Kelompok empat.
Clara turun dari kereta kuda sambil menjinjing tas yang di bawa, mengikuti orang-orang yang juga baru turun dari kereta kudanya masing-masing. Mereka semua melewati sebuah jembatan yang membentang menuju kastil yang berada di seberang sungai. Jembatan itu adalah jembatan gantung yang terbuat dari kayu yang terlihat kokoh, keras dan berwarna gelap nampak menawan. Semuanya memakai bermacam-macam jubah yang bertudung, mulai dari jubah berwarna mencolok dan begitu indah, sampai dengan jubah polos seperti yang Clara pakai. Tentu jubah itu cukup berguna melindungi diri dari hujan yang tak kunjung berhenti.Clara akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri menyapa salah satu wanita berambut coklat bergelombang sebahu yang sedari tadi juga berjalan sendiri.
"Hai," ucap Clara canggung.
Perempuan itu tersenyum dan menyapa kembali.
"Apa boleh berkenalan, namaku Clara. Clara Oktavia."
Wanita itu sedikit terkejut mendengarnya. "Ak- Aku Mia."
Tapi baru beberapa kata yang keluar di perbincangan itu, mereka sudah sampai di depan gerbang.
Betapa terkejutnya mereka berdua saat melihat seorang pria bertubuh kekar yang dadanya terlihat karena pakaian yang digunakan agak robek. Rambutnya hitam panjang, giginya runcing, kekuningan. Mungkin dia bisa membunuh hanya dengan mengandalkan giginya, badannya begitu tinggi dan sangat besar, kira-kira dua kali lebih besar dari orang dewasa.
Pria bertubuh besar itu menunggu sesuatu. Mia pun memberikan amplop yang terlihat tidak asing bagi Clara, yaitu amplop yang di berikan Prof. Wer kepadanya. Di berikannya amplop itu pada pria bertubuh besar seperti pesan Beckett. Setelah di buka terlihat seperti kartu hitam dengan gambar logo 3D yang timbul, berwarna emas. Setelah merabanya laki-laki itu mempersilahkan mereka masuk.
Ya... pasti ada alasan di balik kartu yang memiliki logo dengan gambar timbul itu, karena pria bertubuh besar tak bisa melihat, dan hanya meraba kartu yang merupakan kunci untuk masuk ke sekolah Lonioidea.
Clara dan Mia mulai melangkah masuk ke dalam bangunan layaknya kastil, di dalam bangunan itu terlihat dekorasi yang begitu tua, dan barang-barang di sana juga terlihat antik dan elegan.
Tak hanya mereka berdua yang ada di sana, melainkan orang-orang berumur hampir seumuran dengan Clara, sedang menunggu sambil berbincang.
"Perhatian semuanya!!" Teriak seorang pria berumur tiga puluhan yang nampak menyenangkan.
Mereka langsung menghentikan perbincangan, lalu menatap pria yang sedang berdiri dengan gagahnya di depan, tapi tidak semua, ada beberapa yang masih sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Di dekatnya terdapat ember kayu yang berisi air bekas pel lantai, pria itu mengarahkan tangannya ke ember. Seketika air yang ada di ember terangkat seperti gelembung air berwarna hitam bekas pel lantai.
Gelembung air itu mengarah kepada laki-laki berkacama yang sedari tadi sibuk berbincang dengan laki-laki berambut pirang, seketika pula gelembung itu pecah di atas kepala mereka yang membuat mereka basah kuyup dan kotor.
Sontak semua orang menertawakan mereka yang basah kuyup.
"Diam anak-anak. Atau kalian akan bernasib sama seperti mereka." Ancamnya yang membuat semua orang terdiam.
"Baiklah, selamat datang para peserta didik tingkat satu, perkenalkan namaku Tuna, kalian bisa memanggilku pengajar Na." Pria itu memperkenalkan diri
Semua yang ada di sana kembali ribut setelah mendengar nama pria yang baru saja bicara.
"Cukup!! bisa kah kalian diam, namaku memang Tuna. Yah... seperti nama ikan. Jadi jika ada yang menertawakan namaku kalian lihat saja." Ancam pengajar Na. "Baiklah, saat aku membacakan mana kalian harap maju ke depan," ucapnya tersenyum ramah, tapi membuat semua orang menjadi takut.
Pengajar Na membuka gulungan kertas yang sedari tadi ia pegang. Nama-nama yang akan menempati kelompok satu baru saja di sebutkan, laki-laki memiliki rambut hitam yang tertata rapi, wanita bertubuh gemuk dengan rambut berwarna pirang, laki-laki bertubuh agak jangkung, dan wanita yang terlihat menggemaskan dengan balutan gaun berwarna hijau maju ke depan setelah nama mereka di sebut.
Pengajar Na kembali lagi menyebutkan nama-nama dari kelompok dua dan tiga setelah selesai, orang-orang yang memiliki nama segera maju ke depan dan mendekati anggota lainya.
Sekarang giliran kelompok empat, dan di kelompok empat Clara mendengar Pengajar Na menyebut namanya, dan dua orang yang di kenal-nya yaitu Mia dan Orion, entah kebetulan apa ini. Bukan hanya mereka bertiga, laki-laki bernama Rio yang memiliki rambut berwarna pirang dengan pakaian sederhana di banding Orion yang sedang memakai pakaian super mewah. Wajah Rio juga terlihat layaknya seperti laki-laki Eropa.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Ruang. [Season 1]
Fantasy"Apakah Terowongan itu menuju ke negeri lain?" Tragedi itu sudah begitu lama, saat Clara kecil yang tersesat di hutan tak sengaja menemukan terowongan aneh yang ternyata terhubung dengan negeri lain. Kini Clara sudah remaja dan menggap tragedi yang...