Hai, happy weekend! 😍
Maafkan baru up lagi. Masih terhitung cepatlah, ya, updatenya, kan? 🤭
Kasih vote dulu bolehlah, ya? 🥳
Happy reading! 🥰🥰
====💐💐💐====
Laki-laki itu kembali masuk usai mengambil tas ransel dan botol air mineral di mobil. Alika sibuk di balik meja bar. Perempuan itu sedikit berjinjit meraih toples dari kabinet yang melekat di dinding. Sesekali dengan ujung mata ia melirik pria yang kini duduk pada stool bar seraya menelisik seisi ruangan.Pria itu tersenyum tipis ketika menemukan buket bunga gardenia milik Karin dan Arya masih tampak segar. Bunga putih beraroma manis bak melati itu tergeletak manis di sisi meja rias. Ia juga sempat terpukau dengan gaya ruangan bertipe studio yang menyatu dengan pantry ini. Sangat menggambarkan Alika, penuh tanaman hias dan bunga dalam vas bening. Sepertinya pemilik kamar juga tak terganggu dengan keberadaan tanaman monstera berdaun lebar yang tergeletak di sudut dekat ranjang.
Raga bangkit, mendekat ke arah jendela kaca di dekat pantry yang memperlihatkan area halaman belakang. Jemarinya menggoyang slot pengunci daun jendela yang sedikit longgar.
"Kamu tinggal sendirian di sini?" tanya Raga membuyarkan keheningan.
Alika yang tampak sedang menyeduh bunga rosella kering dengan air panas itu mengangguk singkat. "Sama siapa lagi emang?"
Laki-laki berkaus putih itu tak langsung menjawab. Ia gegas turun ke bawah, meraih kotak penyimpan alat pertukangan milik Dadang yang sengaja ditinggal. Raga kembali ke lantai atas membawa obeng. Tukang kebun Alika yang baru bekerja sehari itu kemudian sibuk sendiri, membetulkan apa saja yang berkaitan dengan ke amanan. Slot pintu, jendela, sampai baut kabinet yang sedikit melonggar.
Sementara Alika hanya mengekorinya, terkadang menunjukkan apa-apa yang memang belum sempat ia perbaiki.
"Mandiri boleh, tapi jangan lalai sama keamanan begini," tegurnya kemudian sembari berkacak pinggang dan menunduk menatap Alika yang berdiri di sisi kursi.
Alika terkekeh pelan seraya menggaruk tengkuk yang tak gatal."Minum dulu, deh! Keburu dingin tehnya, Ga," pinta Alika setelah Raga mengencangkan baut pintu kabinet.
Pria itu turun dari kursi, kembali duduk tenang sembari menyesap teh bercita rasa asam menyegarkan. "Bikin sendiri?"
Alika menggeleng. "Beli di toko teh langganan Mama. Maunya punya bunga rosella sendiri, tapi lahan belakang terlalu sempit nggak, sih?"
"Tanah belakang di luar pagar, yang kosong itu bukan punya kamu?"
Perempuan yang kini duduk bersebelahan dengan Raga menggeleng lagi. "Ada rencana aku beli. Semoga nggak keduluan orang," kekehnya.
"Oh, entar aku usahain," gumamnya dengan suara berbisik lebih pada ke dirinya sendiri.
"Hah?"
Laki-laki itu hanya mengedik sembari tersenyum samar. "Jam berapa Mirna dan Pak Dadang datang pagi ini?"
Dan Alika mudah sekali dialihkan perhatian. Ia mendadak menatap jam dinding di atas pintu. Masih pukul empat pagi. "Jam tujuh pagi, sebelum toko buka. Ngomong-ngomong, kenapa kamu nggak jadi pulang?"
Raga berdeham, meraih cangkir teh yang tersisa sedikit. "Ada urusan tadi. Terus mampir ke sini lagi karena ...."
Kalimat Raga yang menggantung membuat Alika menaikkan kedua alis, menunggu kelanjutannya. "Karena?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Perawan
Romance[21+] Kata Oma Ratri, gadis perawan itu sesuci bunga kaca piring alias gardenia yang putih dan melambangkan kemurnian. Belum terjamah birahi lelaki dan hanya untuk suaminya kelak. Kaca piring milik Oma Ratri memang terkutuk. Selalu membuat suasana h...