PERMINTAAN MAAF

261 20 0
                                    

Ramma membuka matanya dari perlahan mengambil kesadarannya kembali. Yang pertama kali dia lihat diatasnya terdapat gambaran wajah seorang pria paru baya yang masih cukup muda, memberinya senyuman penuh arti. Matanya terlihat sembab dan senyuman itu seperti berusaha menutupi kesedihan yang sebelumnya di sembunyikan oleh orang dewasa itu.

"Dimana aku?" Tanya Ramma dengan pelan karena suaranya serak

"Kau di rumah sakit" seorang dokter yang sudah cukup berumur menghampiri dirinya dan melakukan beberapa pemeriksaan singkat untuk memastikan keadaan Ramma sudah menjadi lebih baik

"Tuan muda sudah tidak apa-apa. Saya akan permisi tuan David" dokter itu kembali meninggalkan keduanya didalam ruangan

"Haaaa... Syukurlah.." David kembali fokus kepada Ramma

"Kau tidak apa-apa? Tidak ada yang sakit lagi? Apa perutmu masih sakit? Atau kau ingin makan sesuatu?" Berbagai pertanyaan keluar dari mulut David dan membuat Ramma sekarang sudah kembali mengumpulkan ingatan nya.

'ahh benar, ayah pengecut ini'
"Aku tidak apa-apa" Ramma hanya menjawab singkat

"A'.. maafkan aku tentang kemarin. Aku ttidak tau kau memiliki alergi seperti itu" David kembali menyesali perbuatannya kali ini dia benar-benar harus minta maaf. Dia terdiam sejenak lalu melanjutkan

"Maaf karena sudah meninggalkan mu.. maaf juga karena menempatkan mu di posisi yang sulit, maaf sudah mengurung mu, maaf karena keluarga ku membahayakan mu, dan maaf jika aku tidak mampu melindungi mu" David kini sudah bersimpuh di atas lantai rumah sakit dengan tangannya berada di sisi tempat tidur Ramma. Dia menunduk dan menyembunyikan air mata nya yang kembali mengalir.

"Aku sangat ingin menjagamu, maaf jika keegoisan ku malah membawamu kedalam masalah. Tapi aku harap jangan menyesal karena kau lahir sebagai anak ku.. hufs, aku tidak pernah sekalipun menyesali keberadaan mu. Kehadiran mu yang buat aku hidup lebih kuat dan masih ada didepan mu saat ini..." David sudah tidak mampu menahan lagi air mata nya. Dia hanya berusaha untuk tidak sesegukan dan menguatkan hatinya untuk memohon maaf atas kesalahannya selama ini terhadap Ramma

"Maafkan aku karena kau sudah hidup berjuang sendirian selama ini. Aku hanya ingin melindungi mu. Aku ingin harapan ku untuk hidup tetap aman dan tidak tersentuh oleh bahaya yang paling aku takutkan. Tapii Ramaa.. huff, aku menjadi egois dan ingin menjagamu. Bagaimana aku bisa seegois ini? Aku mohon maafkan aku.."

David mengakhiri penyesalan nya. Dia tidak mengharapkan balasan dari Ramma. Bahkan dia berharap Ramma cukup diam atau mengucapkan sesuatu yang membuatnya harus melepaskan anak itu lagi agar dia tidak kembali terluka

"Kau pikir aku anak kecil?" Ramma tiba-tiba menjawabnya dengan suara lemahnya. Bohong jika dia tidak menangis. David berbicara tanpa melihat nya membuat nya bebas menyembunyikan air matanya juga

"Aku bisa melindungi diriku diluar sana. Bahkan sebagai anak mu aku tidak akan takut dengan siapapun yang muncul dan menghadangku. Aku bukan bocah kecil"

"Rama.. masalahnya tidak sesederhana yang kau bayangkan" David mengangkat wajahnya yang sudah kacau

"Yahampun. Dan tolong berdirilah. Kenapa kau menunduk di kolong tempat tidur seperti itu?"
Rama menepuk dahinya saat menyadari posisi David yang dari tadi menunduk dihadapan nya

"Aku sedang meminta maaf Ram"

"Baiklah baiklah, aku memaafkan mu" Ramma menjawab dengan suara rendah tetapi cukup didengar dengan jelas oleh David. Dia segera berdiri dengan semangat dan meraih lengan Ramma kali ini untuk berterimakasih

"Terimakasih nakk terimakasih.. kau mau memaafkanku"

"Baiklah, sudah, berhenti. Aku mau menjelaskan sesuatu.." Ramma berusaha melepaskan cengkraman David pada lengannya

RAMMA LAURENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang