38. Alika Florist dan Sang Tukang Kebun

3.3K 860 140
                                    

Kalian pada penasaran sama perasaan Tama nggak, sih?

Dia tuh serius, lho. 🥲

Hai, apa kabar? Maafkan baru update lagi. Tapi masih semangat menebar bunga, kan? 😌

Happy reading. Jangan lupa vote dan komentar bunganya yang banyaaaaaak. 😘

Terima kasih. 🤗🥰

====💐💐💐====


Kencan pertama sebenarnya tak sepenuhnya gagal. Sebab makan malam di area kafe rooftop itu berjalan dengan baik. Alika terlihat menyambut setiap perhatian yang Tama berikan. Sayangnya, pertemuan tanpa sengaja dengan mantan kekasih Alika jelas bukan suatu hal yang nyaman untuk dibahas.

Alika bersikap manis. Ia penurut dan tak banyak menghindar dari setiap perhatian yang Tama berikan. Tak keberatan berjalan bersisian dengannya. Tak menolak setiap kali Tama merangkul pinggangnya secara posesif meski terkadang gadis itu berjengit kaget.

Hanya saja, Tama bukan pria bodoh yang tak bisa memahami bagaimana tatap sendu itu masih terarah pada laki-laki dari masa lalunya. Ada sekelebat emosi yang kadang menggelitik ulu hati ketika mereka saling melempar senyum diam-diam. Tama ... cemburu dan cemas.

Namun, bisa apa ia ketika semua ini memang harus ditanggung ketika memaksa berurusan dengan gadis yang belum selesai dengan seseorang dari masa lalunya? Tama harus sadar dan paham betul bahwa Alika butuh waktu. Sebab melupakan orang yang dicintai memang tak pernah ada kata mudah.

Tama pun tak pernah berhenti mencoba. Segala macam cara ia lakukan demi meraih Alika-nya. Ia lebih sering meluangkan waktu untuk bertanya kabar melalui pesan singkat dan bertelepon setiap ada celah waktu sebelum tidur. Ada kemajuan meski sedikit. Alika tak pernah lagi mengabaikan telepon dan pesan-pesannya. Meski balasan-balasan yang perempuan itu lontarkan cenderung singkat.

Hingga suatu kejadian membuat Tama merasa perlu secepatnya menarik Alika dari masa lalunya. Kalau perlu bawa ia pergi sejauh-jauhnya dari masa lalu agar Alika cepat-cepat lupa dan segera membuka hati untuk Tama seorang.

"Aku ... nggak terlalu aneh, kan, pakai baju ini? Takutnya Tante Rima nggak biasa. Dia, kan ...."

"Suka. Mama selalu suka tentang kamu." Tama merangkul bahu perempuan dengan rok lipit di atas lutut yang baru saja turun dari mobil, menuntunnya untuk segera masuk.

Rima--ibunda Tama--mengundang mereka makan siang di akhir pekan. Bukan seratus persen rencana Rima sebenarnya, tapi Tama juga turut campur. Laki-laki itu ingin mengenalkan Alika lebih dekat dengan keluarga besar, terutama sang ibu.

Tama membawa Alika melalui jalan setapak samping kiri rumah, melewati taman dengan kolam ikan koi milik Baskoro--ayah Tama. Laki-laki berusia kepala enam itu memang hobi memancing dan mengoleksi ikan hias. Bila sedang banyak waktu senggang, Tama menjadi korban menemani Baskoro pergi memancing atau berkumpul dengan rekan sesama penikmat keindahan ikan hias.

Menjadi anak laki satu-satunya dari 3 bersaudara menjadi beban tersendiri untuk Tama. Dua adik perempuannya memilih menikah muda dan enggan menjadi penerus perusahaan keluarga. Tama adalah harapan Baskoro dan Rima satu-satunya. Sayangnya, alasan mencari pengalaman membuat kedua orang tua tak melarang Tama memilih bekerja di perusahaan rekan Baskoro di mana Pras--ayah Alika--menjabat sebagai direktur.

Ketika Tama memiliki gelagat tertarik dengan anak gadis Pras, terang saja Rima dan Baskoro senang dan tak melarang. Mereka setuju dan justru mendukung dengan menjodoh-jodohkan keduanya setiap ada acara pertemuan bisnis.

Sang PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang