23

23 10 1
                                    

Happy reading!!!

  Petunjuk kekuatan

"Nanti ku beri tahu. Tapi biar ku ingatkan, jangan buat ulah saat ia mengajar," bisik Orion pada Clara sambil melihat rombongan yang sudah berhenti di lapangan. Mendengar hal itu Clara hanya mengangguk mengiyakan, padahal dalam lubuk hatinya ia sudah sangat penasaran.

Semua  pelajar berkumpul, menunggu perintah dari Si Cincin api, nama lain dari Suiker di sekolah ini. Si Cincin api mengambil sebuah bola berbahan kayu yang di ayam cantik, dari kelihatannya bola itu juga berat. Tapi tak itu saja yang ada di sana, melainkan ada sebuah pot dengan tanaman kecil dan terdapat ember yang berisi air, serta beberapa cangkir kaca.

Suiker menaruh bola itu di tanah. "Sekarang aku ingin kalian menunjukan kekutan kalian, jika kekutan kalian meniru, buat bolpoin yang ada di tanganku ini ikut berubah seperti bola itu, jika kekuatan kalian adalah pelindung, lindungi cangkir di sana agar tidak pecah saat di jatuhkan." Suiker kembali lagi mengambil bola yang ada di tanah. "Tapi jika kekutan kalian api buat bola ini terbakar." Dan tiba-tiba saja di bola tersebut muncul api yang entah dari mana, sehingga membuat yang ada di sana bertepuk tangan, "dan kalian juga harus ingat untuk memadamkan apinya, ia menaruh kembali bola yang sudah terbakar itu di tanah.

"Bola ini akan tenggelam jika di masukan ke dalam air jadi bagi kalian yang berkekuatan air buat bola ini muncul ke permukaan air, bagi yang berkekuatan angin buat bola ini mengambang di permukaan tanah, jika kekuatan kalian Es buat bola ini membeku,

"Sebaiknya kita mulai saja, karena aku tak ingin menjelaskan semua kekuatan jadi ku bagikan lembaran ini, di sana sudah ada semua penjelasan tentang tugas kalian." Tangannya kemudian menunjuk salah satu murid yang ada di sana yang tak lain adalah Mia, perlahan Mia maju mendekati Suiker.

"Apa kekuatan yang kau punya?" Tanyanya sambil menunggu jawaban.

Dengan ragu Mia mengatakan, "Tumbuhan," mengatakan kekuatanya.

Suiker yang mendengar itu langsung meletakan bola baru di samping pot yang berisi tanaman kecil. "Tumbuhan kecil itu akan mengatakan bola itu terbuat dari kayu apa, dan bilang kepadaku," sambil menunggu jawaban Mia di sampingnya.

Sudah beberapa menit Mia berada di sana sambil melihat tanaman kecil itu dengan fokus tapi tak ada suara apapun. "Kau sudah tahu jawabannya apa?" desak Suiker.

Mia menggeleng dengan takut dan ragu. Suiker menghela nafas menatap semua pelajar yang berdiri di sana.

"Apa kalian semua bodoh, tak ada satupun yang bisa melakukannya," teriaknya marah, mendapati hampir semuanya tak bisa mengeluarkan kekuatan. Semua yang ada di sana hanya terdiam dan tak berani menyahut. "Saat pelajaran berikutnya aku ingin kalian menunjukan apa kekutan kalian, seperti yang kau perintahkan tadi. Jadi berlatihlah, " meninggalkan semua pelajar

***

Di taman hidup yang terletak di belakang asrama Clara dan teman sekelompok duduk di sebuah bangku yang tepat berada di bawah pohon. Mereka asik mengobrol sedangkan Clara tak menghiraukan dan asik melamun.

Mia menyenggol Clara. "Apa yang kau pikirkan, kenapa dari tadi ku lihat kau melamun."

Clara terbangun dari lamunannya ia menatap teman-temannya yang menunggu jawaban Clara.

"Ada apa, jika ada yang menggangu bilang saja."

"Ini mengenai perkataan pengajar Suiker tentang pelajaran."

"Oh... maksudmu tentang tugas yang ia berikan tadi, tugas yang mengharuskan kita menunjukan kekuatan," ucap Orion dengan wajah santainya. "Memangnya ada apa?" Tanyanya.

Clara menghela nafas tertunduk. "Itulah masalahnya, aku tak tahu kekuatanku."

"Apa!!" Dengan serempak.

***

Clara mengetuk pintu besar berwarna coklat, atas rekomendasi dari teman sekelompoknya yang tak lain dan tak bukan adalah Mia, Rio, dan Orion. Ia memberanikan diri untuk ke ruangan Prof. Wer untuk meminta saran atas permasalahan yang sedang di hadapinya.

Sahutan terdengar dari balik pintu. Clara membuka pintu besar dan berat itu dengan sekuat tenaga. "Dari kayu apa sih pintu ini. Berat sekali, rasanya nyawaku hampir keluar saat membukanya," gumam Clara sambil mengerahkan kekuatanya untuk membuka pintu.

Setelah masuk Clara mendapati Prof. Wer duduk di bangku kerjanya, ruangan yang ia masuki itu sangatlah bersih dengan nuansa putih. Rasanya Clara langsung pusing setalah masuk karena warna putih itu membuat matanya sakit, ruangan itu benar full berwarna putih.

Prof. Wer mendekati Clara. "Anakku Clara, sedang apa kau kemari." sambut prof. Wer ramah.

"Ada yang ingin saya tanyakan pada anda."

Prof. Wer langsung menuju ke arah sofa putih yang ada di sana dan juga memberikan kode untuk Clara agar ikut duduk."Apa yang ingin kau tanyakan sehingga datang ke ruangan ku?"

Clara memberanikan diri untuk bertanya. "Pengajar Suiken memberikan tugas pada pelajar tingkat satu untuk memperlihatkan kekuatanya, tugas tersebut berbeda-beda, tergantung kepada kekutan masing-masing. Jadi yang ingin saya tanyakan apa kekuatan saya. Bukankah Anda bilang bahwa manusia dari dunia manapun yang melewati terowongan itu akan memiliki kekuatan."

"Tentu saja anakku. Tak usah khawatir, kekuatan itu akan datang dengan sendirinya jika kamu sedang dalam keadaan yang genting."

Clara bangun dari duduknya. "Apa aku harus mengalami hal genting dulu agar kekuataku keluar."

Prof. Wer langsung menuju ke arah kursi kerjanya yang tak jauh dari sofa di ikuti oleh Clara dari belakang. "Tentu saja tidak, jika kau ingin tahu kita harus melihat ke masa lalu. Apa saja yang terjadi padamu."

"Maksud anda?"

"Apa kau lupa kembaran ku War mempunyai kekuatan bisa melihat ke masa depan, dan aku Wer bisa melihat ke masa lalu, sini serahkan tanganmu anakku, kita akan melihat apa kekuatanmu."

Tiba-tiba saja tubuh Clara rasanya ditarik sangat kuat ke suatu tempat, tapi tarikan kuat itu tak berselang lama, mereka tiba-tiba sudah ada di halaman rumah Clara. "Itu aku." Tunjuk Clara pada anak kecil yang sedang duduk di bangku sambil menatap aliran air hujan di tanah.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang