16

70 29 4
                                    

Orang yang menyebalkan

Ia langsung mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian serba hitam. Ia keluar sambil mengendap-endap layaknya maling yang kesiangan, kakinya melangkah menuju gedung sebelah tapi tidak ke aula melainkan ke ruangan lain yaitu ke ruangan penyimpanan benda terlarang.

Orion masuk melalui jendela yang di congkel paksa. Di ruangan penyimpanan benda terlarang itu tak ada apa-apa, hanya ada beberapa lilin sebagai penerang, ruangan itu benar-benar besar dengan aura yang sangat menyeramkan dan membuat tubuh merinding.

Kaki Orion menuju ke tengah-tengah ruangan menatap sekeliling ruangan yang kosong melompong.

"Sepertinya aku sudah pas berdirinya. Sekarang tinggal ucapkan kata kuncinya," gumam orion sambil memeriksa letak berdirinya.

Orion menarik nafas dan mulai fokus. "Jika benda itu ada maka lihatkanlah," ucapnya lantang.

Sejenak ruangan itu lenggang, dan beberapa detik kemudian Orion mulai batuk-batuk. "Kenapa tiba-tiba banyak debu." Sambil berusaha untuk tidak menghirup debu-debu yang berterbangan.

Karna sibuk dengan debu-debu Orion tidak sadar bahwa ruangan kosong itu sudah berubah menjadi ruangan dengan lemari serta rak-rak yang tersusun dengan benda-benda aneh yang tertata rapi.

Ketika menyadari itu Orion terdiam sejenak kagum sekaligus tidak percaya. "Benda-benda ini memang nyata," ucap Orion kegirangan.

Dari kejauhan Orion mendengar langkah kaki mendekat, dengan cepat ia keluar dari ruangan penyimpanan benda terlarang.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya seorang laki-laki bertopi dan bertubuh besar gemuk.

"Sa-saya tersesat," sahut Orion

"Kau siswa dari tingkat satu bukan. Heh... kau kira aku bodoh, sehingga dapat kau bohongi."

Laki-laki bertopi dan bertubuh besar gemuk itu adalah Kepala Sekolah Gugu tapi Orion masih belum mengenalnya karna tidak ikut ke aula mendengarkan perkenalan dan pidato super panjangnya.

Jantung Orion sudah berdegup kencang tak karuan melihat Kepala Sekolah Gugu yang menatapnya layaknya seorang penjahat. "Mak-maksud anda?"

***

Mulut Zico terus-menerus mengoceh di sepanjang pertunjukan mengomentari penampilan dari pelajar tingkat dua yang sedang menari. Clara benar-benar muak mendengar ocehannya yang tidak bermanfaat itu, telinganya seakan bengkak karena ocehan Zico. Clara jadi tidak bisa tenang melihat pertunjukan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Kenapa menatap ku apa kau terpesona dengan ketampanan seorang Zico," ucapnya dengan nada yang begitu sombong.

Sebenarnya Clara menatap Zico dengan tatapan tajam tak suka, tapi ia malah salah paham.

"Dasar Ge-er," gumam Clara Langsung mengalihkan pandangannya.

Penyambutan untuk para pelajar tingkat satu akhirnya berakhir para pelajar langsung di perintahkan untuk kembali ke asrama masing-masing. Di perjalanan pulang Mia melihat seorang laki-laki yang di kenal, ia sedang berdiri di lapangan yang terletak di Antara gedung utama dan asrama.

"Bukankah itu Orion." Tunjuk Mia pada Orion yang sedang mengangkat sebelah kakinya.

"Sedang apa dia," ucap Clara.

"Sepertinya di hukum," jawab Rio singkat, dan kembali meneruskan perjalan menuju asrama di iringi Clara dan Mia yang matanya masih tertuju pada Orion.

***

Di tengah-tengah lapangan Orion berdiri mengangkat satu kakinya dengan kedua tangan yang terletak di telinga.

"Aku menjadi pusat perhatian sekarang. Tapi untunglah aku di hukum karena terlambat bangun, dan bukan karena memasuki ruangan terlarang," batin Orion.

Matahari tak lagi bersinar terik karena sudah menjelang sore. Para pelajar tingkat satu di suruh untuk berkumpul di ruangan yang begitu luas, hampa. Hanya terletak dua meja beserta kursinya dengan dua orang yang sudah duduk di atasnya.

"Tolong buat dua barisan di depan meja, sebelah sana untuk laki-laki dan di sini untuk perempuan," perintah salah satu wanita yang duduk di salah satu kursi.

Barisan sudah terbentuk sesuai yang di perintahkan. Orion berada di barisan, dan di depannya ada Rio, berjalan perlahan sesuai antrian menuju meja yang ada laki-laki berambut putih, yang merupakan murid tingkat dua.

Antrian itu untuk mengambil seragam dan keperluan yang di butuhkan di Lonioidea.

Satu jam kemudian antrian khusus laki-laki yang dulunya panjang kini sudah tak lagi, hanya ada satu laki-laki yang berada di depan meja menunggu barang yang akan di berikan.

"Ini silahkan kau kembali ke asrama," ucap laki-laki berambut putih yang berumur sekitar 17 tahun setelah memberikan beberapa bungkusan besar yang berisi seragam dan benda-benda lainnya.

Melihat tak ada lagi antrian ia langsung berdiri." Lili aku sudah selesai. Aku pergi dulu." Pamit laki-laki berambut putih kepada wanita yang sedang sibuk melayani antrian wanita yang masih tersisa beberapa orang lagi. Wanita itu tak menyahut hanya melambaikan tangannya mendadah.

Laki-laki itu berjalan ingin menuju pintu keluar tapi tak sengaja menabrak seseorang sehingga barang-barang orang yang ia tabrak berjatuhan.

Tanpa menunggu lagi ia langsung membantu memungut barang-barang yang berserak.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang