14

80 36 7
                                    

Kelompok empat ( bagian 2)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelompok empat ( bagian 2)

Pembagian kelompok belum selesai, tapi para murid yang sudah mendapatkan kelompok tak lagi memperhatikan, kerena sibuk berbincang dengan teman sekelompok, termasuk Clara.

"Eh pendek aku tidak menyangka kau juga akan bersekolah di sini," ejek Orion dengan gaya sok cool-nya.

Tiba-tiba laki-laki berambut pirang mendekati. "Karena kita sekelompok perkenalkan aku Rio sky. Kalian bisa memanggilku Rio."

Sontak mereka saling memperkenalkan diri masing-masing mulai dari Mia, setelah itu Orion, dan sekarang adalah giliran Clara untuk memperkenankan diri. "Namaku Clara Oktavia. Kalian bisa memanggilku-"

"Pendek," sambung Orion.

Tangan Clara sudah mengepal jengkel, beraninya ia menyebut dirinya dengan sebutan pendek. Padahal tingginya sama seperti perempuan biasa yang seumuran dengannya termasuk Mia. Yah.. walupun lebih tinggi Mia beberapa cm.

Clara menghela nafas berusaha mengurungkan niat untuk memukul Orion, karna takut membuat masalah di awal masuk sekolah.

Mia dan Rio hanya tersenyum menatap kelakuan Orion yang berhasil membuat Clara marah. Pengajar Na menyuruh menunggu sebentar, entah kemana ia pergi.

"Aku tidak terlalu paham, ada apa dengan pembagian kelompok ini" ucap Mia memulai pembicaraan kembali.

"Benar. Menurutku ini juga aneh sebelumnya tidak ada pembagian kelompok untuk anak tingkat satu," tambah Rio yang membuat mereka terdiam sejenak memikirkan.

Tiba-tiba segerombol anak dari kelompok lain datang mendatangi mereka.

"Hai... Rio sky senang bertemu denganmu. Ayahku sangat menyukai karya ayahmu," ucap laki-laki berambut merah mendekat. "Tapi sepertinya ada masalah dengan kelompok mu." Laki-laki berambut merah meremehkan.

"Maksudmu?" Tanya Rio tak mengerti.

Laki-laki berambut merah mendekati Mia yang menundukkan kepalanya."Ku dengar kau anak dari pekerja di rumah sepupuku kan?"

Mia diam tak berani menjawab membuat laki-laki berambut merah itu menjadi tersenyum puas.

"Yah... sepertinya kau tidak beruntung dengan kelompok mu. Di sini ada anak dari keluarga para pelayan," tunjuk-nya pada Mia yang masih tertunduk menahan tangis ketika dirinya di permalukan, dan semua tatapan mengarah kepadanya. "Dan ini ada perempuan yang datang entah dari mana, dan mungkin saja dia akan menjadi pengikut setia sang peniru," ocehnya kepada Clara.

Laki-laki berambut merah itu mengalihkan pandangannya dari Clara dan menatap Orion yang sedang menguap dengan wajah ngantuk. "Dan lebih parahnya lagi..." Ia menatap Orion tak melanjutkan perkataannya. "Kau benar-benar tidak beruntung Rio."

Orion mendekati laki-laki rambut merah yang menatapnya dengan wajah remeh. "Ada apa denganku Hah... " protes Orion tak Terima. "Oh ya Zico, kelompok mu sangat aneh, kau sekelompok dengan sepupumu dan dua sahabat baikmu. Berapa banyak ayahmu membayar," balas Orion.

"Kau-"

"Sudahlah kak Zico kita jadi pusat perhatian sekarang." Bisik perempuan berambut merah sama dengan Zico yang merupakan sepupu perempuannya.

Zico langsung mudur menjauh dengan wajah jengkel.
"Benar-benar merepotkan," gerutu Orion malas.

Pengajar Na kembali lagi dan membawa semua murid tingkat satu keluar dari gedung yang layaknya kastil dan menuju gedung sebelah. Dari yang Clara dengar gedung itu adalah asrama.

Gedung itu tak terlihat tua, itu seperti baru dengan dekorasi yang lebih modern di banding gedung yang baru saja mereka tinggalkan.

Mereka melewati tangga kayu dengan ukiran yang mengagumkan. Dinding di lantai dua sama dengan lantai sebelumnya yang terlihat minimalis dengan warna hijau mint, di bagian atas ada plafon berwarna putih yang terlihat senada dengan dinding.

"Anak-anak kita sudah sampai," Pengajar Na yang membuat semua terhenti di sebuah lorong dengan pintu kamarnya yang berjejer. "Wakil kepala sekolah membuatkan tema yang sangat menarik untuk tahun ini yaitu persahabatan dan kebersamaan."

"Tema!! Untuk apa?" Tanya seorang wanita yang memiliki mata indah.

Pengajar Na berdehem bersiap untuk menjelaskan. "Jadi setiap tahunnya khusus untuk anak tingkat satu akan di tentukan sebuah tema, setiap tema memiliki semacam misi dan kalian harus menyelesaikannya. Jadi ku beri tahukan sekali lagi tema kalian adalah persahabatan dan kebersamaan, untuk satu tahun ke depan kalian akan tinggal di kamar yang sama dengan kelompok yang sudah di bagikan," jelas Tuna panjang lebar.

Semua pelajar yang ada di sana terkejut tak percaya mendengar penjelasan Pengajar Na.

"Apa kita akan tinggal sekamar dengan laki-laki, kami para perempuan tidak setuju," protes wanita yang memakai baju layaknya seorang putri.

"Benar!!" sahut pelajar lain.

Clara dan Mia hanya terdiam memandang keributan yang terjadi antara Pengajar Na dan para murid yang protes.

"Diam!!" Teriaknya tegas membuat semua terdiam membisu. "Kalau kalian tidak terima silahkan pergi, kami tidak akan rugi apa-pun."

"Tapi kata kakak ku yang baru lulus beberapa tahun yang lalu, saat mereka masih tingkat satu dia di berikan kamar yang luas untuk seorang diri."

Pengajar Na ber- oh."Saat itu tema mereka adalah kebebasan dan mandiri."

"Sebaiknya kalian masuk dan cari kamar masing-masing. Setiap pintu bertuliskan kelompok. Jadi kalian ingatlah kelompok kalian masing-masing. Untuk besok kalian semua harus berkumpul di aula yang berada di lantai tiga, jam enam pagi di gedung sebelah, jika terlambat kalian akan mendapatkan masalah," ucap Pengajar Na memperingati.

Pengajar Na pergi meninggalkan murid tingkat satu yang sedang berhamburan mencari kamar yang akan mereka tempati.

Bersambung....

Info :
Maaf banget yah yang sudah nunggu up-nya DI ANTARA RUANG karna gak up di hari Jumat kemaren. Sepertinya untuk beberapa Minggu ke depan aku gak bisa memastikan untuk up di hari Jumat yah. tapi pasti akan up kok.
Dan aku minta kalian bisa ramaikan cerita aku dengan vote dan komen yah.
Terima kasih😊😊😊

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang