44. Melepas Kerinduan

4.1K 955 124
                                    

Hai, apa kabar? 🤗

Yang kemarin tanya ini tuh visualnya Raga namanya siapa:

Yang kemarin tanya ini tuh visualnya Raga namanya siapa:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia ini Song Weilong. Dia aktor yang main di dracin Go Ahead. 🤭

Happy reading! 😘

Eh, vote sama tebar komen bunga dulu, dong. 😘

====💐💐💐====

"Aku pikir kamu bakal balik lagi ke kantor WO milik papanya Kei." Perempuan yang duduk di pagar dinding setinggi dada orang dewasa itu mengulurkan tangan kanan.

Raga yang sudah turun dahulu mengulurkan dua tangan. Satu tangannya sigap memegangi tangan kanan Alika, sementara lengan satunya meraih pinggang wanita itu saat melompat turu. Tubuh ramping Alika jatuh ke dalam pelukan Raga. Dalam posisi tubuh yang saling melekat tanpa jarak itu, keheningan sempat mengisi. Keduanya hanya saling menatap beberapa detik lamanya.

Semburat jingga dari ufuk barat menerpa wajah perempuan dalam dekap. Membiaskan aura menawan ketika bibir tipis Alika mengukir senyum. Raga mengurai peluk perlahan, membiarkan perempuan berbalut rok A-line putih tulang itu menapak ke tanah.

"Aku nggak mungkin menelan ludah sendiri dengan cara balik lagi ke kantor Om Seto." Raga melangkah dahulu. Namun, tangan kirinya menggenggam telapak hangat Alika.

Mereka berjalan menuruni jalanan terjal berbatu. Meski sedikit berbeda, tempat ini masih saja memiliki medan yang tak ramah untuk di jamah.

"Kamu ... nggak mau mencoba menjalani perjodohan sama Kei?" Alika spontan ikut menghentikan langkah ketika Raga berbalik.

Laki-laki bermanik sehitam jelaga itu menunduk. "Memaksakan diri buat mencintai perempuan lain begitu maksudmu?"

Alika menggigit bibir. Ia sadar, ada tatap jengkel di mata bertatapan tegas Raga. "Maaf ...," gumamnya sembari menunduk lagi.

Ia melepas tautan tangan, berjalan mendahului melewati kerangka bangunan gedung yang terbengkalai. Beberapa bagian dinding mulai tampak berlumut dan menghitam, mungkin saking seringnya ditimpa hujan, panas, dan udara lembap malam. Ilalang tumbuh meninggi, sesekali bunga-bunganya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti arah angin yang bertiup semilir. Dedaunan semak itu saling bergesekan, menimbulian suara bergemerisik yang berisik.

Alika tahu Raga akan tetap mengikuti ke mana langkahnya akan pergi. Jadi, ia merasa tak perlu menoleh dan berpikir laki-laki itu akan tertinggal jauh di belakang.

Di depan sana, bantaran sungai terlihat membiaskan cahaya senja dari barat, meski sesekali awan mendung bergelayut. Keduanya naik melalui tiga anak tangga, kemudian berjalan pelan-pelan di atas tanggul sungai.

Sang PerawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang