GWENI

278 19 0
                                    

Rama tiba di sekolah seperti  biasa. Tapi dia agak tidak biasa dengan anak lainnya. Rama langsung ke kantin dan menikmati sarapannya. Sudah tiga hari sejak malam perkenalan Rama dengan teman teman Revan. Ternyata teman teman Revan banyak yang berasal dari sekolah lain. Hanya ada beberapa yang bersekolah di sekolah ini tetapi berada di kelas yang berbeda. Seperti Oki yang berada di jurusan teknik computer, dan Kurin yang mengambil jurusan otomotif. Mereka sangat jarang bertemu hanya jika kebetulan berpapasan atau ada yang meminta untuk berkumpul baru mereka bisa bertemu dan berkumpul.
Usai sarapan, Rama segerah kembali ke kelas karena jam pelajaran juga sudah dimulai.

Pelajaran jam pertama cukup membosankan. Guru matapelajaran sejarah itu hanya memutarkan audio yang menjelaskan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kemudian dia sendiri sibuk menulis di mejanya. Kelas begitu sunyi dan hanya terdengar suara audio di seluruh kelas. Banyak siswa yang tertidur atau bermain seperti Revan dan beberapa lainnya.

Awalnya, Rama memperhatikan seluruh kelas tetapi lama kelamaan, dia jadi terusik dengan kesibukan hampir semua siswa di kelas itu. Rama memandang sekeliling dan tersenyum dengan suasana ini. Dia jadi teringat dengan kelasnya dulu. Semua siswanya sangat disiplin dan rajin sehingga Rama sangat jarang bahkan tidak pernah melihat pemandangan ini. Mungkin di kelasnya dulu hanya dia yang bermalas malasan.

Perhatian Rama terhenti pada kursi Arjun. Pria itu sedang duduk tegap seperti tidak pegal sama sekali.  Matanya menatap ke satu arah dengan tidak berkedip. Tangannya hanya memutar mutar pulpen dan tidak mencatat sama sekali terbukti dengan bukunya yang masih menumpuk rapi di sudut meja tidak tersentuh.

Rama mencoba melihat arah pandangan Arjun. Mustahil jika orang itu sedang mendengarkan pelajaran sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius. Mata Rama berhenti di bangku Gweni. Gadis itu sedang terlelap tidur dengan menindih mejanya dan dia yang sedang Arjun perhatikan.

Gweni juga di kelas ini? Kok gue baru tahu?  Pikir Rama. Sepertinya yang dibilang Revan benar. Mungkin mereka pacaran dan Arjun selalu cemburu jika Gwen dekat dengan laki-laki lain. Apalagi Gwen cukup cantik dan populer diantara laki-laki.

Plaakk Plaakk.. tiba tiba guru sejarah memukul meja dua kali dengan sangat keras. Semua siswa sontak terkejut dan segerah terbangun memperbaiki posisi mereka. Termasuk Rama yang cepat cepat menatap ke depan

“Hari ini  pelajaran cukup sampai disini..” guru sejarah itu mulai mematikan laptopnya dan membereskan mejanya bersiap untuk keluar. Dia sama sekali tidak mempedulikan anak anak di kelas.

“Wooaamm…” Revan baru terbangun dari tidurnya saat guru sejarah sudah meninggalkan ruang kelas

“Lo telat masuk kelas Ram?” tanya Revan yang meregangkan tubuhnya usai menguap. Dia sudah menindih mejanya saat Rama masuk kelas, dan diikuti oleh guru sejarah

“Iya.Gue sarapan di kantin. Lo nggak tidur semalam?” tanya  Rama yang tidak habis ikir

“Hmm… nggak. Gue sibuk bantuin papa. Eh hari ini lo datangya ke pesta ulang tahun perusahaan papa gue!” ucap Revan seperti baru teringat sesuatu.

“Ulang tahun perusahaan?”

“Papa nyuruh gue ajak teman-teman. Oki, dan yang lainnya juga ikut. Jadi lo juga ikut..”

“Ooh..”

“Ooh?”

“Gue akan datang karena ngehormatin om Verdi. Dia orang baik..”

“Serah lu..”

Rama kembali focus ke bukunya. Catatannya tadi sangat-sangat tidak masuk akal dan berantakan. Dia memandangi kekacauan dipermukaan bukunya itu sambil menghela nafas. Walaupun dia sudah berjanji kepada diri sendiri untuk bekerja lebih keras dan rajin untuk membalas kebaikan pak Josea, tetapi untuk berubah sejauh itu, Rama butuh waktu yang tidak sedikit serta usaha yang lebih banyak.

“Nih… pinjam buku catatan gue...” ucap seorang gadis yang tiba tiba sudah berdiri di samping meja Rama. Gadis itu meletakkan buku catatannya yang sudah terbuka diatas catatan milik Rama

Melihat catatan yang sangat cantik dan rapi itu membuat Rama mengulas senyuman puas dan hendak berterimakasih.

“Serius loh?” Rama mengangkat kepalanya dengan tersenyum senang. Sementara Revan sudah memandang gadis itu sejak dia datang, dengan wajah kaku agak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Iyah. Pinjam ajah. Nanti lo balikin..” Melihat gadis itu Rama juga agak kaget. Matanya melihat kebelakang gadis itu, dan sekarang tatapan tajam dan marah dari Arjun mengarah kepadanya.

Tidak menunggu lama Arjun segerah berdiri dengan kasar, lalu menghampiri Gwen. Dia menggenggam lengan gadis itu lalu menariknya pergi dari ruang kelas.

“Wah gila’.. waahh… cewek itu benar benar gila. Berapa banyak lagi orang yang akan dia buat keluar dari sekolah ini?.... Ram. Lo harus bertahan.. yah!” Revan menghela nafasnya yang tegang sejak tadi. Dia memegang kedua pundak Rama dan mengomel dengan kawatir.

“Aahh.. lo apaan sih.. lebay” Rama melepaskan diri, lalu pergi meninggalkan Revan

Rama berjalan menyusuri koridor kelas. Tidak jauh dari kelasnya, dia melihat Arjun bersama Gweni yang tampak sedang berdebat di suatu tikungan. Rama berhenti, karena merasa tidak enak untuk berjalan melewati mereka berdua. Sepertinya ada suatu masalah lain yang membuat Arjun sangat marah.

“Kemana aja kamu tiga hari ini?” suara Arjun bergetar  sambil memandang Gwen

“Apaan sih loe. Bukan urusan lo gue mau kemana aja..” protes Gwen

“Gwen gue nggak suka lo keluyuran terus ke bar itu..”

“Emang lo siapa? Kenapa gue harus ngelakuin apa yang lo suka.. lo bukan pacar gue, bukan saudara gue. Berenti urusin urusan gue!!” Seru Gwen yang tidak kalah emosi

“Gue peduli sama lo Gwen.. Lo nggak harus kerja di tempat seperti itu..”

“Gue bilang lo jangan urusin urusan gue!! Terserah gue mau ngapain…”
Gwen berbalik hendak meninggalkan Arjun, tetapi Arjun kembali menarik tangannya menahannya untuk tetap di situ

“Lepasin tangan gue!!” Gwen menarik keras tangannya supaya lepas dari cengkraman Arjun

Arjun berusaha mempertahankan cengkramannya, tetapi dia sadar tangannya bisa melukai gadis itu. Arjun pun melepaskannya, dan Gwen melangkah pergi dengan kasar tanpa melihat kebelakang lagi.

“Jadi mereka nggak pacaran?” Rama mengeryitkan dahinya mengetahui fakta itu. Tetapi apa yang membuat Arjun selalu memusnahkan laki-laki yang dekat dengan Gwen?.

Rama berhenti memikirkan masalah itu. Lagipula ini bukan masalahnya. Dia tidak boleh ikut campur dengan masalah orang lain. Bukankah itu motto nya saat masuk ke sekolah ini.

Setelah beberapa saat, tidak ada lagi suara dari koridor di samping Rama. Rama berpikir, mereka pasti sudah pergi jadi dia keluar dari persembunyian dan hendak melanjutkan perjalanannya
Rama berbelok dan jantungnya hampir copot mendapati Arjun yang berjongkok sambil bersandar di dinding dengan mata yang merah seperti habis menangis. Arjun juga terkejut dengan kedatangan Rama. Dia segerah buru buru menyembunyikan wajahnya, dan berdiri lalu melangkah pergi tanpa berkata apa apa.

Rama memperhatikan kepergian Arjun dengan penuh simpati. Mungkin dia mengerti apa yang dirasakan Arjun. Perasaan itu, masih sangat jelas di ingatan Rama.

RAMMA LAURENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang