18

60 26 5
                                    


perempuan mencolok

Di pagi hari hujan yang begitu deras turun, sehingga meredam suara lonceng. Bukan hanya itu sejuknya hembusan angin yang masuk dari ventilasi kamar membuat Clara menarik selimutnya, dan tak bisa berpisah dengan tempat tidur, tapi tak berselang lama tubuh Clara terasa di guncang, ia membuka matanya menatap sekeliling.

"Clara kapan kamu bangun nanti telat." Mia dengan kuat menggoyangkan tubuh Clara agar terbangun.

Dengan sigap ia bangun untuk pergi ke kamar mandi membersihkan badannya sambil membawa seragam yang akan di pakainya hari ini.

Akhirnya Clara selesai mandi dan langsung menuju kamarnya. Di sana hanya ada Mia yang sibuk merapikan rambutnya. Pakaian mereka berdua sama yaitu seragam berwarna putih dengan rompi abu-abu, serta Rok pendek yang berwarna abu-abu senada dengan rompi, mereka juga memakai sepatu boots Masing-masing.

"Mana yang lain??" Tanya Clara yang baru saja masuk.

"Rio sama Orion langsung pergi ke kelas. Sebaiknya kita juga segera pergi ke kelas." Mia menyahut.

"Iya. Aku juga sudah siap," jawab Clara.

"Tunggu mana cincinmu?"

"Cincin yang diberikan kemarin kebesaran, jadi aku menaruhnya di kantung bajuku," sahut Clara sambil mengeluarkan cincin milikinya.

Mia tersenyum menatap Clara. "Tidak usah khawatirkan itu, sebaiknya cepat kau pakai." Perintah Mia.

Dengan bingung sekaligus penasaran Clara memasang cincin miliknya di jari telunjuk sesuai seperti kertas bergambar yang di berikan. Ruangan lenggang sejenak mereka berdua menatap cincin yang terpasang longgar di jari telunjuk Clara.

Tiba-tiba cincin mengerut menyesuaikan tangan Clara. Mia tersenyum menatap wajah  terkejutnya Clara. Di perjalanan menuju kelas Clara masih sibuk meneliti cincin di jari telunjuknya.

Kelas mereka berada pada lantai dua di bangunan seperti kastel samping asrama.

Mereka akhirnya sampai di kelas yang penuh dengan kursi dan meja yang tersusun rapi. Clara dan Mia memilih untuk duduk bersampingan di bangku urutan tiga, agar mereka tak terlalu jauh atau terlalu dekat dengan depan papan tulis yang masih mengunakan kapur.
Kelas benar-benar ribut, ada yang menyanyi, dence, berdansa, Bahkan adu panco. Orion bahkan tertidur di mejanya, entah bagaimana ia bisa tidur di kelas yang super ribut.

Seorang perempuan berumur tiga puluh tahunan masuk, pakainya benar-benar berlebihan, bahkan di kepalanya terletak topi super besar. Make up yang tebal dan bulu mata palsu panjang sangat mencolok, entah bagaimana matanya bisa tetap terbuka saat bulu mata palsu berat itu menempel.

Semua yang ada di kelas terdiam memperhatikan wanita yang baru saja masuk, bahkan ada beberapa yang menahan tawa saat melihat wanita super mewah itu berdiri di depan.

Orion yang tidur terbangun langsung menatap sekeliling, bingung dengan kelas yang tiba-tiba senyap.

Tatapan Orion terhenti kepada wanita berpakaian super wah di depan. "Apa-apan itu, apa dia badut," ucap Orion keceplosan pada wanita di depan sehingga membuat semua orang menatapnya.

"Kau... yang tidak tahu sopan santun ke depan kelas dan berdiri dengan satu kaki hingga jam ku selesai." Perintahnya pada Orion.

Tanpa penolakan ia langsung berdiri dan menuju keluar untuk menjalankan hukuman, Zico yang melihat Orion di hukum pada hari pertamanya tersenyum puas. "sudah ku duga dia akan membuat ulah," gumam Zico.

Wanita berpakaian super mewah itu mengetuk meja agar perhatian para pelajar tertuju padanya. "Perkenalkan namaku Salesa kub panggil aku Nona kub, di sini aku pengajar sejarah."

"Sejarah apa?" Tanya seorang pelajar perempuan.

"Yang pasti bukan sejarah keluargamu," jawab Salesa dengan gayanya yang buat siapa saja merasa jengkel. "Ingat semuanya saat di kelasku kalian tidak boleh mengeluarkan kekuatan kalian, jika ada yang mengunakan secara diam-diam aku tak segan-segan memasukan kalian ke ruangan peredam," jelasnya.

Semuanya terdiam ketika mendengar kata ruangan peredam, hanya Clara yang celingak-celinguk tak tahu apa itu ruang peredam.

Clara mendekati Mia yang berada di sampingnya. "Mia apa itu ruang peredam?" Bisik Clara.

"Ruangan peredam adalah ruangan yang membuat orang masuk ke dalamnya tidak bisa menggunakan kekuatan, dan jika berada di sana dalam waktu yang lama maka kekuatan yang di miliki akan hilang selamanya," jelas Mia dengan berbisik.

"Semuanya sekarang perhatikan. Cepat Buka bab satu." Perintahnya.

Clara memberanikan mengangkat tangannya. "Nona Kub kami semua belum mempunyai buku."

"Oh... Benar sekarang kau ambil buku yang berjudul sejarah kota tua yang di tulis Lara Evan Sky ada di lemari, dan bagikan ke teman-temanmu"

"Malah aku yang kena," gumam Clara sambil bangkit dari duduknya.

Clara sudah Kembali ke kursinya dan membuka Bab satu seperti yang Nona Kub perintahkan.

"Baik, bisa kalian baca apa judulnya"

"Sejarah ruangan cahaya." Baca semua pelajar serentak.

Nona kub meletakan bukunya di meja guru sambil berjalan berkeliling ruangan. "Ruangan cahaya adalah ruangan yang di buat oleh pendiri Lonioidea.  Ia sengaja membuatnya untuk memenjarakan orang- orang yang telah menyakiti rakyat yang lebih lemah. Ruangan cahaya memiliki dua tingkatan, tingkatan yang pertama untuk orang-orang yang telah menyakiti rakyat. Di ruangan cahaya tingkat pertama kamu akan terlepas jika kau sudah menyesali perbuatan yang telah dilakukan. Ruangan itu akan membukakan jalan untuk mu, tapi jika sudah masuk kedalam ruangan cahaya kau akan terus terikat, dan jika mengulangi hal yang sama, kalian akan masuk kembali keruangan itu. Banyak para penjahat yang menjadi baik setelah keluar dari ruangan cahaya tingkat pertama. Tapi ruangan cahaya tingkat kedua berbeda, ruangan itu tidak akan terbuka walaupun kau telah menyesal."

Laki-laki bertubuh gendut mengangkat tangannya. "Siapa yang pernah masuk ke ruangan cahaya tingkat kedua?" Tanyanya dengan ragu-ragu.

"Pertanyaan bagus bocah imut. Ruangan cahaya tingkat kedua hanya pernah di masuki satu orang, yaitu Sang Peniru," ucap Nona Kub dengan nada yang sedikit rendah.

Semua murid terdiam setelah mendengar nama Sang Peniru.

"Bukankah ruangan cahaya tingkat kedua tidak bisa membuat orang yang telah masuk keluar, jadi untuk apa takut Sang Peniru keluar," ucap Clara sedikit nyaring sehingga semua orang menatapnya tak suka.

"Siapa nama gadis bermata biru itu?" Tanya Nona Kub pada Zico yang berada di dekat ia berdiri.

Tanpa basa- basi Zico langsung  menyebutkan nama Clara Oktavia.

Mendengar jawan dari Zico, Nona kub tersenyum meremehkan. "Pantas saja kau berani, karna kau adalah Clara! Clara yang di bicarakan orang-orang bukan?" Mendekati Clara tampak tak suka.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang