18. Pagi yang Hampir Berantakan

5.7K 1K 110
                                    

Halo, apa kabar?

Duh, aku berasa nggak sabar pengen cepat-cepat bikin cerita ini ending. Tapi perjalanan masih panjang aja ini. 🤭

Happy reading, ya.
Eh, tapi boleh, dong, minta vote sama absen komentar apa aja dulu, biar ramai. 😍

❤ Love sekebon bunga Alika Florist. ❤

===💐💐💐===


Alika bangun lebih pagi. Tepat pukul lima, ia sudah menata tempat tidur, membersihkan meja bar, lalu pergi mandi. Perempuan yang masih mengenakan bathrobe biru muda itu bahkan sudah berdiri di depan lemari gantung selama sepuluh menit pagi ini.

Sampai pada akhirnya, Alika memutuskan mengenakan gaun sebatas lutut berbahan denim. Sepertinya hanya gaun dengan tali serut dipinggang itu yang menurutnya cocok. Tidak terlalu formal dan tidak terkesan berlebihan, tapi tetap terlihat manis dengan bordir bunga-bunga kecil di bagian dada dan dua lengan.

 Tidak terlalu formal dan tidak terkesan berlebihan, tapi tetap terlihat manis dengan bordir bunga-bunga kecil di bagian dada dan dua lengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Usai menyapu wajah dengan riasan tipis dan pulasan lipstik berwarna pastel di bibir, ia menyisir rambut. Semua persiapan itu selesai tepat pada pukul setengah tujuh pagi.

Alika sempat menatap buket bunga pengantin Karin di sudut meja rias sebelum bangkit. Entah kenapa, bunga itu terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang pagi ini. Ia bahkan lupa dengan raut menyebalkan Oma Ratri setiap membahas bunga putih itu.

Perempuan itu membungkuk sejenak, mencium aroma pekat buket gardenia sebentar sebelum berjalan ke arah meja bar. Ia meraih selembar roti. Tak mau terlalu kenyang, Alika menuang setengah gelas susu UHT rendah lemak, meminumnya dalam beberapa  teguk.

Lalu, suara rolling door yang terbuka membuatnya terkesiap. Itu pasti Mirna yang datang pagi-pagi untuk buka toko. Gadis itu memang sengaja Alika beri kunci cadangan. Namun, ketika lamat-lamat terdengar suara obrolan dua laki-laki, ia bangkit segera. Suara Dadang familier di telinga Alika. Lalu, satu suara tawa kecil yang lain ketika Mirna melontarkan candaan, ia juga sangat mengenalnya dengan baik.

Pemilik toko bunga di lantai dasar itu hampir berlari begitu saja. Namun, ia sempat menengok ke arah cermin, meraih lipstik demi memulas sekali lagi bibirnya.

Alika baru saja menuruni anak tangga. Ia hampir memasang senyum dan menyambut pria yang tengah berdiri di tengah ruangan sembari memandangi bunga-bunga dalam vas besar. Namun, mobil BMW yang berhenti di pelataran sontak membuat semua penghuni Alika Florist mengalihkan atensi ke halaman, tak terkecuali Alika sendiri dan Raga.

Perempuan berambut kelabu yang disanggul rapi itu turun dari kursi penumpang, sedangkan pria yang mengenakan jogger sport dan jaket merah turun dari sisi kemudi. Pria itu cepat-cepat menuntun jalannya wanita tua yang membawa plastik keresek putih di tangan kiri.

Sang PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang