25

22 10 0
                                    

Happy reading!!!

Siapa pelakunya?

Sudah seminggu setalah peraturan baru itu di buat, banyak para pengajar dan pelajar yang sudah di laporkan ke Kepala Sekolah Gugu. Tapi, pelakunya masih saja belum tertangkap, dan hanya membuat para pelajar dan pengajar semakin mencurigai, bahkan mereka tak saling mempercayai sekarang.

Cuaca hari ini memang tidak terlalu panas, tapi juga tidak mendung ingin hujan, bisa di bilang cuacanya cukup bagus untuk belajar di tengah lapangan. Angin sejuk selalu menyertai pembelajaran pengajar Suiker hari ini. Ia menagih para pelajar akan janjinya untuk menunjukan kekuatan hari ini, banyak yang berhasil setelah bekerja keras untuk belajar mengendalikan kekuatan.

Rio maju dengan yakin setelah namanya di sebut, ia tak banyak bicara, tak seperti Orion yang selalu mengoceh, sehingga Clara tak tahu kekuatan apa yang di miliki Rio, dari Orion si tukan oceh itu bilang keluarga Sky ayah dari Rio memiliki kekuatan angin, jadi ada kemungkinan Rio juga memiliki kekutan yang sama seperti ayahnya.

"Okey. Waktunya anak dari keluarga Sky akan maju." Antusias dari pengajar Suiker. "Ayahmu bilang kau memiliki kekutan Angin sepertinya. Jadi, ayo buat bola itu mengambang di permukaan tanah dengan angin yang di hasilkan dari kekuatanmu."

Rio mengambil ancang-ancang, ia menggerakan tanganya ke arah bola dan tentu saja bola pun melayang dan juga terasa angin sejuk mengangkat bola itu.

Pengajar Suiker bertepuk tangan. "Keluarga Sky memang tidak mengecewakan. Tapi Rio kau jangan sombong dahulu," ucapnya kembali meremehkan.

"Rio kembalikan bola itu. Oke selanjutnya Clara Oktavia," teriaknya.
Perasaan gugup seperti menghantui Clara, bagaimana jika ia sekarang ini tak bisa menggunakan kekuatanya.

"Oke Clara fokus, fokus, fokus hanya itu yang di perlukan untuk menggunakan kekuatan," ucapanya dalam hati.

Clara mendekati pengajar Suiker. "Apa kekuatan mu?" Tanya Suiker.

Melihat wajahnya saja membuat Clara semakin gugup dan takut. "Air," sahut Clara pelan.

"Air yah... Baik, buat bola yang tenggelam dalam ember itu kembali mengambang di ke permukaan," perintahnya sambil menunjuk ke sebuah ember besar.

Clara juga mengambil ancang-ancang seperti yang di ajarkan oleh teman-teman kelompoknya, walaupun tak pernah berhasil ia lakukan. Clara hanya menunggu keajaiban bahwa ia bisa membuat bola itu mengambang di permukaan.

Satu menit, dua menit bola yang tenggelam itu tak kunjung terlihat, pengajar Suiker menunggu- nunggu.

"Ckh... tak akan bisa," remeh Suiker. "Sudahlah kembali kau sana."

Clara hanya bisa menurut mengikuti perintahnya, yah... toh ia juga memang tidak mampu melakukannya.

Pelajaran Suiker telah usai Clara dengan wajah murungnya pergi ke arah kantin. "Sudahlah Clara nanti kekuatanmu juga akan muncul." Hibur Mia.

Suasana sekitar tiba-tiba ricuh karena terjadi perkelahian antara pelajar tingkat tiga di kantin, mereka saling mengeluarkan kekuatan, perkelahian itu di picu karena saling tuduh menuduh akibat kebijakan yang di terapkan oleh Kepala Sekolah Gugu.

Perkelahian sekarang sudah terlihat biasa saja, entah itu tingkat satu, dua, atau tiga. Padahal tema tingkat satu adalah persahabatan dan kebersamaan. Bagaimana kebersamaan terjalin seperti ini jika banyak yang saling bertengkar. Dari arah belakang seorang laki-laki mendekati Clara dan memegang bahunya agar Clara menoleh kepadanya.

"Ada apa?"

"Tadi kau di panggil ke ruangan kepala sekolah," ucap laki-laki berkacamata.

"Untuk apa?" Tanya Clara penasaran, ada hal apa sehingga Kepala Sekolah Gugu memanggilnya ke ruangan.

"Entahlah aku juga tak tahu sebaiknya kau kesana dulu." Sembari mengangkat bahunya tak tahu.

Mendengar perintah ia yang di panggil ke ruangan Kepala Sekolah, Clara meninggalkan teman- temannya untuk menemui Kepala Sekolah Gugu. Di perjalan ingin ke ruangan Kepala Sekolah ia melihat Zico. Raut wajah Zico memang sering membuat orang jengkel, tapi sekarang ada yang berbeda-beda, ia terlihat marah saat berpapasan dengan Clara, matanya bahkan seolah membenci Clara.
Clara yang melihat ekspresi wajah Zico, hanya bingung tak paham karena menurutnya ia tak pernah menggangu kelompok Zico. Pintu kayu berwarna merah tua itu ia ketuk, dan perlahan terdengar jawaban, ia membukanya hingga memperlihatkan Kepala Sekolah Gugu duduk. Ruangannya terlihat berbeda dengan ruangan Prof. Wer yang penuh dengan warna putih, di ruangan ini Clara melihat warna merah tua dengan banyak bulu-bulu hewan, seperti beruang. Bahkan banyak hewan-hewan yang di awetkan dalam ruangan itu.

"Ruangan ini mengerikan," gumam Clara sambil melihat sekeliling yang di penuhi dengan patung hewan asli yang di awetkan.

Kepala Sekolah Gugu memutar bangkunya menghadap Clara yang sudah berada di dalam ruangannya. "Kau sudah sampai. Terserah kau ingin duduk atau tidak, aku akan langsung ke intinya saja. Apa kau pencuri benda terlarang?"

Clara akhirnya memilih untuk duduk di bangku yang ada di depan meja Kepala Sekolah Gugu. "Apa maksud anda, saya bahkan tidak pernah masuk ke ruangan itu, bagaimana saya bisa mencuri benda yang ada di sana," sanggah Clara. "Lagian apa tujuan saya mengambil benda-benda itu."

"Kau menanyakan motip pencurian itu. Bisa saja kau itu ingin membantu Sang Peniru, atau kau juga bisa saja ingin menguasai negeri ini seperti apa yang Sang Peniru lakukan, tapi masih banyak motip kau untuk malakukan pencurian di sekolah ini."

Clara tak terima mendengar tuduhan dari Kepala Sekolah Gugu. "Anda tak bisa menuduh saya seenaknya. Kalau boleh tahu siapa yang melaporkan saya?"

Laki-laki besar itu kerkekeh. "Kalau bukan kau pelakunya apa kau punya bukti untuk
menyakinkan ku?"

"Aku memang tak memiliki bukti tapi-" ucap Clara terpotong

"Shutt... Kau tak memiliki bukti bukan! Lebih baik cari saja pelaku sebenarnya ku beri waktu seminggu, jika kau tak menemukanya, berarti aku akan menangkapmu sebagai pencuri itu." Sambil menggerakkan tangannya untuk menyuruh Clara keluar dari ruangannya.

Pikiran Clara sedang kalang kabut sekarang, bagaimana tidak, baru beberapa hari dia tinggal di negeri entah berantah ini, dan sudah di tuduh menjadi pencuri. Pikir Clara tak mungkin ia di panggil Kepala Sekolah Gugu tanpa ada yang melaporkannya terlebih dahulu.

Tapi yang lebih penting dari itu adalah ia harus menangkap pelaku sebenarnya lebih dahulu, untuk menepis segala tuduhan yang tertuju kepadanya sekarang. Clara langsung menuju ke arah kamar asrama tak peduli lagi akan makan siang. Saat sudah akan mendekati pintu kamar mata Clara langsung tertuju ke arah beberapa bunga mawar kering yang ada di depan pintu kamar asrama kelompok empat, mata Clara menatap lebih jauh lagi ke depan, di sana ia melihat Zico yang sedang berlari. Beberapa saat Clara menyangka bunga mawar itu Zico yang berikan kepadanya, melihat Zico yang terburu-buru lari setelah ia datang.

Tapi yang membuat Clara bingung apa maksudnya meletakan bunga mawar kering, bukanya jika laki-laki suka dengan seorang wanita akan memberikan bunga mawar yang sangat harum dan segar, tapi apa yang sekarang di depan mata Clara adalah bunga mawar kering.

Clara tak menyentuh bunga mawar itu, ia hanya melamun sambil memandang bunga mawar yang ada di depannya.

"Sedang apa kau di situ?" Orion mendekat dan membangunkan Clara dari lamunannya. "Bunga kering apa itu? Bukankah itu bunga mawar," selidik Orion.

Bersambung...

Di Antara Ruang. [Season 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang