Apa ?

515 96 12
                                        

Hujan mengguyur deras, sudah seperti kebiasaan di setiap sore, para penduduk  pun terbiasa dengan siklus cuaca di kota itu.

Terlihat seorang gadis meringkuk disalah satu bagian kota itu.

"Tidak apa-apa kan kalau aku menangis lagi karena ini ?"

Rose terlihat duduk bersender diujung kursi halte itu. Ia belum bergerak tak bisa bergerak lebih tepatnya. Ia masih menatap dua sejoli itu. Rose sangat mengenal kedua orang itu.

"June, kau masih mencintai gadis itu ya."

Ia ingin sekali menangis tetapi tak bisa, hatinya sudah terlalu lelah.

June dan wanita itu terlihat meninggalkan cafe, mereka masuk kedalam sebuah mobil sedan biru. Lalu tak lama mobil itu hilang dari pandangan Rose.

"Kau ternyata bisa membawa mobil, bahkan aku tak tau itu." Rose masih bermonolog sendirian, hanya suara hujan yang menjawabnya.

Rose mulai berdiri dan melangkahkan kakinya, ia tak tau kemana tujuannya, ia hanya mengikuti kemana kakinya melangkah. Rose juga tak memperdulikan hujan yang sekarang telah membasahi seluruh tubuhnya.

"Apa yang kutau dari dirimu June, tidak ada. Kau membuat tembok yang sangat tinggi untuk kuraih. Kau selalu diam saat aku mulai membahas tentang dirimu, dan aku hanya menerima itu. Aku istrimu bukan?" Ujar rose getir.

Lama sudah berjalan ia tak sadar memasuki sebuah area parkir yang luas, ia tetap berjalan, dilihatnya gedung itu sudah mulai kosong, tersisa hanya satu orang penjaga tua. Tanpa perduli dengan keadaanya yang basah Rose memasuki gedung itu.

"Rose, Rosie...Apa yang terjadi denganmu nak!." Tanya Hans penjaga itu dengan khawatir, ia memeriksa keadaan Rose. Ia sadar tatapan Rose terlihat kosong, tidak ceria seperti yang Hans kenal.

Rose tak bergeming ia tetap melangkah menuju lift tak memperdulikan lelaki tua itu.

"Rosie tunggu, katakan padaku apa yang terjadi denganmu." Hans mencoba meraih Rose, dan itu berhasil. Lalu Rose menatap Hans dan menyunggikan senyuman datar.

"Tak apa-apa Hans, ada yang harus kuambil." Ucap Rose lirih sambil melepaskan genggaman pria tua itu, Lalu tak lama ia meninggalkannya.

Rose menekan tombol menuju lantai dua belas, bukan rooftop yang ia tuju. Rose hanya berdiam diri tubuhnya mulai menggigil karena dingin penyejuk ruangan. Rose tak memperdulikan itu.

Setelah tiba, ia melangkah menuju lobby lantai itu, Rose melirik meja yang tadi berisi seorang wanita cantik sudah terlihat kosong. Tanpa ragu ia dorong pintu besar bewarna coklat tua itu.

Rose berhenti ditengah-tengah ruangan itu. Ia melihat seseorang laki-laki tengah fokus didepan laptop kecilnya, kedatangan Rose mengejutkan lelaki  itu, tanpa basa-basi lelaki itu menghampiri Rose.

"Rose apa yang terjadi denganmu, kenapa kau basah kuyub ?" Tanya lelaki itu, ia terkejut setelah melihat penampilan Rose dan ekspresi datar dari gadis itu.

"Aku menyetujuinya." Ucap Rose datar.

"Menyetujui apa !?"

Lalu Rose menatap mata laki-laki itu dengan tatapan sayu.

"Aku akan menandatangani kontrak itu Jungkook." Ujar Rose lirih. Tapi sangat terdengar jelas di telinga Jungkook.

Kepala Rose mulai terasa seperti berputar-putar, seketika ia ingat perutnya belum menerima asupan makanan apapun kecuali satu lahap nasi berpasir tadi. Kaki kurus gadis itu sudah menyerah untuk menopang tubuh mungilnya. Ia merasa seperti melayang dan tiba-tiba ia sudah ada dalam dekapan Jungkook.

Rose tersenyum dengan mata sayu, lalu ia mengangkat satu tangannya dan menjelajahi dada bidang lalu naik keleher jenjang Jungkook  dan berhenti di bibir lelaki itu, ia mengusapnya lembut.

"Aku mau ini."Ucap Rose lirih.

Jungkook terkejut dengan tindakan dan perkataan gadis lugu itu barusan. Ini diluar perkiraan Jungkook.

Pandangan Rose mulai kabur, ia mencoba mengedipkan matanya tetapi ia sudah tak punya tenaga yang tersisa, lalu tak lama pandangannya menjadi gelap dan ia pun tak sadarkan diri.

***

"Mau kemana kita sekarang."

"Kita keliling saja, aku cuma ingin menghabiskan waktu bersamamu June."

June hanya tersenyum dan fokus pada kendali kemudinya.

"Apakah kau sudah memberitahu Rose ?"

"Belum."

"Lalu kapan ?"

"Bersabarlah Hanny, aku butuh waktu untuk itu." Jawab June pada perempuan itu.

"Bukan kah hubungan kalian hanya pernikahaan palsu." Kata Hanny menohok.

"Aku tidak ingin menyakitinya."

"Dari awal kau sudah menyakitinya."

"Cukup!! Aku tidak mau berdebat tentang masalah ini." Bentak June, sedangkan Hanny hanya memutar matanya.

"Kau terlalu lembek. Seharusnya kau tak usah melakukan pernikahaan palsu itu, cukup biayai saja dia"

"Itu bukan pernikahan palsu."

"Dengan memalsukan dokumen pernikahan ?"

"Aku hanya ingin menjaganya dan tak ingin melihatnya terlantar setelah kematian kedua orang tuanya." June menelan ludahnya berat.

"Kau tak tega dengannya, tapi kau lakukan ini padaku. Sudah cukup lama aku bersabar."

"Kumohon bersabarlah, dalam waktu dekat aku akan mengatakan kebenarannya."

"Atau aku saja yang mengatakan kebenarannya pada Rose."

"Tak perlu, aku bisa sendiri."

"Apakah kau mulai mencintainya."

June terdiam lalu ia melirik ke arah wanita itu, dan menggenggam tangannya.

"Aku hanya mencintaimu Hanny, percayalah."

Hanny pun tersenyum dan membelai lembut genggaman June.

"Kudengar Jungkook mulai tertarik pada Rose."

"Darimana kau tau itu !?" Ujar June terkejut.

"Aku tau dari kakakku."

"Aku tak suka pria angkuh itu." Ujar June kesal.

"Kau cemburu dengannya."

"Tentu saja tidak, dia terlihat seperti orang brengsek yang meniduri banyak perempuan."

"Apa kau khawatir dengan Rose ?"

"Aku hanya takut bila Rose terjerat oleh tipu muslimat laki-laki angkuh itu."

"Bukan kah kau sama saja dengan Jungkook." Ujar Hanny kesal.

"Jangan samakan aku dengan pria itu!!"

"Jadi artinya kamu belum menyentuh Rose sama sekali ?"

"Jadi ini inti dari pembicaraan kita barusan." Ujar June sambil mengentikan mobilnya saat traffic light menunjukan warna merah.

"Jawab saja June, tak usah berbasa-basi." Ujar Hanny sedikit kesal

"Siapa yang berbasa-basi, kau itu."

"Cepat jawab!"

"Jawabannya masih sama, aku takan menyentuhnya."

Hanny tersenyum lembut karena jawaban dari June.

"Kau selalu menanyakan hal ini setiap kita bertemu."

"Aku hanya ingin memastikan saja."

***

A Rose By Any Other NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang