Happy reading!!!
Ditinggalkan orang tersayang
Ini sudah hari ketiga Anna berada di rumah sakit dalam keadaan kritis, kesehatannya memburuk dan Clara tidak terlalu paham dengan apa yang di ucapkan dokter tentang kesehatan ibunya.
Clara duduk di samping ranjang Anna sambil memijat lembut tangan yang sekarang sudah terpasang infus, guru dan para teman sekelas Clara sering menjenguk termasuk Fiona dan orang tuanya.
Sesekali Clara menatap jam dinding yang menunjukkan pukul tiga sore, menandakan para Dokter sebentar lagi akan mengecek Anna. Clara segera berdiri dari duduk saat para Dokter datang.
"Selamat siang, eh bukan maksudnya selamat sore Clara," sapa Dokter Adnan.
Clara membalas sapaan Dokter Adnan dan tersenyum dengan tingkahnya. Dokter Adnan adalah Dokter yang mengurus Anna, ia sering ke ruangan Anna hanya untuk memberikan makanan untuk Clara. Umur Dokter Adnan mungkin di pertengahan tiga puluhan, ia dikenal dengan Dokter yang ramah dan sangat berbakat. Dan juga karena Dokter Adnan Clara tidak bosan berada di rumah sakit.
Dokter Adnan sedang memeriksa Anna, Clara juga berdiri sambil melihat Anna yang masih tidak kunjung membuka mata. Tiba-tiba wajah Dokter Adnan berubah, para suster yang ada di sampingnya juga ikut panik.
"Detak jantung pasien melemah," ucap suster sambil mengeluarkan alat yang entah apa namanya serta memberikan suntikan pada Anna.
Clara yang mendengar itu langsung menutup mulut terkejut dengan air mata yang sudah mengalir sedari tadi tanpa ia sadari.
Hati Clara bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada ibunya sekarang. Wali kelas Clara baru saja masuk ia melihat Clara yang berderai air mata langsung memeluk erat berusaha menenangkan. Ia juga membawa Clara untuk pergi keluar ruangan agar tak mengganggu Dokter yang sedang sibuk menangani Anna.
"Clara kamu harus kuat," ucap wali kelas yang bernama Bunga.
"Bu Gimana ini, aku tidak ingin kehilangan siapa-siapa lagi," ucap Clara kepada wanita berambut hitam yang di cepol rapi itu.
Beberapa saat kemudian Dokter Adnan akhirnya keluar dari ruangan, Clara dan wali kelasnya langsung bangun dari duduk untuk menanyakan keadaan Anna di dalam.
Bukanya menjawab Dokter Adnan malah meminta maaf dengan kepala yang tertunduk.
Kini Clara tahu kenapa Dokter Adnan seperti itu, karena ibunya yang berada di dalam tidak bisa ia selamatkan, Anna sang ibunda sudah meninggal.
***
Sudah seminggu sejak Anna meninggalkan Clara, Fiona sahabat satu-satunya Clara juga pergi ikut orang tuanya ke luar kota, mereka tak bisa lagi menunda untuk pergi karena Clara yang masih berduka.
Sekarang Clara berada di kamar sambil berbaring menatap gelang merah yang ada di pergelangan tangan sebelah kanannya, gelang itu sudah lama ia pakai mungkin setalah kejadian tersesat di Hutan Bahari, sebenarnya itu adalah gelang biasa tapi Clara sangat menyukainya bahkan sangat jarang melepasnya.
Gelang itu ia dapatkan di depan rumah terbungkus kotak berwarna hitam yang sangat cantik, entah siapa yang mengirimnya.
Kini matanya tertuju kearah buku novel yang belum selesai ia baca, dan dengan segera ia melanjutkan bacaannya. Dengan posisi tengkurap di atas kasur Clara membuka buku novel pada halaman terakhir yang ia baca sebelumnya.
"Apa akhirnya dia bunuh diri?" gumam Clara pada buku yang ada di tangannya. Cerita Tokoh yang ada di buku itu memang sangat tragis, tapi tatap saja bagaimana bisa ia terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya seperti itu.
Sebuah suara dari balik pintu menghentikan terdengar suara seseorang mengetuk pintu, walaupun samar-samar suara ketukan itu tetap terdengar dari kamarnya. Clara bangun untuk membukakan pintu. Kini pintu sudah terbuka ia melihat tetangga sebelah rumahnya bersama Pak RT datang. Dengan ramah Clara mempersilahkan mereka masuk ke dalam dan menanyakan apa maksud kedatangan mereka.
"Kami berdua kesini hanya Ingin melihat keadaan Clara," ucap Pak RT ramah.
"Saya ke sini juga ingin mengatakan sesuatu pada kamu Clara. Kamu sekarang tidak memiliki siapapun, jika ada yang perlu di urus saya yang akan menjadi wali kamu," jelas Pak RT.
Clara hanya mengangguk mendengar maksud Pak RT datang. Sedangkan tetangga sebelah hanya ingin memberikan makanan. Ia sangat khawatir kepada Clara yang tidak kunjung meninggalkan rumah.
Setelah bercakap-cakap lumayan lama dengan Pak RT dan juga salah satu tetangga, akhirnya mereka ijin untuk pulang. Clara mengantar mereka dengan ramah sampai depan pintu.
Pintu langsung Clara tutup tapi ia tak sengaja mendengar percakapan Pak RT dan tetangganya di balik pintu.
"Apakah Clara akan baik-baik saja, sebaiknya kita carikan orang tua angkat untuk Clara, kasian dia sendirian di rumah," ucap wanita tetangga Clara.
"Anda benar. Apa sebaiknya kita juga harus yakin pada Clara, ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri. Clara bukan anak-anak lagi ia sudah remaja," sahut Pak RT.
Clara tidak ingin mendengar percakapan di luar lebih jauh lagi, ia lalu masuk lagi ke dalam kamar berbaring sendirian sambil menatap jarum jam yang masih menunjukan ke arah angka sembilan.
***
Clara terbangun dari tidur, kini jarum jam tak lagi menunjuk ke arah sembilan melainkan ke angka dua sore.
Ia langsung bergegas bangun dan berusaha mencari kesibukan lain, Clara tidak Ingin lagi bermalas-malasan di kamar. Yah... ia harus bersikap dewasa sekarang karena tidak ada lagi tempat untuk dirinya bersandar. Ia juga harus tegar menghadapi dunia yang keras seorang diri.
Dapur terasa lenggang tidak ada lagi sosok perempuan yang biasanya selalu menghabiskan hampir seharian waktunya di dapur.
Air mata Clara hampir jatuh tapi ia berusaha menahannya. Dengan mata yang berkaca-kaca ia membereskan dapur, merapikan alat-alat yang sering di gunakan ibunya membuat kue dan menyimpannya di dalam lemari.
Selesai sudah dengan dapur, Clara beralih ke baju kotor yang menumpuk, lagi-lagi ia teringat dengan sosok Anna ketika melihat pakaian yang sering di pakainya berada di tangan hendak ia cuci.
Malam akhirnya tiba, Clara membuka kulkas untuk mengambil bahan-bahan yang kiranya akan ia masak untuk makan malam, tapi tak ada apapun di sana hanya ada beberapa air mineral. Tentu ia baru teringat bahwa Ini sudah seminggu ibunya pergi, hanya ia sendiri di rumah ini tidak ada lagi yang berbelanja.
Tanpa berpikir panjang Clara memutuskan untuk pergi ke supermarket dekat rumah untuk membeli beberapa bahan makanan yang ia perlukan sekarang.
Sepeda Clara gowes sambil tetap fokus menatap jalan.
Bulan bersinar begitu terangnya serta angin malam yang menghembus lembut membuatnya lupa akan kesedihan yang melanda beberapa hari lalu.
Kini Clara sudah berada di depan Hutan Bahari, ada yang aneh di balik pepohonan. Clara melihat asap, ia memarkirkan sepeda di sisi jalan menatap lekat ke arah asap yang berada di dalam Hutan Bahari. Beberapa menit Clara menatap ke arah asap itu membuatnya lupa akan tujuannya yang ingin pergi ke supermarket, akhirnya Clara memutuskan untuk masuk.
Clara tidak berpikir apa pun lagi, ia hanya ingin mengecek ke dalam sana takut mungkin ada seseorang yang meminta bantuan.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Ruang. [Season 1]
Fantasy"Apakah Terowongan itu menuju ke negeri lain?" Tragedi itu sudah begitu lama, saat Clara kecil yang tersesat di hutan tak sengaja menemukan terowongan aneh yang ternyata terhubung dengan negeri lain. Kini Clara sudah remaja dan menggap tragedi yang...