Zea termenung, duduk di kursi yang terdapat di balkon kamarnya. Menatap langit malam sambil memikirkan ucapan Xiaojun tadi sore.
Zea menjadi merasa sangat tertekan dengan hal itu, namun ia tak bisa menolak Xiaojun. Jika ia menolak permintaan Xiaojun tadi, pasti Xiaojun akan sedih dan kecewa padanya. Namun disisi lain, ia juga merasa takut gagal dan takut nantinya tidak akan bisa menggapai ekspetasi Xiaojun.
Bagaimana bisa ia melawan Arin? Arin itu ibu kandung Kaili, anak itu pasti memilih ibunya di banding dirinya.
Di sela sela keraguannya Zea juga merasa kesal dan ingin marah pada Xiaojun, karena dia heran sendiri kenapa Xiaojun masih melayani Arin? Jika benci seharusnya dia tidak harus melayaninya seperti itu kan? Begitu pikir Zea.
Dan Zea tak hanya kesal dengan hal itu, padahal disini yang ceroboh itu Xiaojun lalu mengapa harus dirinya yang menanggung semua akibat kecerobohan yang dibuat oleh Xiaojun sendiri? Apa jadinya jika nanti Zea gagal? apa Xiaojun akan marah juga nantinya? Padahal itu kan semua kesalahan Xiaojun sendiri bukan sepenuhnya salah Zea jika Zea benar benar gagal di akhir nanti.
"Zee-"
Itu Jaehyun yang memanggilnya, laki laki itu duduk di kursi satunya sambil tak henti hentinya mengaduk kopi yang baru saja di buatnya sendiri.
"Malem malem kok ngopi? Kalau Lo gak bisa tidur gimana dah?"
"Halah gue mah mau ngopi atau nggak juga pasti kalau udah waktunya ngantuk ya tidur lah, udah kebal gue mah. Kopi gak ganggu pola jam tidur gue, cukup beban hidup yang selalu ganggu pola tidur gue." Jaehyun menyeruput kopi hangatnya.
"Anjay gitu omongan Lo,"
Jaehyun tertawa.
"Tumben Lo jam segini masih diluar, mikirin apaan? Gue liat liat dari tadi Lo ngelamun terus."
Zea hanya membuang nafasnya.
"Ada masalah lagi sama Xiaojun?" Tebak Jaehyun yang di balas anggukan.
"Gue kadang sebel yang sama dia, Lo pikir aja bang gimana gue gak sebel. Dia yang ceroboh tapi gue yang harus nanggung semua akibatnya, gue pengen marah tapi kalau di depan Xiaojun gue seakan akan malah lemah dan nyali kemarahan gue malah menciut."
"Kecerobohan apa lagi emang yang dia lakuin sampe Lo kesel kayak gini?" Jaehyun bertanya baik baik.
"Ya Lo pikir aja, kalau misalnya Lo tiba tiba di telepon atau di chat sama mantan Lo, Lo bakal ngejawab gak?"
"Kadang sih, kalau sekiranya chat dari dia penting ya gue bales. Kalau misalnya gak penting ya gue hapus aja tanpa gue bales," Jawab Jaehyun.
"Kenapa lagi emangnya sama Xiaojun?" Lanjut Jaehyun lagi.
"Dia masih tanggepin Arin tau gak! Gimana gue gak sebel sama dia?"
"Ya mungkin dia tanggepin Arin karena emang lagi ada hal penting kan? Menurut gue gak mungkin kalau Xiaojun masih layanin Arin kalau pesan Arin itu gak jelas." Jaehyun mengeluarkan pendapatnya.
"Ya gue bisa kasih toleransi kalau pesan yang dikirim Arin itu emang penting, tapi gak gini juga bang. Masa Xiaojun kasihin semua resiko kecerobohan dia ke gue? Lo tau gak dia dengan begonya malah setujuin perjanjian dan rencana yang Arin susun! Gimana gue gak marah?"
"Rencana apa sih? Gue masih belum ngerti!"
"Jadi Arin itu sengaja pengen bersaing sama gue biar bisa dapetin hati Kaili, di perjanjiannya kalau misalnya gue menang gue bakal bisa lanjutin hubungan sama Xiaojun dan bisa tinggal bareng Kaili—"
"Dan kalau Lo kalah?"
"Arin bakal jual Kaili ke tantenya, gimana gue gak frustasi?" Tanya Zea dengan nafas terengah.
"Menurut gue ya, tanpa Xiaojun setujuin perjanjian itu gue bakal bisa luluhin dan Deket sama Kaili. Kalau dia gak setujuin kan mungkin gak bakal ada taruhan di Akhirnya—kalau gue kalah gimana? Xiaojun pasti akhirnya bakal marah sama gue, padahal itu kan kecerobohan dia."
Jaehyun mengusap bahu Zea pelan.
"Iya iya gue ngerti, tapi mau gimana lagi orang Xiaojun udah setujuin hal itu. Ya gak ada cara lagi selain Lo jalanin semua rencana Arin, Lo percaya diri aja kalau di akhir nanti Kaili bakal pilih Lo."
"Mustahil bang, Arin itu ibu kandungnya dan gue bakal kalah sama dia. Sekarang aja Kaili itu keliatan terpaksa Nerima gue karena gue mikir mungkin Kaili gak mau bikin ayahnya sedih, makannya dia berusaha Deket sama gue ya walau dia terpaksa lakuin hal itu."
"Iya gue tau kalau Arin itu ibu kandungnya Kaili, tapi gak ada salahnya Lo coba dulu kan? Kalau Lo gak ada usaha mana mungkin Kaili bisa Luluh sama Lo? Apa apa juga harus ada prosesnya, selama waktu kesempatan itu berjalan Lo harus bisa bikin Kaili senyaman mungkin biar dia takut kehilangan Lo. Karena kalau misalnya Lo berhasil bikin Kaili nyaman, dia pasti gak mau kehilangan Lo."
"Tapi pasti selama libur semester, gue bakal tinggal di rumah Xiaojun bang dan gue takut Mama gak bakal setujuin hal itu."
"Lo gak usah takut kali, pas libur nanti kan mama pergi keluar kota jadi Lo gak usah takut soal mama,"
"Emang Lo izinin gue?"
"Iya, selagi itu buat kebahagiaan lo kedepannya gue bakal izinin izinin aja dan Lo gak boleh sia siain kepercayaan gue ini, Lo harus yakin kalau Lo pasti berhasil Zee."
"Kalau misalnya bang Jungwoo ngadu sama mama?"
Jaehyun memutar malas bola matanya.
"Soal dia biar gue yang urus, gak usah khawatir."