Rama berjalan meninggalkan rumah sakit. Dalam benaknya dia masih berusaha merangkai bagaimana hubungan antara Ajun dan Gwen. Mereka adalah pasangan yang begitu rumit untuk dipahami oleh Rama.
Drttt.. drrrtt.. Rama mengangkat telponnya yang ternyata adalah panggilan dari Revan
“Halo”
“Lo dimana?” tanya Revan
“Gue baru keluar dari rumah sakit”
“Lo tunggu gue disana. Gue jemput sekarang”
“Hah? Ngapain!” seru Rama “Nggak usah. Gue mau pulang”
“Yahelaa.. padahal acaranya kita-kita baru mau dimulai nih.. Berbekyu di belakang rumah.. kita mau party di rumah gue..” Jelas Revan yang tampak sekali berusaha membuat Rama tertarik
“Nggak. Gue males...”
“Ahh lo malas melulu.. yaudah terserah, acaranya di rumah gue. Kalo lo berubah pikiran, datang aja..”
Usai Revan mengatakan itu, Rama mematikan telvonnya.Pagi yang cerah, Rama keluar dari kamar kos nya dan hendak berangkat ke sekolah. Aroma pagi hari yang segar memancing Rama untuk menghirup oksigen yang segar itu sebelum melangkahkan kaki ke lorong perumahan menuju terminal bus yang ada tepat di depan lorong.
“Selamat pagi bude!..” Sapa Rama sambil mengintip masuk ke tempat bude pemilik rumah kos kosan nya, yang juga membuka kios besar di depan kos
“Selamat pagi nak Rama.. mau berangkat sekolah?” tanya bude sambil sibuk merogoh kebagian laci samping meja kasirnya
“Iya bude. Saya berangkat agak pagi. Apa bude butuh sesuatu? Mungkin saya bisa bantu sebentar?” Tanya Rama yang menyadari bude tampaknya cukup sibuk
“Ah.. tidak perlu.. hahaha.. kamu ini selalu aja pancing bude mikirin banyak pekerjaan.. kerjaan memang banyak tapi kamu sekolah dulu sana…” Jawab bude sambil tersenyum
“Hahaha.. bude memang baik.. yasudah, kerjaan yang bisa ditunda simpan buat saya. Entar siang saya yang kelarin.. Berangkat dulu bude” Rama berbalik sambil melambaikan tangannya
“Eh eh!! Tunggu sebentar… aduhh.. ini kok susah bangat buat ditarik sih..” ucap bude kesal sambil berusaha menarik sesuatu dari lacinya yang sejak tadi dia ingin ambil. Benda itu baru bisa keluar beberapa saat kemudian
“Ini Ram.. ada kiriman buat kamu dari kemarin. Bude lupa ngasi, soalnya kamu pulangnya kemalaman..” ucap bude sambil menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang dan dibaluti plastic berwarna hitam. Diatasnya tertulis nama dan alamat Rama
“Kamu belanja online?” tanya bude
“Whaha.. nggak tuh bude.. ini siapa yang ngirim?” Tanya Rama sambil memperhatikan nama dan identitas pengirim yang juga tertulis pada kertas diatas kotak
“Bude juga nggak tau. Itu dibawa sama kurir..”
“Ini alamatnya dari Bandung.. siapa ya?” tanya Rama pada dirinya sendiri
Rama menitipkan kotak itu kembali ke bude. Dia akan mengambilnya sepulang dari sekolah nanti.“Yoo!! Ram!.. loe kemana aja semalam? Nggak ngumpul sama kita kita?” seru Revan yang tiba tiba merangkul leher Rama dari belakang saat Rama berjalan memasuki gerbang sekolah
“Kalian berdua? Oki kemana?” Tanya Rama saat melihat Kurin cengingisan mendahului mereka dan berjalan sejajar dengan Rama
“Oki lagi ada praktikum pagi” jawab Kurin yang melirik Rama sebentar kemudian kembali menatap kedepan
“Bay the Way.. gimana kemarin? Kata lo Ajun masuk rumah sakit?” tanya Revan yang kini menjadi sedikit serius
“Iyah.. gue nggak tahu gimana keadaannya sekarang. Pas ortunya datang, gue langsung pamit pulang..”
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMMA LAURENT
RomanceHarks menghampiri seorang pria parubaya yang sedang berbincang dengan kenalannya ditengah tengah pesta. Harks membisikkan sesuatu di samping telinga orang itu, dan sukses membuatnya membelalakkan mata karena terkejut dengan berita yang disampaikan H...