Masa laluClara hanya berjalan kaki menuju ke hutan Bahari agar tidak di curigai. Tidak Sampai dua puluh menit akhirnya ia sampai di hutan Bahari.
Angin malam berhembus kencang membuat rambut Clara yang terurai berkibar. Hutan gelap dan suara hewan-hewan aneh di dalamnya tidak membuat Clara takut dan terus melangkahkan kakinya, untuk masuk kehutan lebih dalam dan menuju ke terowongan.
Semenjak terakhir kali keluar dari terowongan kemarin, tidak ada lagi terlihat asap, hanya ada terowongan yang sunyi dan sangat gelap.
Clara terus melangkah masuk ke dalam terowongan, lagi-lagi terdengar suara air mengalir, tapi hanya suara air tidak ada suara orang-orang yang begitu ramai seperti sebelumnya.
Setelah ia keluar dari terowongan Clara baru ingat bahwa pasar tidak di adakan setiap hari. Jadi, hari ini tidak ada pasar hanya toko-toko yang tutup.
Berbeda dengan sebelumnya yang ramai, kini berubah menjadi sunyi , cahaya bulan yang memantul di sungai dengan air yang sangat bersih bagaikan cermin, dan suara alirannya seperti nyanyian yang sangat merdu. Dari kejauhan Clara melihat dua orang pria mendekati.
Setelah sudah begitu dekat dengannya, ia baru bisa mengenali bahwa pria itu adalah Tuan Beckett. Tapi pria satunya ia tak kenal.
Di sebelah Tuan Beckett terdapat pria tua yang mungkin sudah berumur, rambutnya sudah di penuhi uban, wajahnya juga berkeriput.
Pria itu memakai jubah hitam yang ujungnya menyapu tanah, walaupun terlihat berumur tubuhnya masih berdiri tegak, tidak bungkuk sedikitpun.
"Aku tau kau akan datang anakku." Pria berjubah hitam bersuara.
Clara diam sejenak menatap pria tua di sebelah Tuan Beckett, semakin di perhatikan wajahnya mirip seseorang tapi ia tak begitu mengingatnya.
"Clara perkenalkan, ini Prof. Wer," ucap Tuan Beckett. Memperkenalkan orang yang berada di sebelahnya.
"Sebaiknya kita berbincang di tempat yang nyaman," usul Prof. Wer.
"Baiklah. Anakku pegang tanganku, Beckett kau juga." Perintah pria berumur yang bernama Prof. Wer.
Tangan keriput milik Prof. Wer Clara pegang dengan erat, seperti perintahnya, dan seketika tubuhnya seperti melayang dan tersedot, hanya beberapa detik mereka sudah berada di dalam gubuk Beckett.
Tuan Beckett langsung mempersilahkan untuk duduk. Prof. Wer melepaskan jubahnya, setelahnya ia langsung menuju bangku untuk menunggu Beckett yang terlihat sibuk. Berbeda halnya dengan Clara yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Masalah terowongan saja sudah membuatnya tidak bisa tidur karena memikirkannya, dan sekarang di tambah masalah berpindah tempat dalam waktu beberapa detik.
"Itu benar-benar hebat, apa aku sekarang bermimpi, bagaimana caranya dia bisa membawaku ke sini dengan sekejap."
"Anakku apa yang kau pikirkan cepat duduk," ucap Prof. Wer.
Clara duduk di bangku yang berada di sebelah Prof. Wer dengan wajah yang bertanya-tanya.
"Kau pasti terkejut. Minumlah ini." Tuan Beckett memberikan cangkir yang terbuat dari bambu berisi minuman.
"Terima kasih." Ambil Clara.
Air yang ada di dalam cangkir itu ia teguk, dan hanya satu kata yang bisa menggambarkan air yang di berikan Beckett, fantastis.
Dalam tegukan pertama seperti ada bunga yang mekar di mulut dan tegukan seterusnya Clara seperti berada di taman yang di penuhi dengan ribuan bunga. Rasa takut dan bingung seketika menghilang, hanya menyisakan kesegaran.
"Apa ini?" tanya Clara sambil melihat kedalam cangkir.
"Minuman penenang, aku sendiri yang membuatnya," sahut Tuan Beckett.
Seperti namanya, minuman ini membuatnya merasa tenang.
"Clara ada yang ingin aku bicarakan," ucap Prof. Wer serius sehingga mengalihkan pandangannya dari cangkir.
Melihat wajah serius Prof. Wer, Beckett langsung duduk ikut serta mendengar pembicaraan.
"Kau adalah Clara yang kami semua tunggu-tunggu."
Mendengar perkataan Prof. Wer Clara terkejut tak percaya, mana mungkin anak biasa sepertinya bisa mengalahkan Sang peniru yang di takuti seluruh penduduk negeri, bahkan membunuh kecowa saja ia tak berani.
"Dari mana kau tahu bahwa aku adalah Clara yang kalian tunggu?" Tanya Clara memastikan.
"Rambut yang di kirim oleh Beckett," sahut Prof. Wer menyakinkan. "Anakku biar aku jelaskan, di negeri ini hampir semua penduduk memiliki kekuatan atau kelebihan masing-masing. Dan aku memiliki kekuatan bawaan yaitu, bisa melihat masa lalu orang lain melalui sentuhan, rambut yang di kirimkan Beckett kepadaku membuatku melihat bahwa Clara yang di maksud adalah kamu," jelas prof. War panjang lebar.
"Walupun itu aku, aku tidak bisa melakukan hal yang seperti kalian inginkan, aku hanya anak biasa. Lagian seperti anda bilang bukankah penduduk negeri ini memiliki kekuatan, walupun tidak semua mereka pasti bisa kan melawan. Sedangkan aku tak memiliki kekuatan apapun bagaimana aku bisa."
"Anakku kau pasti tahu bahwa ini bukan pertama kali kau kesini."
Clara teringat kejadian saat ia berumur tujuh tahun lalu mengangguk mengiyakan.
"Apa kau masih ingat orang yang pertama kali kau temui di sini?"
"Iya, pria membawa buku yang tidak sengaja- Tunggu pria itu -" mata Clara seketika terbuka lebar menatap Prof. Wer. Sekarang ia ingat bahwa orang yang ditemuinya saat kecil begitu mirip dengan laki-laki di depannya.
Prof. Wer tersenyum. "Kau ingat sekarang."
***
Di sebuah bangunan yang sangat besar, pesta yang begitu mewah sedang di selenggarakan.
"Aku dengar kau juga akan bersekolah di Lonioidea," ucap seorang kepada Orion.
Orion yang sedang duduk bersantai langsung mengalihkan pandanganya menuju kepada laki-laki yang baru saja datang. Orion sudah mendapati sosok yang baru saja bicara kepadanya, orang yang menghampirinya memiliki rambut berwarna merah dengan mengenakan pakaian yang sangat mewah layaknya bangsawan. "Bukan urusanmu," sahut orion dengan ketus.
"Tentu saja itu urusan ku. Aku juga kan bersekolah di sana."
"Untuk pergi ke sana saja aku terlalu malas di tambah lagi ada orang ini, melelahkan," keluh Orion, langsung bangun dari duduknya sehingga memperlihatkan pakaiannya yang tak kalah mewah.
Ia mendekati laki-laki berambut merah dan menepuk pundaknya. "Semoga beruntung," ucap Orion langsung pergi meninggalkan laki-laki berambut merah.
Ketika Orion pergi laki-laki berambut merah mengeluarkan ekspresi wajah tak suka dan langsung membersihkan pundaknya bekas di sentuh oleh Orion.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Ruang. [Season 1]
Fantasy"Apakah Terowongan itu menuju ke negeri lain?" Tragedi itu sudah begitu lama, saat Clara kecil yang tersesat di hutan tak sengaja menemukan terowongan aneh yang ternyata terhubung dengan negeri lain. Kini Clara sudah remaja dan menggap tragedi yang...