"Om aaa—"
Kaiyi membuka mulutnya ke arah Kun, mencoba meminta sesuap bubur lagi.
"Bubur yang tadi udah di Telen? Cepet banget nelennya—" Kun yang tengah bermain ponsel pun langsung meletakan ponselnya di meja dan kembali menyuapi Kaili.
"Bubul buatan om enak woh! Kaiyi cuka bangeut!!"
Kun terkekeh kecil, "Berarti om udah cocok jadi tukang bubur ya?" Kaili ikut tertawa.
"Aaaa—"
Kun kembali menyuapkan satu sendok bubur saat Kaili meminta satu suap lagi.
"Aaaam—"
Kun tersenyum saat Kaili melahap sendoknya dengan penuh semangat, akhirnya nafsu makan gadis cantik itu kembali lagi.
Semenjak Xiaojun membentaknya beberapa hari yang lalu, Nafsu makan Kaili jadi berubah drastis. Bahkan ia jadi tak mau dekat dengan ayahnya itu, karena takut di bentak lagi. Namun sekarang Kun bersyukur karena usahanya untuk membujuk gadis kecil itu kini berhasil, Kaili sekarang semangat lagi dan tidak murung seperti hari hari kemarin.
"Om seneng deh Kaili udah mau makan dan balik ceria lagi, kayak gini terus ya? Jangan sampe murung lagi kayak kemarin kemarin nanti om sedih." Jelas Kun.
Mata berbinar Kaili yang tadinya menatap boneka Barbie mainannya kini beralih pada Kun.
"Tapi om—"
"Kenapa sayang?" Tanya Kun lembut.
"Apa ayah macih mayah cama Kaiyi?" Tanya Kaili agak sedih, dia juga sebenarnya rindu bermain dengan ayahnya namun gadis kecil itu malah memilih untuk menghindar karena takut ayahnya itu masih marah padanya.
"Ayah udah gak marah kok sama Kaili. Bahkan ya kalau Kaili udah tidur ayah suka datang ke kamar bang Kun buat liat Kaili," Jelas Kun.
"Benelan om?"
"Heem, tapi buat sekarang Kaili jangan ngomong soal mama ke ayah ya? Soalnya ayah kamu lagi sensitif banget kalau bahas soal mama kamu, om gak mau nanti kamu kena marah lagi."
"Emangnya mama tenapa om?"
Kun mengusap ubun ubun Kaili lembut, "Kalau Kaili udah besar, Kaili pasti ngerti. Buat sekarang Kaili harus tinggal sama ayah, karena mama Arin lagi sibuk sama kerjaanya."
Clakk
"Kailiii—"
Kun dan Kaili sukses menoleh pada Xiaojun yang berdiri di awang pintu.
"Kaili mau ikut ayah enggak?" Xiaojun menghampiri mereka berdua, Kaili sempat melirik Kun.
Saat di lirik oleh Kaili, Kun hanya tersenyum sambil mengangguk kecil. Memberi kode jika ayahnya sudah tidak marah lagi padanya.
"Ayah mawu kemana emangnyah?"
Xiaojun memangku Kaili.
"Mau jalan jalan, mau ikut? Nanti ayah beliin Kaili mainan baru. Mau gak?"
"Emmm—"
"Udahan dong ngambeknya, masa kamu mau ngambek terus sama ayah?"
"Tapi jayan jayan nyah Janan pelgi cama aneu ya yah?" Xiaojun dan Kun sempat saling melirik satu sama lain.
Senyuman Xiaojun pudar saat mendengar jawaban Kaili. Kaili pun langsung sama sama diam saat ayahnya tidak merespon apapun.
"Tante Zea udah kesini, dia mau ajak main kamu. Masa iya kamu mau tolak ajakan Tante?" Kaili melihat ke arah Zea yang kini berdiri di bibir pintu kamar Kun, sambil tersenyum.
"Teyus mama gimana yah?"
Mereka bertiga sudah sampai di tempat bermain, disini cukup ramai pengunjung dan banyak pedagang makanan di sepanjang jalan.
"Kaili mau beli permen ini? Ini kesukaan Kaili loh—" Tanya Zea dengan antusias.
Sementara Kaili hanya merespon ucapan Zea dengan diam tak bersuara, dia malah menatap Xiaojun. Senyuman Zea perlahan pudar saat ia tak mendapat respon apapun dari Kaili.
"Kaili, jangan sedih gitu dong. Ayah kan ajak kamu keluar biar kamu seneng dan gak bosen di rumah,"
"Tapi kaiyi mau Puyang,"
"Gimana kalau kita beli mainan? Disana ada toko mainan loh—" Zea tetap tak patah semangat ia berusaha kerasa untuk mengajak gadis kecil itu berinteraksi dengannya.
"Yuk, sama Tante beli mainannya. Kata ayah Kaili pengen beli masak masakan kan?" Untuk pertanyaan kali ini Kaili mengangguki ucapan Zea.
Itupun Kaili mengangguk karena ia merasa terpaksa dan tak ingin ayahnya itu menjadi sedih atau marah lagi padanya.
"Kaiyi mawu di gendong aneu yah!!" Xiaojun tersenyum saat Kaili meminta hal itu.
Zea memangku Kaili dengan senang hati.
"Nanti kita main masak masakan bareng yah? Sekalian beli bahan bahan masak kecil kecilan juga buat Kaili, Kaili seneng kan?"
Kaili mengangguk kecil sambil mencoba tersenyum. Zea yang melihat respon Kaili langsung tersenyum senang.
"Yaudah kita beli sekarang aja yuk," Zea membawa Kaili berlari kecil ke arah toko mainan hang berada di sebrang sana, Xiaojun hanya tersenyum. Dari mimik wajah Kaili, Xiaojun pun tau jika dia belum bisa menerima Zea sepenuhnya.
"Ayah yakin nanti kamu pasti bisa terima Zea sepenuhnya Kaili." Xiaojun ikut melangkah menyusul Zea yang sudah masuk ke dalam toko.
Tanpa diketahui oleh ketiganya, Hyunjin melihat mereka bertiga dari kejauhan. Kantung kresek yang dibawa olehnya ia buang begitu saja. Hyunjin kembali ke basecamp dengan perasaan yang sedikit kesal dan kecewa.
"Loh loh Lo kenapa? Minumannya mana?" Tanya Felix pada Hyunjin yang kini malah naik ke motornya.
"Ambil aja minumannya sendiri, gue buang Deket tong sampah!" Selesai memakai helm, Hyunjin pergi dengan wajah yang memerah dan penuh amarah.
Felix dan yang lain hanya saling menatap satu sama lain.
"Dia kenapa?"