"Mau apa lagi kamu kesini? Mau sakitin anak saya lagi?"
Pertanyaan sinis Hana langsung keluar saat melihat siapa yang datang berkunjung ke rumahnya malam malam begini.
"Izinin saya bicara sama Zea sebentar Tante,"
"Zea gak mau ketemu kamu, lebih baik kamu pulang aja!" Usir Hana agak ketus.
"Tapi saya mau ngobrol sama Zea sebentar Tante, sebelum saya beneran pamit pergi." Pinta Xiaojun agak memelas pada Hana.
"Saya bilang Zea gak mau ketemu kamu ya udah kamu pulang aja, kenapa kamu jadi maksa saya? Kalau udahan ya udahan aja gak usah pake acara pamitan ini itu, kenapa harus di ambil ribet? Toh waktu di awal juga kamu gak izin dulu buat sakitin Zea kan?"
"Tan-"
"Saya bilang pergi! Saya udah muak ya sama kamu! Bisa bisanya ya kamu masih punya muka buat menghadap di depan saya setelah semua hal buruk yang udah kamu lakukan ke anak saya? Kamu gak malu sama saya?"
"Xiaojun minta maaf Tante, apa yang di liat Zea itu cuma salah paham Tante!"
Hana tertawa palsu.
"Kamu pikir saya bodoh? Kamu pikir saya bego? Bisa bisanya kamu bohongin saya kayak gitu?"
"Saya gak bohongin Tante, semua hal itu emang salah paham Tante. Makannya saya kesini mau meluruskan dan membenarkan semua masalah sebelum saya benar benar pamit."
"Kalau saya kasih kesempatan sama kamu itu sama aja kayak saya buang buang waktu, udah ya kamu tuh gak usah ngotot buat balikan sama Zea lagi! Saya itu udah jodohin Zea sama cowo lain, dan cowo pilihan saya itu lebih baik dari kamu!"
"Yang sakit hati karena perlakuan kamu itu gak cuma Zea aja, tapi saya selaku mamanya dia juga saya ikut sakit hati. Kenapa bisa bisanya anak saya pilih orang yang bodoh dan brengsek kayak kamu? Kamu apain anak saya sampe anak saya mau mau aja di bodohin sama kamu?"
"Kamu nyadar gak sih kalau diri kamu itu brengsek? Tamparan saya kemarin belum jelas buat sadarin kamu kalau kamu emang brengsek?"
"Saya sadar saya brengsek tante, saya minta maaf karena saya gak bisa bahagiain Zea. Saya minta maaf, karena diri saya punya banyak kekurangan, saya dari awal udah sadar kalau diri saya seburuk itu. Saya sadar kalau saya sering sakitin Zea," Air mata Xiaojun tak bisa di kontrol dan malah menetes secara tak sengaja.
"Saya minta maaf,"
"Saya akan maafin kamu, tapi itupun kalau kamu menjauh dari anak saya."
"Oke, saya terima semua syarat dari Tante. Asal izinin saya buat ngobrol sekali lagi sama Zea. Saya mohon Tante,"
Hana tiba tiba saja meneteskan air matanya saat Xiaojun tiba tiba berlutut di depannya, memeluk lututnya dengan penuh permohonan.
Melihat kejadian ini, membuat Hana flashback pada masa lalunya.
"Xiaojun ngapain Lo kesini?"
"Zea!!" Xiaojun berdiri dari posisinya.
"Please Zee izinin gue sebentar aja buat ngobrol sama Lo," kini Xiaojun berbalik memohon pada Zea.
Zea menatap ke arah mamanya sebentar, mau tak mau Hana mengangguk saat mendapatkan lirikan dari Zea.
"Kita ngobrol di luar aja," ketus Zea.
Xiaojun tersenyum kecil saat Zea menuruti permintaan terakhirnya. Mereka berdua berjalan keluar dari halaman rumah. Mereka berdua mengobrol di luar gerbang rumah Zea.
"Mau ngapain lagi Lo kesini? Belum puas Lo sakitin gue? Belum puas Lo bikin gue makin hancur?"
Xiaojun tak menjawab pertanyaan Zea yang benar benar terdengar sangat ketus itu, Xiaojun malah memeluk perempuan yang berada di hadapannya itu.
"Gue kesini cuma mau minta maaf sebelum gue beneran pamit,"
Zea yang tadinya hanya datar datar saja kini malah terbawa alur dan berakhir meneteskan air matanya lagi.
"Gue udah gak akan paksa Lo buat balik lagi ke gue. Kalau emang pisah itu adalah jalan yang terbaik buat lo gue bakal terima keputusan Lo, gue bakal terima semuanya."
"Gue juga udah gak bakal jelasin apa apa lagi sama lo, karena gue rasa percuma aja gue jelasin juga Lo tetep gak bakal percaya dan bakal tetep berpihak sama keputusan Lo."
"Maafin gue, makasih buat semua kenangan dan pelajarannya. Gue beruntung karena pernah jadi cowo Lo," Zea semakin menangis saat Xiaojun mengatakan semua hal itu padanya.
"Gue pamit ya Zee,"
Saat kata pamit itu di ucapkan Zea sedikit tak rela, hatinya menjerit mengapa Xiaojun tak menahan dirinya agar tidak pergi lagi? Apa Xiaojun benar benar memilih Arin?
Xiaojun melepas pelukannya secara perlahan.
"Gue pamit, sampein salam gue ke bang Jaehyun. Sampein juga maaf gue ke dia, karena gue gak berhasil jaga amanah dia buat terus bahagiain lo."
Xiaojun menepuk bahu Zea pelan, dan mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Semoga ini emang jalan terbaik buat kita berdua, tugas gue udah selesai. Gue izin pamit-"
Xiaojun berjalan pergi dari area rumah Zea. Dari belakang Zea terus melihat ke arah Xiaojun yang semakin berjalan menjauh.
Ada perasaan sedikit tak rela yang tiba tiba muncul di benaknya, Zea masih tak menyangka semua hal ini. Dia masih menyangka ini adalah sebuah mimpi bukan sebuah kenyataan.
Xiaojun yang sedari tadi berjalan tanpa adanya semangat sambil terus menunduk dan menangis pun tiba tiba mendapatkan sebuah telepon dari Winwin.
"Xiaojun Lo cepetan kesini! Kaili masuk rumah sakit!"