15

79 36 4
                                    

Happy reading.

Sambutan


Kelompok empat yang terdiri Clara, Orion, Mia, dan Rio sibuk menyusuri lorong mencari kamar.

Rio memanggil Clara dan yang lain saat melihat pintu berwarna coklat dengan bertuliskan kelompok empat di depannya.

Mereka membuka pintu itu dan melihat isi dalam kamar. Di sana terdapat empat kasur tinggi dengan meja belajar di bawah kasur dan beberapa rak. Clara mengambil tempat tidur di samping Mia, sedangkan Rio dan Orion berada di sisi dinding lain.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Kurang lebih kaya gini lah yah.. tapi ini terlalu moderen banget sih. Aku gak nemu foto yang pas, jadi terserah kalian aja ngebayangin nya apa".

 Aku gak nemu foto yang pas, jadi terserah kalian aja ngebayangin nya apa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

***

Lonceng besar yang berada di asrama berbunyi menandakan sudah jam 05.00 pagi, semua pelajar di haruskan bangun, entah itu dari tingkat satu, dua ,dan tiga. Clara membuka mata perlahan mengucek mata sambil duduk mengumpulkan nyawa. Begitu pula Mia yang langsung bangun terkejut. 

Clara menatap kasur Rio yang berseberangan dengannya, Kasur itu kosong entah kemana perginya Rio. Mata Clara menangkap sosok laki-laki yang masih tidur tak kunjung bangun.

"Kalian sudah bangun." Sosok gagah memakai baju berwarna putih polos dengan celana biru tua baru saja masuk. Itu adalah Rio dengan rambutnya yang terlihat sudah rapi di sisir.

"Jam berapa kau bangun?" Tanya Mia masih kagum melihat sosok keren Rio.

"Sebelum lonceng," sahut Rio santai sambil merapikan tempat tidurnya.

"Sebaiknya kita juga bersiap-siap."

Clara turun dari kasur tinggi miliknya melalui tangga yang ada di samping. Ia mengambil pakaian yang masih ada di dalam tas yang di bawanya. Para perempuan tak mungkin berganti pakaian di kamar yang ada  laki-laki. jadi, Clara dan Mia membawa pakaiannya masing-masing dan langsung mengganti di kamar mandi.

Dari yang Rio katakan jika berjalan lurus hingga sampai ujung ada kamar mandi khusus wanita, itu adalah kamar mandi yang jaraknya yang tak terlalu jauh dari kamar mereka.

Clara dan Mia akhirnya sampai, di atas pintu bertuliskan kamar mandi khusus wanita. Mereka berdua masuk, tak ada yang aneh hanya kamar mandi umum seperti biasa.

Tubuh Clara terasa segar, ia memakai pakaian yang ia bawa dari rumah kesini, yaitu celana berwarna biru muda dengan baju kaos berwana hitam dengan sablonan yang bertuliskan I'm girl. Di samping nya ada Mia yang memakai baju kemeja berwarna merah lengan panjang.

Clara membuka pintu kamar di sana masih ada Rio yang sibuk membereskan kasur dan ada Orion yang masih terlentang dengan bantal di wajahnya.

"Apa Orion masih belum bangun?"

"Aku sudah berusaha membangunkannya tapi dia tidak bangun," jelas Rio.

"Biar kan saja dia. Yang penting kita sudah mencobanya," ucap Clara tak ingin ambil pusing.

Jam sudah hampir menunjukan pukul Enam. Rio, Clara, dan Mia sudah menuruni tangga untuk pergi ke aula seperti yang Pengajar Na perintahkan. Tidak hanya mereka bertiga yang keluar dari gedung asrama untuk menuju aula, melainkan semua anak tingkat satu, kecuali Orion yang masih tertidur pulas di kasur.

Aula berada di gedung yang berbetuk kastil dan berada di lantai tiga. Mereka bertiga tak tahu pasti di mana letak aula, karena sekolah Lonioidea begitu besar mungkin harus menggunakan peta agar tak tersesat, dengan mengikuti pelajar lain akhirnya mereka sampai di aula, terdapat begitu banyak kursi panjang yang berjejer rapi dan di depan terdapat panggung dengan tirai merah yang menjulang di sampingnya. Dinding aula adalah batu khusus dan memiliki langit-langit yang begitu tinggi, di langit-langit aula terdapat lukisan-lukisan yang sangat indah, Clara bahkan ternganga melihatnya.

"Bukankah itu indah," ucap Rio yang berada di sebelah Mia sambil ikut menatap langit-langit."Lukisan itu bukan lukisan biasa, kata ayahku itu adalah sebuah cerita tentang pembangunan sekolah ini."

Mendengar ucapan Rio Clara kembali terkagum. "Pantas saja lukisan itu terlihat sangat menarik."

Di barisan bangku nomor tiga mereka duduk berjejer menghadap panggung, para pengajar duduk di barisan depan  yang juga sibuk mengambil posisi. Di sana hanya ada dua orang yang Clara tau yaitu prof. Wer dan Pengajar Na yang baru ia kenal tadi malam.

Di sebelah kanan Clara ada Mia dan sebelah kiri ada tempat kosong, Rio berada di sebelah Mia. Betapa terkejutnya Clara ketika laki-laki dengan rambut merah duduk secara tiba-tiba di sampingnya.

Mia hanya menunduk diam saat laki-laki berambut merah itu datang, sedangkan Rio menatap tidak suka. Laki-laki berambut merah itu tak lain adalah Zico.

"Kenapa kau duduk di sini." Clara berusaha mengusir.

Zico terkejut mendengar yang baru saja Clara katakan, matanya melongo sejenak dan tiba-tiba tertawa. "Memang bangku ini punyamu terserah aku mau duduk di mana," ujar Zico yang membuat Clara menjadi jengkel, tapi benar seperti yang di ucapkan-nya bangku itu berhak di duduki siapapun jadi Clara tak punya alasan untuk mengusirnya.

Pandangan para pelajar tingkat pertama langsung teralihkan ketika melihat seorang laki-laki bertopi dan bertubuh besar--gemuk, berdiri di atas panggung. Laki-laki itu memiliki rambut pirang dengan kumis berwarna senada, karna tubuhnya yang besar lehernya hampir tidak kelihatan.

"Perhatian para siswa pelajar satu, perkenalkan namaku adalah Gugu yang merupakan Kepala Sekolah Lonioidea," ucapnya lantang.

Kepala sekolah Gugu memulai pidatonya. Pidatonya benar-benar panjang dan berbelit-belit, para pelajar banyak bosan dan sebagian malah asik mengobrol dengan teman di sampingannya.

"Ini benar-benar membosankan," bisik ku pada Mia

Mia hanya mengangguk mengiyakan tanpa bicara, karena masih takut melihat Zico yang berada di sebelah. Sebenarnya Clara penasaran apa yang terjadi antara Mia dan keluarga Zico.

Pidato dari Kepala Sekolah Gugu akhirnya selesai, para pelajar mulai memperhatikan kembali ketika Prof. Wer menuju panggung.

"Anak- anakku perkenalkan namaku Adalah Wer , kalian bisa memanggilku prof, Wer. Sebagai Wakil Kepala sekolah Lonioidea aku ingin mengucapkan selamat karena sekarang kalian sudah menjadi keluarga bagi Lonioidea. Seperti yang Kepala Sekolah Gugu katakan,  Lonioidea adalah tempat lahirnya pada pejuang, penerus, serta pemimpin dari negeri ini, hampir semua orang-orang berpengaruh berasal dari Lonioidea dan kalian seharusnya bersyukur dan bangga menjadi bagian dari Lonioidea, jadi jangan sekalipun dari kalian yang menimbulkan masalah, karena nama baik sekolah ada di tangan kalian. Aku juga ingin menyampaikan bahwa di ruangan penyimpanan benda terlarang tidak boleh di masuki oleh sembarang orang, jika ingin masuk kalian harus meminta izin terlebih dahulu. Hanya itu saja yang ingin di sampaikan dan sebaiknya kita tidak menunggu berlama-lama lagi untuk menyaksikan penampilan dari pelajar tingkat dua dan tiga." Prof Wer turun dari panggung di iringi tepuk tangan dari para pelajar.

Mendengar Prof. Wer yang turun di iringi tepuk tangan yang lebih nyaring membuat Kepala Sekolah Gugu nampak cemberut. "Padahal aku adalah kepala sekolahnya," gumam Kepala Sekolah Gugu.

Penampilan pertama yaitu paduan suara, di atas panggung terdapat puluhan pelajar dari tingkat dua dan tiga sedang bernyanyi menyambut kedatangan pelajar tingkat satu. Semua tatapan tertuju ke atas panggung begitu pula dengan Clara. Ia menatap seakan tak ingin beralih, suara yang begitu merdu membuatnya takjub.

***

Di Asrama, lebih tepatnya kamar kelompok empat terdapat Orion yang baru saja  membuka matanya melihat sekeliling kamar yang tak ada siapa-siapa.

"Cukup pura-puranya," ucapnya sambil turun dari tempat tidur.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang