38

7 2 0
                                    

"Loh, kok Lo belum siap siap? Yang lain udah pada nunggu di bawah Loh. Mereka nungguin Lo tau," Hendery masuk ke kamar Xiaojun.

Xiaojun yang berdiri mematung sambil melamun pun menoleh kearahnya.

"Lo gak akan ikut ngarterin kita ke bandara?" Tanya Hendery lagi.

"Ikut lah yakali gue gak ikut nganterin kalian? Lagian gue udah siap, gue kira kalian belum pada beres makannya gue masih diem di kamar." Xiaojun beranjak dari kursi.

Mereka semua sekarang hendak mengantar Hendery, Lucas dan Ten untuk pergi ke bandara. Karena kantor menugaskan mereka bertiga untuk bekerja di luar kota, seharusnya yang pergi itu Xiaojun, Hendery dan Lucas namun karena Xiaojun tak mau pergi keluar kota dikarenakan ia tak mau berjauhan dengan Kaili terpaksa tugas Xiaojun di gantikan oleh Ten.

"Gue denger denger semalem Arin chat Lo?" Hendery menyamakan langkahnya dengan Xiaojun, mereka berdua sudah keluar dari kamar.

"Pasti Lo tau dari Lucas?"

"Iya," Hendery nyengir dan Xiaojun sudah menduga itu. "Btw ngapain si Arin chat Lo lagi? Dia aneh aneh lagi kah sama Lo?" Tanya Hendery dengan wajah yang sangat penasaran.

"Heem, menurut Lo gue salah gak sih kalau gue setujui perjanjian sama Arin gitu aja? Jujur gue ngerasa nyesel anjir karena semalem tuh refleks banget gue tiba tiba bilang iya."

"Hah? Perjanjian apalagi sih? Emang perjanjian apa yang Lo setujuin? Soal Kaili lagi?" Cerocos Hendery dengan wajah yang sudah lelah,  Hendery tak Sudi jika mereka harus berurusan dengan Arin lagi.

"Iya, dia mau kalau Zea lawan dia. Maksudnya bersaing buat luluhin hati Kaili, kalau misalnya Zea berhasil luluhin hati Kaili otomatis gue sama Zea bakal terus lanjutin hubungan dan hidup bareng sama Kaili."

"Kalau Zea kalah?"

"Arin bakal jual Kaili ke tantenya,"

"Please deh kenapa Lo malah jawab iya sih? Harusnya Lo gak usah ladenin manusia bajingan itu. Apa alasan Lo nyetujuin hal itu?"

"Ya karena gue ngerasa mungkin itu hal yang bagus buat Zea bisa lebih Deket sama Kaili—ya gue awalnya mikir sih gitu."

"Terus sekarang di pikir pikir lagi Lo malah nyesel gitu nyetujuin hal itu?"

Xiaojun hanya menatap Hendery.

"Iya kan?" Tanya Hendery lagi dengan wajah sebal.

"Kenapa di awal Lo harus mikir gitu sih? Dan kenapa Lo malah main setuju setujuin aja waktu si bajingan itu bilang kayak gitu? Lo terima itu tanpa pikir panjang? Hebat banget Lo!"

"Tanpa ada perjanjian itu pun Kaili sama Zea bisa lebih Deket! Lo pikir ya kalau Lo gak setujuin hal itu gak ada taruhan di akhirnya, kalau Lo udah terima perjanjian dan Zea malah kalah. Emang Lo rela Kaili di jual ke orang lain? Harusnya Lo mikir mikir dulu, kompromi ke kita kita dulu buka langsung main Iya iya aja."

"Gue gak mau ya kalau akhirnya Kaili di ambil Arin dan malah di jual ke orang! Gila Lo malah nyetujuin hal itu! Harusnya Lo blokir kontak si bajingan itu, kalau pun gak di blokir gak seharusnya Lo ladenin dia terus!"

"Aduh kalian berdua ini, di tungguin di mobil kok malah debat disini! Bisa bisanya kalian debat di waktu kayak gini, kalau nanti ketinggalan pesawat gimana hah?" Seru Kun yang mengalihkan perhatian dan topik mereka berdua.

"Lagian Xiaojun bikin gue kesel, harusnya kalau si Arin ngehubungin ini itu jangan di ladenin. Gue gak mau ya kalau semua hal itu terjadi! Pokoknya Lo harus paksain Zea biar bisa kalahin si bajingan itu!"

Hendery dengan emosi melewati Kun yang berada di ambanh pintu, Kun melihat Hendery yang masuk kedalam mobil lalu setelah Hendery sudah benar benar masuk ke dalam mobil, Kun beralih melihat pada Xiaojun.

"Ada apaan lagi sih ini? Kenapa Lo bisa ceroboh lagi? Gak kapok sama kejadian yang dulu dulu?"



















"Ada apaan lagi sih ini? Kenapa Lo bisa ceroboh lagi? Gak kapok sama kejadian yang dulu dulu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Selama di Bandara Xiaojun hanya diam, tak banyak berbicara bahkan saat Kaili mengajak berbicara pun Xiaojun tidak terlalu merespon.

Lagi lagi Xiaojun ceroboh, benar apa yang di bilang Hendery tak seharusnya di menyetujui hal itu. Tapi Xiaojun juga menyetujui hal itu refleks di luar kesadarannya.

"Gue ke mobil duluan ya, handphone gue ketinggalan di mobil." Jelas Xiaojun pada Winwin.

"Yaudah sana, Kaili juga mau ikut ayah ke mobil?" Tanya Winwin pada Kaili.

"Kaiyi mau nunggu dicini ajah, baleng cama om cama nenek."

Xiaojun pergi ke mobil lebih dulu, karena ia berniat untuk menghubungi Zea dan menceritakan soal kemarin padanya.

Xiaojun masuk ke dalam mobil, membuang nafasnya agak panjang berharap semua rasa lelah di benaknya itu menghilang begitu saja.

"Iya, kenapa Jun?"

Lamunan Xiaojun buyar.

"Zee—"

"Iya kenapa?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo," jelas Xiaojun dengan suara lemas.

"Ngomong soal apa?"

"Semalem gue di telepon Arin, dan dia minta bersaing sama Lo buat bisa dapetin Kaili. Gue tau gue ceroboh karena gue malah nyetujuin hal itu tapi mau gimana lagi semalem gue malah reflek iyain ajakan dia. Karena dia terus terusan ngeledek gue penakut, jadi ya refleks gue malah iyain ajakan dia."

"Lo mau kan ya? Lagian nanti Lo libur kuliah kan?"

"Please maaf karena gue udah ceroboh, tapi gue mohon Lo harus bisa kalahin Arin dan harus bisa luluhin hati Kaili,"

Zea hanya diam mematung disaat Xiaojun sangat memohon padanya.

"Kalau Lo kalah, Arin bakal jual Kaili ke tantenya—" Ujar Xiaojun agak cemas.




"Gue gak mau itu semua terjadi Zee—"

"Gue gak mau itu semua terjadi Zee—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Mama don't like You | XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang