BUAYA TAMPAN

1K 82 14
                                    

"FEBY! " Setelah melaksanakan sholat subuh berjamaah.  Siti datang dan langsung menghampiri Feby  yang sedang berjalan sendirian menuju asrama .

"Apa?" jawab Feby dengan perasaan jengkel , dongkol dan dengki. Jujur saja mengingat perlakuan Farhan yang dengan entengnya mencium kening berharganya ini membuat dirinya tidak terima. Yahh dirinya jelas tidak terima , padahal ia menjaga keningnya itu untuk dicium oleh suaminya nanti . Lihat saja jika ia melihat buaya itu lagi . Ia tidak akan segan-segan untuk menonjok wajah tampan dari lelaki itu.

"Gimana tadi? Keluarga ndalem baik baik kan?"

Mendengar itu Feby langsung memasang wajah konyol dan berdecak kecil.
"Prett . Iya sih keluarga ndalem baik baik. Tapi enggak dengan si Farhan."

Siti menaikkan satu alisnya heran dengan pernyataan temannya ini.
"Lahh maksud kamu Gus Farhan?"

"Yah iya siapa lagi kalau bukan dia Kan anaknya umma Aisyah yang namanya Farhan cuman satu."

"Hehe yah juga sih. Tapi kok kamu bilang gitu. Padahal menurut aku nih yah diantara anak anaknya umma Aisyah yang paling baik dan bijaksana itu yah Gus Farhan."

"Yah terserah gue . Pokoknya gue nggak suka yah yang namanya Farhan. Dan Lo ." Tunjuk Feby tepat di depan wajah siti. " Jangan sekali kalinya Lo sebut nama orang itu lagi ."

"Ta-tapi_____."

"Pokoknya gue nggak sukaaaaaaaaaaaaaaaaa."
Nafas Feby naik turun menahan gejolak amarah yang ada pada dirinya saat ini.

Siti meneguk salivannya susah payah dan meringis dalam hati. Entah apa yang membuat Feby tidak menyukai  gus Farhan . Mungkin baru kali ini ada orang yang tidak menyukai anak sulung dari pemilik pesantren ini karena setahunya Gus Farhan adalah laki laki yang sangat dihormati dan diincar oleh para  santriwati maupun  ustadz ustadzah di pesantren ini .

"Cukup yah. Sekali gue nggak suka yah nggak suka!"

Siti menunduk dengan mata yang berkaca-kaca . Ia menyesal sudah menyela ucapan Feby
"Ya-udah deh kalau gitu aku minta maaf ."

Feby beralih memijat pelipisnya pusing . Sebenarnya ia tidak ingin berkata kasar di depan siti karena ia tahu bahwa hati perempuan itu terlalu lembut untuk di bentak .

Dirinya menghembus kan nafas pasrah lalu tersenyum "iya. Gue juga minta maaf soal tadi . Kalau gitu yuk ke asrama . Sekalian gue mau ke kantin buat neraktir Elo. Gimana?"

Mendengar itu siti mendongakkan kepalanya.
"Ta-tapi kantinya Belum buka jam segini. Palingan sekitar pukul 9 baru buka . Dan lagi pula kita juga harus buru buru buat ngantri mandi di wc pesantren. Takut kita terlambat jam pertamanya uztadz Syukron."

Feby menaikkan satu alisnya .
"Yang benar aja masa iya cuman buat mandi doang harus ngantri juga sih mana masih pukul 5 pagi lagi  . Kita Mau mati kedinginan apa ? Kan nggak lucu .  Wahh makin nggak bener nih lama lama."

"Peraturannya emang kayak gitu Feby kita harus ngantri . Ah nggak tau deh kamu banyak nanya banget . Kalau kamu nggak mau nganteri yah kamu Numpang mandi di wc ndalem aja? Itu pun kalau kamu mau?"

Feby menggelengkan kepalanya cepat tidak mungkin ia kembali ke ndalem. Ia tidak ingin bertemu kembali dengan Gus buaya itu dan tidak akan pernah mau .

"Kok Lo jahat sih. Ya udah deh gue mau."

Siti tersenyum lalu mengangguk.
"Gitu dong dari tadi kek. Ya udah yuk keburu antrian nya panjang."
Siti menarik tangan Feby untuk berjalan mengikutinya sementara yang di tarik hanya pasrah . Apa boleh buat ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti peraturan aneh di pesantren ini. Jika saja ia memiliki keluarga lain mungkin ia lebih baik tinggal bersama mereka di bandingkan tinggal di penjara suci ini . Tolong siapa pun, Feby ingin pergi dari tempat ini......

Jodoh Titipan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang