Makachi. Udah komen🥺
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari berikutnya Rama kembali masuk sekolah dengan leluasa. Dia menggunakan pakaian Revan dan beberapa perlengkapan lainnya yang dibelikan oleh Revan. Dia benar-benar merindukan waktu untuk berkumpul bersama dengan teman-teman nya ini.
Dia akan menikmati hari ini seperti hari hari lalu ketika Harks bersama pria tua misterius itu belum mengusik kehidupannya. Rama berjanji akan kukuh dengan pendiriannya untuk tidak kembali ke rumah itu jika bukan pria tua itu yg datang menjemputnya.***
Harks mengusap wajahnya frustasi saat mendengar keterangan dari pak verdi. Pak verdi menjelaskan bahwa Ramma dan teman temannya termasuk juga Revan sedang melakukan protes massal dengan menolak pulang ke rumah dn memilih menginap di kamar kosan Oky selama beberapa hari ini.
Pak Verdi mendengarkan pesa dari Rama melalui Revan dan menyampaikannya pada Hark tentang syarat untuk mengakhiri protes massal itu. Yaitu dengan meminta pak Davidson untuk menjemput Ramma sendiri.Sekarang Harks lagi-lagi dihadapkan dengan sifat kekanak kanakan kedua ayah anak itu. Ramma yang entah keberanian dari mana kini berani bersikap manja seperti itu, dan David yang masih kukuh dengan gengsinya yang lebih keras dari batu. Sekarang Harks haru bagaimana? Tidak mungkin dia datang dengan memakai topeng David dan membawa Rama kembali. Rama tidak sebodoh itukan.
Harks mendatangi David di ruang kerjanya. Dia berjalan perlahan dan ragu-ragu. Dia ingin segerah terus terang, tetapi Harks tau dia pasti akan mendapatkan jawaban yang tidak jauh berbeda dari jawaban-jawaban yang lain sebelumnya. Dimana David akan menolak dengan berbagai alasan yang berusaha dibuatnya masuk akal. Hanya supaya dia tidak dipaksa menemui Rama saat itu juga.
"Ada apa Harks?" David mengangkat kepalanya saat menyadari Harks sudah berdiri sejak beberpa saat di ruangan itu, tetapi dia hanya berdiri dengan gelisah di sudut ruangan sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
David juga sudah mengetahui Rama kabur dan ditemukan. Tetapi sekarang dia malah bersembunyi dan protes dengan mogok pulang, hal yang membuat David merasa lucu dan gemas sendiri dengan tingkah Rama.
"Ah.. aku baru saja berbicara dengan pak Verdi. Kata beliau, anak-anak tidak mau pulang kalau bukan kau sendiri yang menjemput Rama" Harks tidak melanjutkan lagi kata katanya biasanya dia akan melanjutkan dengan memberikan saran dengan hal yang seharusnya dilakukn David. Tetapi kali ini dia tidak lagi melakukannya. Dia lelah dengan penolakan bosnya ini.
"Baiklah. Ayo kita jemput dia.." David tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri jasnya yang tergantung di gantungan sampingnya dan segerah memasang ditubuhnya
Harks terkejut melihat responnya kali ini. Tersambar petir apa bosnya ini sehingga kali ini dia mau melakukan sesuatu yang tentunya akan menurunkan sedikit harga dirinya.
"Aku akan menjemputnya sendirian" David tiba-tiba berubah pikiran saat melewati Harks.
Harks hanya tersenyum simpul. Berharap bosnya ini benar benar berhasil mengumpulkan segala keberaniannya untuk menghadapi manusia kecil yang sangat dirindukan nya itu.
.
.
.
.
.
.
.
.Trrriiiinggg trrriiiinggg..
Panggilan telepon dari hp Harks terus berbunyi saat dia masih berada didalam kamar mandi. Saat Harks keluar, panggilan ke sekilan itu kembali berbunyi, dan dia segerah mengangkatnya mengabaikan 10 panggilan tak terjawab dibalik panggilan itu"Halo"
"Harks. Dimana kauu.. cepat kesini.aku membutuhkan bantuanmu. Tolongg bantu aku Harkss.. anakku akan mati..huhuhu.." terdengar David yang berusaha berbicara ditengah isakan tangisannya yang tidak bisa dia bendung. Harks mendengarkan suara itu begitu perih dan pastilah bos sekaligus sahabat nya itu sedang sangat ketakutan sampai berteriak se gugup itu.Ini pertama kalinya Harks mendengar ratapan kesedihan David yang begitu sakit. Dia menjadi sangat khawatir dan segera melacak telepon David untuk mencarinya. Dia melihat David ada disebuah rumah sakit dan Harks segera memikirkan hal-hal yang tidak tidak.
Harks berjalan dengan cepat didalam koridor rumah sakit berusaha secepat mungkin tiba di ruangan yang ditunjukkan oleh perawat. Kekhawatiran nya berlipat ganda kala mengetahui ruangan yg ditunjukkan adalah unit gawat darurat.
Harks tiba disana dan dia dapat melihat dari pintu kaca didalam sana David sedang memegangi Ramma yang sedang muntah-muntah diatas bangsal rumah sakit. Ramma tampak sangat kacau dan terlihat sangat lemas. Matanya terus memejam tetapi dia tidak pingsan. Setelah muntah dia kembali terbaring dengan lemas dan tampak mengerutkan wajahnya menahan sakit. David yang berada disana sudah menangis sejak tadi. Dia terus mengusap kepala dan kening Rama sambil menahan isakannya. Tidak sanggup melihat anaknya begitu menderita seperti ini.
Para dokter dan suster dari tadi berusaha meminta David untuk keluar dari ruangan itu, tetapi mereka tidak mampu. David yang memegang wewenang rumah sakit tempat mereka bekerja itu.
"Biarkan aku masuk. Aku akan membawanya keluar" Harks segerah masuk ke ruangn itu
"Dav. Ayo keluar. Biarkan para dokter bekerja" Harks masuk dan meraih lengannya
"Harks. Kau tiba. Harks. Mereka sudah memeriksa nya dari tadi dan memberikan beberapa tindakan tetapi tidak ada yang berdampak pada Rama Harks. Rama tidk kunjung membaik. Bagaimana ini" David memohon kepada Harks seola ola Harks adalah orang paling tahu segalanya. Tetapi kenyataannya memang seperti itu. Bagi David, Harks adalah kamus nya untuk melihat dunia.
"Dokter akan melakukan segalanya kau harus keluar lebih dulu" Harks menarik lengan David untuk keluar dari ruangan itu. Harks berusaha menyeretnya bersama dengan para bodyguard walaupun David memberontak.
Setidaknya dia tidk akan mendapatkan ancaman dipecat sperti para dokter diruangan itu.Para dokter itu segera kembali mengerumuni Rama dengan cepat setelah David dan yang lainnya keluar dari ruangan itu.
Yaahh Rama sakit. Kira-kira gara-gara apa yah?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMMA LAURENT
RomanceHarks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan H...