“Eh Ram! Lo dari mana aja?” tanya Oki saat mereka menyadari Rama kembali berkumpul dengan mereka
“Haa tadi ada insiden kecil. Gue lapar..” ucap Rama yang sekarang memandangi hidangan di depannya
“setelan lo keren tu Ram.. dapat dari mana?” Seru Kurin saat menyadari penampilan Rama kini beda dengan yang tadi
“Dapat dari Revan. Tadi gue ketumpahan minuman gara-gara nayriin kalian..” Jawabnya agak kesal sembari bercanda
“Eh tapi serius.. Lo kayak anak konglomerat gimanaa gitu.. cocok bangat pake setelan...”
“Hahahaha… Rama dan teman temannya tertawa mendengar celetuk Oki
Harks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan Harks.
“Kamu tidak berbohong? Sudah kamu pastikan kebenarannya?” ucap orang itu yang tidak lain adalah Davidson. Pemilik perusahaan raksasa yang bergerak di bidang konstruksi dan teknologi. Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa pengusaha muda dan sukses itu kini sedang mengawasi seseorang yang paling dirindukannya dibalik kesuksesannya saat ini.
“Saya tidak berbohong tuan. Saya berbicara dengan dia duapuluh menit yang lalu. Saya yakin dia masih ada di pesta ini”
“Bagaimana bisa dia ada disini?”
“Putra pak Verdi. Sepertinya dia berteman baik dengannya”
“Putra pak Verdi..” David berpikir sejenak. Walaupun sebenarnya jantungnya berdegub kencang saat ini sejak dia mendengar berita dari Harks bahwa Rama ada di tempat ini.
Putrannya yang sangat dirindukannya kini berada dibawa atap yang sama dan di ruangan yang sama dengannya. Sudah sepuluh tahun sejak dia terakhir kali melihat putranya itu. Lalu bagaimana sekarang? Apa dia akan mengenali putranya jika mereka bertemu? Atau jangan jangan dia sudah berpapasan dengannya tetapi dia tidak mengenali anaknya sendiri. Oh tidak. Dirinya pasti sangat mengecewakan.
“Tuan, ada lagi.. insiden kecil tadi disebabkan oleh dia yang bertabrakan dengan tunangan tuan Bilyan..”
“Apa!!” Seru David yang tanpa sadar menarik perhatian orang orang di sekelilingnya untuk melirik mereka. David terpaksa harus tersenyum meminta maaf kemudian menarik Harks ke tempat yang agak sepi
“Jadi tadi kamu sedang pergi melaporkan putraku?” Ucap David dengan tatapan marah pada Harks
“Ttttidak tuan.. tentu saja tidak…….” Harks cepat cepat menjelaskan apa yang di lakukannya tadi sebelum David salah paham
“Ooh.. jadi begitu.. lagi pula kamu ngapain terima perintah dari Bilyan. Kamu kan sekertaris saya. Lain kali, jangan terima perintah dari Bilyan. Anak itu mulai kurang ajar. Cuma masalah kecil dia mau besar besarkan..” David mengomel usai mendengar penjelasan dari Harks. Dia jadi emosi saat mendengar perilaku Bilyan keponakannya itu yang seenaknya.
“Hari ini kita tidak bisa bertemu dengan Rama. Kasi peringatan ke Bilyan supaya tidak menyentuh putra saya. … oh iya. Sampaikan juga terimakasihku pada Verdi dan putranya..” David kemudian berlalu meninggalkan Harks yang mengelus dadanya legah
Bilyan sedang menenangkan Katherin di samping pintu masuk. Semenjak peristiwa tadi, Katherin terus meminta untuk pulang. Tentu saja di dalam hatinya dia tidak ingin berjumpa lagi dengan Rama dalam keadaan seperti ini. Melihat Katherin tampak mulai menangis Bilyan akhirnya luluh dan setuju untuk mengantarnya pulang.
Di seberang hotel Lauca tempat Verdi menyelenggarakan acara ulang tahun perusahaannya, terdapat sebuah bar mewah yang cukup digemari oleh masyarakat. Malam ini suasana di depan bar mewah itu cukup ramai di dominasi oleh pria pria berbadan besar dan berseragam jas hitam. Mereka tampak rapi tetapi sesaat jika terus diperhatikan, keberadaan mereka seperti membawa aura menegangkan di depan bar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMMA LAURENT
RomanceHarks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan H...