"Jun?"
"Hmm?"
"Kok Lo diem terus? Lo kenapa Jun?" Padahal Zea bertanya dengan suara yang cukup keras, namun Xiaojun malah tak menjawab pertanyaannya.
"Xiaojun gak denger ucapan gue kah?" Zea menggumam kecil dan pada akhirnya memutuskan untuk diam.
Padahal pada kenyataannya gumaman kecil Zea tadi juga masih mampu terdengar oleh Xiaojun, laki laki itu sengaja tak menjawab pertanyaan yang di tanyakan Zea tadi.
Karena Xiaojun tak tahu harus bertanya mulai dari mana, dan ia masih belum mengerti dengan semua hal janggal yang baru ia sadari tadi.
Jaehyun pun sama, dia tak membalas dan tak menjelaskan sedikit pun tentang apa yang Xiaojun tanyakan tadi. Membuat Xiaojun curiga sendiri, dan malah berpikir negatif. Namun Xiaojun mencoba menahan rasa penasarannya dulu, karena sekarang dia dan Zea hendak pergi ke rumahnya untuk bertemu mama dan Kaili. Dia tidak mau merusak suasana, meski dia tak tahu apa yang akan terjadi di beberapa jam kedepan.
Motor Xiaojun berhenti saat motornya itu sudah sampai di depan pekarangan rumahnya. Zea turun dari motor, seperti biasa Xiaojun membantu Zea melepas helmnya.
"Kok gue agak grogi ya,"
Jujur apa yang Zea rasakan saat ini juga sama sama sedang dirasakan oleh Xiaojun juga.
"Tenang aja, mama baik kok."
"Saudara Lo yang lain pada ada di rumah juga?" Tanya Zea sambil mengintip ke dalam rumah walau tak terlihat.
"Ada, kan ini tanggal merah. Udah gak usah takut, santai aja Lo kan cewe baik." Xiaojun menarik tangan Zea untuk masuk kedalam rumah.
"Kok tangan lo dingin banget Jun?"
Xiaojun melepaskan genggamannya.
"Ah iya? Masa sih?" Tanya Xiaojun ikut gugup, sebenarnya ia juga takut sekarang.
"Lo juga panik kah? Tapi panik kenapa?"
"Hah? Gue panik? Ya enggaklah, mungkin itu perasaan Lo aja Zee. Udah yuk cepet masuk," Xiaojun hari ini benar benar terlihat kaku dan aneh namun Zea sebisa mungkin untuk tidak bertanya terus menerus.
"Mama, Xiaojun datang."
"WOH AYAHHHH!!!"
Zea agak kaget saat seorang anak kecil berlari dari arah dalam menghampiri Xiaojun dan memanggil nya dengan sebutan ayah?
"Loh Xiaojun? Dia siapa? Kok dia manggil Lo ayah? Dia anak Lo kah?" Jujur Xiaojun benar benar takut dengan tatapan Zea sekarang, ia berusaha bersikap setenang mungkin.
"Ah bukan lah, masa iya dia anak gue? Dia itu sepupu gue tapi udah kebiasaan manggil gue ataupun yang lain pake sebutan ayah kecuali sama Winwin, kalau sama Winwin dia pasti manggil Mama." Ucap Xiaojun sambil menggendong Kaili.
"Mama kamu mana?"
"Tuh mama," Kaili menunjuk ke arah Winwin yang menyusulnya.
"Gue kira Kaili ilang anjir, kaget gue. Kalian juga malah pada diem disitu masuk dong, mama nunggu kalian tau. Kaili sama om yu?" Kaili dengan antusias pindah pada Gendongan Winwin.
"Masuk aja Zee," Zea hanya tersenyum kaku ke arah Winwin yang sudah berlalu oergi bersama Kaili.
"Kan, Lo liat sendiri? Sumpah muka Lo tegang banget anjir. Lo ngira itu beneran anak gue?"
"Iyah anjir, gue kira Lo udah punya anak! Panik banget gue," Xiaojun tertawa, namun nyatanya tawa itu hanyalah tawa palsu.
"Yaudah yuk masuk, mama udah nunggu." Xiaojun menggandeng membawa Zea menuju ruang keluarga karena mereka semua tengah berkumpul disana.