Revan duduk di bangkunya, di bagian belakang paling sudut yang bersebelahan dengan kursi milik Rama. Sudah tiga hari ini Rama menghilang entah kemana. Dia tidak datang ke sekolah, dan juga tidak menerima panggilan telfon darinya. Revan kembali kesepian sama seperti waktu Rama belum datang ke sekolah mereka, dan masuk ke kelasnya bahkan duduk sebangku dengannya.
Lonceng jam pelajaran selanjutnya berbunyi. Semua siswa kembali ke kelas untuk melanjutkan jam belajar. Berbeda dengan Revan, dia malah keluar dari kelas melawan arus teman-temannya yang berlarian ke tempat duduk. Bu Ina yang mengajar di jam itu sudah masuk kedalam kelas saat Revan keluar melalui pintu belakang.
“Revan?.. kamu mau balik jadi antagonis, karena Rama tidak ada disini?” tanya bu Ina saat melihat punggung Revan hampir meninggalkan ruang kelas.
Revan terhenti di depan pintu.
“He he.. iya. Maaf ya bu…” Revan hanya berbalik cengingisan, kamudian lanjut pergi
“Hmmm Revan Revan, kapan anak itu bisa sadar? Ada yang tahu gimana kabar Rama sekarang? Atau ada yang bisa menghubunginya?” Tanya bu Ina kepada seluruh kelas, tetapi semua siswa hanya menjawab tidak
“Yah baiklah, kita mulai pelajaran. Ajun, tumben kamu ikut kelasnya ibu?” Bu Ina tersenyum manis saat melihat Ajun sangat serius duduk di kursinya di deretan paling belakang berseberangan dengan kursi Revan.
Ajun hanya menanggapi dengan wajah serius. Sebetulnya dia juga merasa penasaran dengan keberadaan Rama. Belakangan ini tidak ada seorang pun yang tahu informasi tentangnya. Bahkan Revan sendiri yang setiap hari hanya mengekori Rama dan menempel padanya, kini juga sedang mencari-carinya.
Revan meninggalkan kelas karena merasa bosan dengan mata pelajaran pada jam itu. Dia menuju ke atas atap untuk bergabung dengan beberapa anak-anak yang sering membolos di jam pelajaran. Biasanya Revan akan bertemu Oky atau Kurin diatas. Tetapi kali ini dia tidak yakin karena sejak dirinya mulai jarang naik keatap, Kurin dan Oky juga sudah jarang membolos.
Revan tiba diatas atap dan terkejut melihat Kuri juga sedang berada disana bersama seorang anak lain yang Revan tidak kenali.
“Hey bruhh… tumben loh naik lagi kesini?” sambut Kurin yang menghampiri Revan dengan semangat sambil merangkulnya
“Haahh.. gue malas lagi nggak ngantuk buat tiduran di kelas” Revan melangkah dengan malas dan duduk di salah satu kursi rusak yang banyak menumpuk di tempat itu.
“Anak ini siapa?” Lanjut Revan menanyakan siapa anak yang bersama dengan mereka
“Aaah kenalin ini Juki. Anak kelas satu di jurusan gue.. Juki, ini Revan anak desain grafis brother gue…” ucap Kurin sambil bergantian menepuk punggung mereka
“Lo lagi gangguin anak kelas satu?” tanya Revan yang segerah menangkap maksud buruk Kurin
“Yeh elaahh.. lo negative thinking banget sih. Ini calon brother gue selanjutnya karena loh undah mulai tobat.. dia juga nggak gue ajak, gue nemuin dia duluan yang udah ada disini” seru Kurin menjelaskan kesalah pahaman Revan
“Ooo.. sory, gue kirain lo malak anak baru lagi. Kenalin, gue Revan temannya Kurin” Ucap Revan pada si anak kelas satu tersebut
“Gue Juki” Juki hanya menjawab dengan datar
“Hahahahaha… teman lu keren juga Rin” Revan malah ngakak melihat ekspresi datar Juki
“Gue bilang berenti panggil gue Rin lo kenapa sihh..” Protes Kurin yang selalu emosi kalau namanya dipanggil Rin. Katanya, Rin itu nama pacar nya yang pernah selingkuhin dia dulu. Dan Rin juga membuat namanya seola-ola terdengar separti nama perempuan
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMMA LAURENT
RomanceHarks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan H...