37

9 2 0
                                    

"Gue telpon jangan ya?" Zea menutup wajahnya dengan selimut, ia melamun di balik selimut yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Tapi kalau gak gue telpon gue kangen, kalau nanti gak bisa tidur karena kepikiran terus gimana coba?" Zea membuka selimut itu lagi, kini ia beralih menatap langit langit kamar.

"Ayolah Zee Lo kenapa sih anjir? Gak biasanya Lo kayak gini." Zea bermonolog sendiri.

Zea meraih ponselnya, mencoba melihat jam yang tertera di ponselnya dan kini jam menunjukkan pukul setengah delapan malam.

Zea tersenyum kala melihat layar lockscreen nya yang menampilkan foto Xiaojun yang tersenyum manis disana.

"Ih gue kenapa sih?" Zea gemas pada dirinya sendiri yang merasakan hal ini, kenapa ia mendadak menjadi seperti ini? Sebelum sebelumnya Zea tak pernah merasakan serindu ini pada Xiaojun.

"Yaudah, gue coba aja dulu. Gak ada salahnya kan?" Zea menggigit bibir bawahnya, jika tadi Zea ingin sekali menghubungi Xiaojun, sekarang ia merasa nervous jika Xiaojun nanti mengangkat panggilannya.

"Iya Zee kenapa?"

Lamunan Zea buyar saat suara berat itu terdengar dengan jelas di telinganya, Zea melihat layar ponselnya sejenak ternyata Xiaojun sudah mengangkat panggilannya.

"Loh udah di angkat? Sejak kapan Lo angkat panggilan gue?"

Xiaojun di sebrang sana terlihat kebingungan.

"Barusan, kan Lo nelponnya juga tadi."

Zea dan Xiaojun sama sama diam, tak ada lagi yang menyahut diantara mereka berdua.

"Btw kenapa Lo telpon gue? Tumben banget-" Tanya Xiaojun agak heran.

"Loh emangnya gue gak boleh telepon Lo?" Tanya Zea cepat, Xiaojun menggeleng panik.

"Loh loh bukan gitu loh! Gue heran aja kenapa Lo telpon gue gitu, ada perlu apa?" Tanya Xiaojun.

Pipi Zea memerah.

"Em—gimana ya bilangnya?" Zea gugup sendiri.

"Kenapa sih Zee? Jangan bikin khawatir gini."

"Ya gue telpon Lo karena gue lagi kangen aja—"

Xiaojun tersenyum, "Hah apa? Lo bilang apa?"

Zea memutar bola matanya malas, "Gak usah pura pura tuli deh Lo, tuli beneran gue gak mau tanggung jawab ya." Zea cemberut.

"Langka banget anjir Lo ngomong kayak gitu," Xiaojun terkekeh kecil.

"Loh kok diem?" Lanjut Xiaojun saat tak mendapatkan jawaban dari Zea lagi.

"Lah emang harusnya gimana? Gue kan cuma mau bilang itu doang."

"Gak ada niatan ngajak ketemuan gitu?" Tanya Xiaojun sambil tertawa jahil.

Zea melirik ke arah jam dindingnya, "Jam segini kan Lo baru balik kerja, pasti Lo capek."

"Kan kalau ketemu Lo capek gue ilang, mau ga? Katanya kangen sekalian gue mau bawa Kaili."

"Ya kalau Lo mau sih ya gue juga mau, berarti Lo jemput gue sekarang?"

"Iya, Lo siap siap aja dulu. Nanti gue sama Kaili nyusul ke rumah."

Zea mengangguk lalu mematikan sambungan telepon. Xiaojun membuka jas kerjanya menaruh jasnya di sofa.

"Jam segini Kaili udah tidur belum ya?"















"Om Ucas mawu kemana? Kok bajunya di macukin ke kopel cemua?" Tanya Kaili sambil melihat Lucas yang tengah memasukan pakaiannya ke dalam kopernya.

"Om kan mau pergi, om ada kerjaan di luar kota." Jawab Lucas sambil tak menghentikan aktifitasnya.

My Mama don't like You | XiaojunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang