36

10 3 0
                                    

Ting!

Pintu lift terbuka, kini Jessy sudah sampai di lantai tujuh dengan langkah cepat Jessy menuju ke arah apartemen Arin.

Arin mendadak susah di hubungi, dan Jessy tak tahu apa penyebabnya. Jessy berhenti berjalan saat ia membuka pintu apartemen Arin sedikit terbuka.

"Arin ada di rumah?" Jessy bertanya tanya pada dirinya sendiri, setelah beberapa detik merenung akhirnya ia memutuskan untuk masuk.

Saat pintu di buka lebih lebar Jessy, menemukan Arin yang tengah duduk lesehan di lantai. Gadis itu memeluk lututnya dengan mata sembab dan penampilan kacau dan Jessy sudah menduga hal ini dari awal.

"Harus sampe kapan Tante nunggu kamu kayak gini terus Rin?"

Mata Arin melirik sekilas pada Jessy, namun ia tak mengatakan apapun dan tak merespon sedikit pun. Arin hanya diam, dan menopang dagu menggunakan kedua lututnya.

"Tante kesini itu mau ngambil Kaili dari kamu, bukan mau liatin kamu terpuruk kayak gini Rin."

Sekali Arin melirik Jessy, dan ia juga tetap tidak merespon.

"Tante udah kasih kamu waktu, tapi kenapa kamu malah gunain waktu yang Tante kasih cuma buat terpuruk kayak gini? Kamu harusnya rebut Kaili dari Xiaojun, bukan terpuruk gini."

"Tante pikir ini semua gampang? Tante pikir Arin diem kayak gini itu berarti Arin gak mikirin Tante? Arin terus terusan mikirin gimana caranya bisa bisa rebut Kaili lagi sampe terpuruk kayak gini. Apa Tante gak bisa ngertiin Arin sebentar aja? Urusan Arin itu gak cuma Tante aja, Arin juga masih punya banyak masalah lain." Arin merespon ucapan Jessy dengan nada yang terdengar sedikit marah.

"Ya harusnya kamu ada diskusi dong sama Tante, bukannya malah mendadak susah di hubungi kayak gini! Urusan Tante juga gak ini aja, di luar juga Tante masih banyak kerjaan kantor."

"Arin susah di hubungi bukan karena Arin mau ngehindar dari Tante! Tante liat sendiri kan handphone Arin hancur! Lagian kalau Tante tanya Arin bakal lakuin dan rencanain hal apa juga Arin gak tau."

"Pikiran Arin mendadak blank gitu aja, Tante harusnya bisa ngerti."

"Iya Tante ngerti, tapi kamu harusnya ada usaha sedikit dong. Kayak misalnya kamu datang gitu ke rumah Xiaojun, ajak Kaili buat balik lagi ke kamu."

Arin tertawa palsu, mukanya nampak datar.

"Please deh, cara kayak gitu gak bakal mempan Tante. Arin itu udah gak bakal pernah di izinin lagi buat nginjekin kaki di rumah Xiaojun. Ke rumah Xiaojun aja udah pasti gak boleh apalagi bawa Kaili balik lagi kesini, Xiaojun pasti marah besar. Apalagi sekarang Xiaojun udah tau rencana kita berdua, Xiaojun gak bakal pernah kasih izin Arin ketemu Kaili, Tan!"

Jessy sama sama terduduk, wanita itu mengusap wajahnya kasar. Lalu menghela nafas saat menerima panggilan dari Jack suaminya. Arin hanya melirik sekilas ke arah ponsel tantenya itu.

"Kamu bisa gak sih sabar aja sebentar? Kamu gak cape apa telepon aku terus? Aku disini juga lagi usahain buat dapetin Kaili," Sahut Jessy lebih dulu dengan nada yang sedikit meninggi.

"Tapi sampe kapan aku harus nunggu? Kamu itu disini masih banyak kerjaan. Klien penting hampir kamu cancel semua, kalau kamu gak bisa ambil Kaili yaudah kamu pulang aja jangan maksain kayak gini!" Ujar Jack yang sama sama emosi.

Jessy tertawa hambar.

"Hah? Kamu bilang apa tadi? Tumben kamu peduli sama projek kerjaan aku?" Lagi lagi Jessy tertawa hambar, Arin hanya menatap kosong ke arah depan sambil mendengarkan perdebatan suami istri yang berada di sampingnya itu.

"Kamu sekarang bisa bilang kayak gitu Jack, tapi kalau aku udah pulang ke rumah topik ribut kamu pasti soal anak lagi, aku cape Jack kalau harus ribut sama kamu terus! Buat apa kita ketemu dan satu rumah kalau isi topik obrolan kita itu ribut terus, emang kamu gak capek?" Tanya Jessy dengan suara bergetar, Arin yang merasakan adanya perubahan dari nada bicara Jessy pun langsung meliriknya.

Saat mata Arin meliriknya, Jessy tengah menahan diri agar tidak menangis dan tidak terisak. Namun sial wanita itu sepertinya tidak terlalu kuat untuk menahan rasa sakitnya yang sudah menggunung, air mata itu terus menerus menetes tiada henti.

"Apa kamu gak malu kalau kamu terus marah marah sama aku Jack?" Tanya Jessy yang membuat Jack terdiam.

"Disini yang bermasalah itu kamu, bukan aku."

Di sebrang sana Jack benar benar kaget dengan penjelasan Jessy tadi. Jadi selama ini mamanya membohonginya? Mamanya memutar balikan fakta yang sebenarnya?

"Iya, mama kamu bohong Jack. Aku yang suruh mama buat bohong sama kamu biar kamu gak sedih,"

Wajah emosi Jack berubah menjadi sedih, tatapannya menjadi sendu. Matanya tiba tiba di penuhi genangan air mata, jadi benar selama ini dirinya yang bermasalah. Jack merasa benar benar bersalah akan semua hal ini.

"Aku kira aku bakal kuat sama semua ini," Jack meneteskan air matanya saat mendengar tangisan Jessy yang terdengar sangat menyakitkan.

"Tapi nyatanya aku udah bener bener capek kalau harus kamu marahin terus, maaf aku udah bikin kamu kecewa."

Jack dan Jessy sama sama meneteskan air mata.

"Lebih baik kita udahan, daripada kayak gini terus. Lagian kita lanjutin hubungan juga disini kita sama sama gak bahagia."

Jack lagi lagi dibuat tercengang dengan apa yang di ucapkan Jessy.

"Kapan kamu mau urus semuanya ke pengadilan?"

"Kapan kamu mau urus semuanya ke pengadilan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Mama don't like You | XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang