33

12 5 0
                                    

Happy reading!!!

Salah mengira

Clara mendongakkan kepalanya mengarah Rio yang berdiri di depannya sedang menunggu jawaban. "Prof. Wer tadi datang kesini dan mengatakan bahwa pelaku bubuk perusak adalah laki-laki. Ia melihat dari salah satu korban baru, tapi Prof.Wer hanya tahu bahwa ia laki-laki dan wajahnya lagi-lagi tidak kelihatan."

"Jadi selama ini kita salah mengira bahwa pelakunya perempuan?"

Clara hanya menjawab dengan anggukan kecewa mengingat usahanya yang sekarang menjadi sia-sia. Kepalanya langsung terasa pusing sekarang, memikirkan apa yang sebaiknya ia lakukan, di tambah lagi ancaman Kepala Sekolah Gugu yang akan mengeluarkannya dari sekolah.

Ini benar-benar jalan buntu, mereka yang awalnya memiliki kunci untuk menangkap pelaku tapi salah memilih pintu, yang alhasil pintu tak bisa terbuka. Ternyata untuk mencari pelaku tidak hanya memerlukan kunci tapi juga memerlukan pintu yang benar, yang mana di baliknya terdapat sang pelaku berada. di jalan yang buntu sekarang, Clara akhirnya terpaksa memberitahukan ancaman kepala sekolah Gugu kepada Rio dan Orion, bertapa terkejutnya mereka mendengar hal itu.

Rio pergi meninggalkan kamar asrama kelompok empat untuk menjemput Kalisa agar membicarakan masalah ini, mereka tentu harus membuat rencana baru karena rencana untuk mengecek para pelajar perempuan yang memakai gelang itu sia-sia.

Tapi ada sebuah kabar baik yang terselubung di setiap kabar buruk, tentu saja pencarian mereka lebih mudah sekarang ini di karenakan pastinya tidak banyak pelajar laki-laki yang memakai gelang berkilau, walaupun pencarian mereka harus kembali pada titik awal.

Sepertinya tidak ada waktu lagi untuk menyembunyikan para korban yang terkena serbuk perusak, dikarenakan banyaknya peningkatan jumlah korban. Kali ini pelaku tak lagi beraksi meletakan serbuk perusak di atas bunga mawar kering. Ia memilih untuk memberikanya langsung, caranya dengan menaruh serbuk perusak ke atas benda-benda korban yang mengakibatkan tersentuh, walaupun penyebarannya tak secepat di taruh di bunga mawar kering.

Hal ini membuat para pelajar dan warga sekolah ketakutan, bahkan ada yang bilang bahwa Kepala Sekolah Gugu hampir saja menjadi korban. Saat itu ia kelupaan meninggalkan topinya di aula dan tanpa di sangka topi itu sudah di berikan serbuk perusak, untungnya salah satu pengajar curiga dan melarang Kepala Sekolah Gugu untuk menyentuhnya. Walaupun serbuk perusak berukuran sangat kecil layaknya debu tapi itu masih bisa di lihat jika dengan teliti, akan terlihat sebuah butiran-butiran layaknya debu berwarna hitam.

Hari ini pelajaran di isi oleh Nona Kub, seperti biasa penampilan wah Nona Kub mampu membuat para pelajar tidak konsentrasi. Bagaimana tidak, topi besarnya membuat hampir separo papan tulis tertutup, di tambah bajunya yang berwarna cerah membuat para pelajar terkecoh.

Belum juga dua puluh menit Nona Kub mengajar tiba-tiba saja tiga orang pria masuk keruangan, ia memakai pakaian sangat rapi, berjas hitam, kacamata hitam dengan lencana berbentuk bulat dengan gambar timbul yang terlihat seperti berlian di sebelah kirinya. Salah satu dari ketiga pria tu maju seperti membisikan sesuatu kepada Nona Kub.

Entah apa yang di bisikan pria itu, Nona Kub nampak serius mendengarkan. "Kalian silahkan kembali ke asrama, hari ini para pengajar akan mengadakan rapat, kemungkinan semua pelajaran ditiadakan. Gunakan waktu luang ini untuk bersih-bersih dan istirahat," ucap Nona Kub pergi meninggalkan kelas di iringi para pria yang terlihat garang.

Lorong sangatlah ramai ternyata tidak hanya pelajar tingkat satu saja yang tidak belajar hari ini, melainkan seluruh pelajar. Terlihat beberapa pelajar senang karena tidak harus berdiam di kelas sambil mendengarkan penjelasan membosankan, di tambah lagi kabar tentang gerbang yang hari ini terbuka seharian dan memperbolehkan para pelajar untuk keluar.

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang