34

19 6 3
                                    

Happy reading!!!

Takdir yang hilang

Lagi-lagi Kalisa tidak menjawab, ia hanya menggerakkan tangannya kembali memegang tangan Clara, tapi kali ini ia menarik seperti ingin Clara mendekatkan telinganya. Clara langsung paham dengan apa yang di maksud oleh Kalisa, ia mendekatkan telinganya dan berharap Kalisa bisa menyebutkan nama sang pelaku yang mereka cari-cari selama ini. Wajah Clara fokus mendengarkan apa yang ingin di ucapkan oleh Kalisa, sedangkan Orion juga ikut mendekatkan telinganya, tapi tidak sedekat Clara. Sementara Rio hanya berdiri di samping ranjang sambil menunggu apa yang Clara dengar.
Suara sangat kecil keluar dari mulut Kalisa, sambil menahan sakit ia mengeluarkan banyak tenaga hanya untuk menyebutkan sebuah nama.

Sebuah nama di ucapkan Kalisa dan setelahnya ia kembali meringis kesakitan, sepertinya sakit yang ia rasakan semakin parah.

"Apa... apa, siapa tadi?" Clara tidak yakin dengan apa yang di dengarnya.

Dari arah pintu para pengajar kembali masuk keruangan kesehatan dan menyuruh mereka untuk keluar, kembali ke kamar asrama mereka karena Kalisa akan pergi.

Di jalan menuju ke asrama, mereka kembali berdiskusi dengan apa yang mereka dengar. Tentu Rio menjawab tak mendengar apapun karena ia berada sangat jauh dari Kalisa dibanding Clara dan Orion.

Saat Rio bertanya pada Clara ia nampak tidak yakin dengan apa yang di dengarnya. "Kalau gak salah nama yang di sebut Kalisa adalah Ral." Dengan wajah tidak yakin.

"Ral... Mana ada nama itu di sini, adanya cuma Rel Kereta Api tuh di kota. Lagian kau yang paling dekat dengannya tapi malah gak yakin." Orion protes.

Clara agak sedikit kesal dengan Orion, tapi apa yang diucapkan Orion ada benarnya ia memang paling dekat Kalisa saat itu. Tapi apalah daya suara Kalisa benar-benar hampir tak terdengar.

"Bukanya kau juga ikut mendekat saat itu, apa yang kau dengar coba?" tanya Clara.

Orion diam sejenak. "Alo...To...To..."

"Ayo, To-To siapa cob-"

Orion langsung menutup mulut Clara menyuruh untuk diam, dan tentu saja langsung ditepis oleh Clara.

Mereka semua benar-benar memikirkan nama siapa yang Kalisa ucapkan di ruangan kesehatan, tanpa menyadari ada seseorang yang mengikuti mereka sedari tadi, ia selalu berusaha memperhatikan serta mendengarkan percakapan mereka. Terlihat di genggamannya terdapat sebuah gelang yang nampak indah berkilau, gelang itu adalah gelang yang selama ini mereka bicarakan, gelang yang dimiliki oleh sang pelaku.

Setelah lama memikirkan apa kiranya nama yang tadi di ucapkan Kalisa, Orion langsung menatap ke arah Clara dan Rio. "Alto," ucapnya serius.

Setelah mendengar ucapan Orion yang mengatakan nama Alto si kepala asrama, orang yang sedari tadi mengikuti mereka langsung pergi meninggalkan mereka yang masih tidak menyadari sedang di ikuti.

Di perjalanan menuju asrama Orion meyakinkan Clara dan juga Rio yang tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Orion. Tentu tidak masuk akal jika Alto yang merupakan dalang dari semua ini, ia adalah kepala asrama, Clara sempat melihat ia di marahi Kepala Sekolah Gugu habis-habisan, saat tak bisa menjalankan tugasnya yaitu membantu para pelajar. Walaupun tidak di bayar, menjadi kepala asrama adalah suatu yang menguntungkan, banyak keuntungan yang bisa di dapat. Bagaimana ia bisa mempertaruhkan jabatannya sebagai kepala asrama hanya untuk menaburkan serbuk perusak ke sembarang orang. Benar-benar tak masuk akal.

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang