Ajun sedang berjalan di koridor sekolah. Dia akan pergi ke lapangan basket karena mendapat tantangan dari geng nya Revan untuk melaksanakan pertandingan basket.
Tentu saja hal ini dianggap Ajun dan teman-temannya bahwa Revan dan gengnya sedang merendahkan mereka. Dan mereka tidak akan kalah. Tim basket di sekolah adalah tim yang ada dibawah komando Ajun, sehingga dia yakin dia punya peluang penuh untuk menginjak-injak kesombongan Revan itu.
Dalam perjalanan, tiba-tiba Ajun terhenti dengan kerumunan anak-anak didepan mading sekolah. Kerumunan itu sangat banyak sampai tidak ada cela untuk dapat lewat. Beberapa siswa tampak sangat kecewa sampai berdiskusi dengan penuh emosi bersama siswa yang lain.
“Eh ada masalah apa?” tanya Ajun kepada seorang siswa laki-laki yang barusaja keluar dari kerumunan dengan wajah lesuh dan berjalan sempoyongan
“Gue nggak tahu lagi… siswa yang menunggak spp diatas 5 bulan bakalan dikeluarin dari sekolah…” ucapnya dengan lemas tanpa tenaga
“Apa?... kok bisa? Selama ini kan bahkan yang menunggak setahun pun masih dikasih kesempatan…” Ajun juga mendadak syok mendengar berita itu
“Katanya ketua yayasan baru-baru ini berubah.. kayaknya itu aturan baru… Ahhhh.. gue nggak tahu lagi mau gimana…” Ucap siswa itu kemudian berlalu meninggalkan Ajun
Ajun segerah berusaha membuka jalan untuk dapat melihat madding dengan lebih dekat. Dan benar saja, pengumuman seperti yang disampaikan oleh siswa tadi benar
“Oy.. JUN! Buruan kesini…. Lo takut sama kita?” tanya Revan yang berusaha membuat Ajun marah, saat Ajun baru tampak keluar dari gedung sekolah
Ajun segerah menuju ke lapangan, dan disana sudah ada tiga orang temannya yang berhadap hadapan dengan Revan, Rama, Oki, dan Kurin. Jelas bahwa dia yang paling terlambat
“Hahaha… Gue nggak usah persiapan buat ngalahin kalian …” Ejek Ajun yang tidak mau kalah
“Loh serius?...eh iya hati hati ya… takut kaki nya kenna..” Revan membalas lagi dengan suara yang sengaja di tinggi tinggikan
“Nggak usah cerewet lo.. modal mulut doing..” Ajun membalas dengan suara lebih rendah tetapi serasa merendahkan Revan
“Kalo git’….”
Rama tiba-tiba melemparkan bola keatas pertanda pertandingan sudah dimulai. Semuanya segerah sigap berusaha mengambil alih bola tersebut
“Sialan,, gue belum selesai balas ngomong…” gerutuh Revan saat semua orang sudah sibuk memainkan bila basket kesana kemari.
Rama terus terusan memainkan bola anpa member kesempatan kepada lawan untuk merebutnya. Rama merasa sangat senang akhirnya bisa kembali ke lapangan lagi. Dia sangat ahli dalam olah raga fisik di sekolah. Bahkan dulu di sekolahnya tidak ada yang berani menyaingi keahlian Rama. Dia mendribling basket tanpa tersentuh oleh yang lainnya. Sesekali Ajun berhasil merebut bola saat berada di tangan Revan, Kurin, atau Oki. Tetapi Rama berhasil kembali merebutnya dan mencetak angka.
Permainan terus berlanjut dengan sangat seru bahkan sesekali dihiasi oleh lawakan Kurin dan Revan. Sepertinya mereka memang tidak serius untuk bermain. Setelah melihat Revan dan Kurin beberapa kali melucu, Rama akhirnya mulai mengerti maksud Revan. Tim mereka sudah mencetak 9 poin dengan tim Ajun 5 poin.
Pada tahap ini, Rama mulai tidak terlalu serius bermain. Dan akhirnya pertandingan selesai dengan hasil 10 poin untuk tim Ajun dan 9 poin untuk tim Revan
“Wahh.. huh hah fuhh….” Seru Revan yang berbaring di tengah lapangan karena kecapaian “HAhh… gue nggak tahu kalo tim basket sekolah memang ahli..” lanjutnya lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMMA LAURENT
RomanceHarks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan H...