakan Keduanya hingga membalikan badan secara tiba-tiba kearah asal suara itu, dan disanalah berdiri seorang ibu dengan berkacak pinggang. ibu dari Luke, Daniel dan Anggel.

"Jadi ini yang setiap hari kamu lakukan Luke?, Mama tidak ternah mengajarimu untuk peluk-peluk seorang gadis dipagi hari, di rumah yang hanya ada kalian berdua, yang hanya Tuhan saja yang tahu apa saja yang kalian lakukan selama ini."

"Mom...mommy salah paham, kami tadi tidak berpelukan kok, lagi pula Luke tidak pernah berbuat macam-macam pada Merry kok mom. Masa Mom tidak percaya kedapa Luke sih, anak kebanggaan mommy ini?" ujar Luke memutar matanya seraya menghampiri mommynya dan mengecup pipinya.

" Justru karena kamu anak mommy makanya mommy tidak percaya. " Jawab Lily sambil mendengus geli.

"Jawab tante, Merry. kamu sudah diapakan saja selama satu minggu ini oleh anak tante" Lily masih belum mengalihkan pandangan matanya dari anaknya.

" Eh....???", Merry kebingungan dengan maksud pertanyaan Lily, karena memang selama satu minggu ini Luke tidak pernah melakukan apapun yang tidak sopan padanya...tentu saja jika kejadian ketika Luke mengobatinya yang tanpa pakaian tidak dikategorikan pelecehan. Lagipula mungkin Luke yang harus merasa dilecehkan, karena Luke lah yang merasa malu bukan dirinya.

Beloved ( Completed | Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang