21

46 18 5
                                    

Happy reading.

Firasat hati (bagian 2)

Mereka memutuskan untuk memakai kereta kuda, di sana memang tak ada kendaraan lain. Tapi sayangnya kereta kuda itu begitu lusuh, kayunya bahkan berbunyi saat di injak.

"Kenapa kau memangil yang seperti ini. Aku bahkan tak berani naik," bisik Clara pada Orion.

Orion dengan wajah takutnya naik secara hati-hati ke atas gerobak yang di tarik kuda itu, di susul oleh Clara, Mia, dan Rio.

Di perjalanan Clara melihat banyak mobil lalu lalang. "Apa di sini ada mobil juga?"

"Tentu saja. Ini kota besar, sudah pasti banyak mobil."

Clara memandang gerobak butut yang mereka naiki. "Jadi untuk apa kita menaiki ini, kenapa tidak kau panggil mobil saja tadi."

"Apa kau gila, para pelajar di  Lonioidea di larang pakai mobil kecuali sudah tingkat tiga, baru di perbolehkan. Lagian mobil mahal yang ini saja sudah." Gerutu Orion.

Memang banyak sekali aturan untuk sekolah di Lonioidea di karenakan itu adalah sekolah terbaik dan sangat terpandang di sana, jadi seluruh pelajar di wajibkan harus berperilaku rendah hati saat keluar dari kawasan sekolah, maka kerena itulah bagi yang masih belum mencapai tingkatan tiga di larang menggunakan mobil jika tidak berkepentingan.

***

Mereka akhirnya sampai di sebuah tempat minum-minum, yah... bisa di bilang seperti Cafe tapi tak layak. Bangunannya hampir roboh dan tanahnya tidak rata karena akar pohon yang menembus keluar tanah. karena tepat di samping cafe terdapat pohon besar yang akarnya masuk ke dalam bangun itu sehingga membuat lantai bangunan cafe tak rata dan sulit untuk berjalan melewatinya.

"Awas saja minumnya tidak enak," gumam Clara yang berusaha berjalan melewati akar-akar pohon itu.

Akhirnya mereka sampai di tempat duduk Mereka, yang di mana terdapat satu meja kayu dengan empat kursi, yang masing-masing di duduki oleh mereka berempat.

"Kalian pesan apa?" Tanya Rio.

"Kita pesan minuman yang paling populer di sini saja," sahut Mia.
Rio memutuskan pergi untuk memesan. Clara melihat sekeliling tempat itu sangat ramai, dan semuanya menatap ke arah panggung kecil yang sedang menampilkan seorang perempuan cantik yang sedang bernyanyi.

"Eh... Sepertinya menjadi ketua asrama sangat keren, apa aku mencalon saja yah... jadi ketua asrama untuk satu tahun ke depan. Bukankah akan ada pemilihan kan."

Clara tersenyum. "Sebaiknya tidak usah, karena tak akan ada yang memilihmu," ucap Clara meremehkan.

"Wah... berani sekali dia meremehkan ku, asal kau tahu saja, aku ini orang yang sangat di sukai. Mia jika aku mencalon jadi ketua asrama kau pasti memilihku kan ?" Tanya Orion menanti jawaban iya dari Mia.

"Maaf, sepertinya tidak."

"kalian berdua benar-benar mengecewakan. Bagaimana denganmu Rio?"

"Kalau jika hanya kau peserta satu-satunya yang mengajukan menjadi ketua asrama, lebih baik aku  keluar sekolah dari pada memilihmu," sahut Rio dengan wajah datarnya.

"Kalian benar-benar tidak setia kawan."

Pelayan datang dan mereka menyambut minuman berwarna pink muda di mana terdapat  banyak buah segar di atasnya.

"Aku akan mendinginkan minuman kalian," ucap pelayan pria itu lalu memegang gelas mereka dan seketika minuman yang awalannya bersuhu normal itu menjadi minuman dingin.

"Hebat," ucap Clara sambil bertepuk tangan setelah pelayan pria itu pergi.

Orion menatap Clara bingung. "Apanya yang hebat dia hanya mendinginkan minuman."

"Bukan kah itu hebat!!" Sambil memandangi mereka yang ada di sana.

"Itu biasa saja, sepertinya ia memiliki kekutan es, tapi karena ia tidak bersekolah jadi hanya bisa mengeluarkan sedikit kekutan saja."

"Kenapa?? Apa sekolah yang menentukan kamu mengeluarkan kekuatan sebanyak apa."

"Bukan begitu maksudku, dia tidak bersekolah jadi ia tidak di latih untuk mengeluarkan kekutan besar," jelas Orion pada Clara.

Clara langsung ber- oh dan menyeruput minuman di depannya.
"Enak juga," ucap Clara.

Mereka berjalan-jalan seharian dan sekarang mereka sudah kembali ke asrama. Saat berada di halaman asrama tak sengaja Clara bertemu Beckett yang sedang sibuk menarik rusa berukuran sedang yang sudah mati.

"Hallo Tuan Beckett." Sapa Clara.

Beckett kemudian tersenyum berhenti di depan mereka. "Kau ingin rusa," ajak Beckett bercanda dengan menawari mereka rusa.

"Apa itu asli? Ihh... Lihat darahnya berceceran." Heboh Orion.

"Kenapa dia," gumam Beckett sambil menatap Orion yang sibuk menggoyang kepala rusa.

"Oh... ini Beckett, dan Beckett ini teman sekelompok ku, yang ini Mia dan yang berambut pirang itu adalah Rio Sky." Clara memperkenalkan.

Beckett terkejut setelah mendengar nama panjang Rio. "Benarkah kau anak dari tuan Sky. Aku Beckett, pengemar buku-buku ayahmu." Beckett mengeluarkan tangannya pada Rio mengajak berjabat tangan, tentu saja Rio juga ikut mengulurkan tangannya.

"Ada apa dengan rusa itu? " Mia napak prihatin.

"Oh... Dia di temukan di halaman belakang asrama, sepertinya ada yang membunuhnya ketika ia tak sengaja masuk."

Tempat sekolah  lonioidea memang terletak di tempat yang sangat sepi tak ada permukiman di sekitarnya, hanya terdapat hutan beserta hewan-hewan liar yang hidup, jadi ini bukan suatu hal yang menggemparkan jika hewan masuk ke asrama lonioidea.

"Jadi untuk apa rusa itu?" Tanya Clara penasaran.

"Kau tahu aku suka membuat ramuan, aku memerlukan beberapa bagian dari tubuh rusa ini untuk menjadi campurannya," jelas Beckett. "Baik semuanya, sebaiknya aku menyingkirkan bangkai besar ini" Beckett kembali menyeret rusa itu dengan mengeluarkan seluruh tenaganya dan meninggalkan mereka.

"Kurasa ada yang aneh dengan bangkai itu," gumam Orion sambil menggaruk kepalanya.

"Orion cepatlah." Panggil Clara dari kejauhan meninggalkan Orion yang masih bersama pikirannya.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang