"Kok rumah sepi gini sih? Jam segini orang orang di rumah udah pada tidur kah?" Tanya Zea sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah Xiaojun yang terasa sangat sepi dan hening.
"Ah enggak, mana ada mereka tidur jam segini. Jam segini tuh mereka masih kelayapan. Buktinya mama, Kun, Kaili sama Yangyang lagi pada pergi ke supermarket buat belanja bulanan. Kalau Winwin lagi anter orderan mama ke komplek sebelah,"
"Gue kira jam segini udah pada tidur, padahal ini kan belum terlalu malem. Makannya aneh aja gitu,"
"Lo duduk aja dulu Zee, gue mau simpen koper sama ransel Lo ke kamar gue dulu." Xiaojun yang beranjak berdiri dari duduknya kini malah tak jadi karena Zea mencekal tangannya dengan tatapan kaget.
"Loh gue tidur di kamar Lo maksudnya?" Tanya Zea agak kaget.
"Biasa aja kali kagetnya, Lo emang tidur di kamar gue tapi tenang aja kita gak tidur sekamar kok. Gila aja kita tidur sekamar," Zea menghela nafas lega.
"Terus nanti Lo tidur di mana?"
"Gue tidur di kamar Lucas, soalnya gue juga udah izin sama dia waktu kemarin."
"Emang Lucas pergi kemana?"
"Lah, Lucas, Hendery sama bang Ten kan pergi keluar kota. Kerjaan mereka di pindahin ke luar kota."
"Kok Lo enggak?"
"Ya sebenernya yang harus ke luar kota itu gue, Hendery sama Lucas sih. Cuma karena gue gak mau jauh jauh dari Kaili terpaksa Ten gantiin tugas gue."
"Bukan cuma Kaili sih, gue juga gak bisa jauh jauh dari Lo juga." Goda Xiaojun sambil tertawa.
Pipi Zea memerah, ia cemberut dan memukul bahu Xiaojun pelan.
"Basi anjir! Gue masih marah tau sama Lo!" Adu Zea yang membuat Xiaojun berhenti tertawa.
"Loh kok marah? Marah kenapa? Gue emang salah apa sama Lo?" Tanya Xiaojun agak cemas.
"Ya abisnya kenapa Lo masih layanin Arin, harusnya kalau dia telpon atau chat Lo kan gak seharusnya Lo ngelayanin dia banget."
Xiaojun tersenyum jahil.
"Cemburu nih ceritanya?"
Zea menyentil bibir Xiaojun sebal.
"Gue gak kesel karena itu aja ya," Dengus Zea sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Marah karena apa lagi sih? Banyak banget ya kesalahan gue sama Lo?"
"Iya banyak banget. Gue akhir akhir ini jadi sedih dan jadi agak tertekan kalau mikirin hal ini. Padahal kan semua ini kecerobohan Lo, tapi kenapa harus gue yang nanggung semua resikonya?"
Wajah bercanda Xiaojun perlahan mulai memudar.
"Tapi gue gak bisa nolak ini karena gue sayang sama Lo, tapi disisi lain gue takut gak bisa penuhin semua harapan Lo itu. Gue takut kalau di akhir nanti Kaili bakal tetep pilih Arin dibanding gue."
"Dan yang paling gue takutin, gue takut pada akhirnya Lo kecewa dan marah sama gue karena gue gak bisa penuhin semua harapan Lo." Suara Zea mendadak berubah menjadi parau, Tatapan Xiaojun juga mendadak berubah menjadi sendu.
Xiaojun memeluk gadis itu, secara refleks Zea meneteskan air matanya begitu saja. Baru kali ini ia merasakan pelukan Xiaojun terasa sangat berat.
"Gue minta maaf,"
"Kalau suatu saat nanti gue kalah, apa Lo bakal marah sama gue Jun?"
Setelah itu hening, tak ada lagi respon atau jawaban dari Xiaojun. Pria jangkung itu hanya mengusap kepala Zea lembut dan mempererat pelukannya.
"Wah, lagi syuting film ini teh ceritanya?"
Zea dan Xiaojun cepat cepat melepas pelukannya satu sama lain saat mendengar suara Yangyang yang berasal dari ambang pintu.
"Kaget banget ya?" Yangyang dan yang lain malah tergelak melihat reaksi Xiaojun dan Zea yang sepertinya sama sama kaget.
"Lo sih, orang lagi melow melow malah di ganggu. Biadab banget jadi adek," Kun menyentil telinga Yangyang jahil.
"Abisnya gue gak tahan jadi nyamuk." Yangyang menaruh kantong belanjaan yang dia bawa di dekat kaki meja.
"Mama sama Kaili mana?"
"Wahh ternyata di rumah ada tamu, mama kira kamu datang kesini besok Zee."
Baru saja di tanyakan oleh Xiaojun, mama dan Kaili tiba tiba muncul dan menyambut ramah kedatangan Zea. Zea sedikit membungkuk ke arah mama dan mengecup punggung tangan mama, mama yang melihat itu tersenyum kecil dan mengusap kepala Zea lembut.
"Kaili salam sama Tante Zea,"
Jika mama menyambut kedatangan Zea dengan ramah, Kaili justru malah sebaliknya. Kaili nampak biasa saja saat melihat kedatangan Zea. Kaili hanya menampakan sepoles senyuman lalu mengecup punggung tangan Zea dengan wajah datar dan biasa saja.
"Kaili seneng gak Tante Zea ada disini?" Tanya Kun.
"Kaili—" wajah datar Kaili tiba tiba berubah menjadi sumringah saat mendengar suara yang sangat ia kenali.
"Mama??"
Kaili berlari ke arah Arin yang kini sedikit berjongkok untuk memeluk gadis kecil itu.
"Mama bawa mainan buat kamu," Mata Kaili berbinar saat melihat mainan masak masakan yang sengaja dibelikan oleh Arin.
Xiaojun yang mengerti perasaan Zea hanya mampu mengusap bahunya dengan lembut, Zea hanya tersenyum kecil. Lalu secara tak sengaja matanya mengarah pada mainan masak masakan yang waktu itu ia beli bersama Kaili. Gadis kecil itu tak menyentuh sedikitpun mainan yang beberapa hari lalu dibelikan olehnya, mainan itu malah tergeletak di lantai begitu saja.
"Jun—"
"Lo pasti bisa Zee, ini baru hari pertama. Lo harus kuat ya?"