BERDUA

1.1K 103 57
                                    

"Ya -yakinlah ."
Ucapnya dengan suara yang lantang membuat lawan bicara nya terkekeh gemas.

"Feby . Kamu masuk saja , in syaa Allah nggak akan terjadi apa apa sama kamu . Kamu fikir saya laki laki macam apa?"
Cercah Farhan dengan suara yang lembut . Lagi pula tidak apapa juga jika mereka berdua an di dalam satu ruangan yang sama . Mereka sudah sah di mata agama dan negara jadi tidak ada yang perlu di khawatir kan .

"Lagi pula walau saya yang ngambil . Saya juga tidak tahu di mana letak mukenah kamu ."
Alibinya padahal ia sendiri yang menyimpan mukenah istrinya itu di kamarnya . Ia sengaja melakukan itu agar ia dapat berduaan saja dengan sang istri .

"Tapi kalau santri santri ngelihat gue masuk ke dalam terus mergokin kita berdua doang di dalam Gimana? Gue nggak mau yah di sangka yang nggak nggak !"

"Yah gampang."

Feby menaikkan satu alisnya tidak mengerti .

"Saya tinggal nikahin kamu aja ."
Ucapnya dengan senyuman membuat sang empu tercengang di tempatnya.

"Lo gila atau gimana ! Nggak nggak . Gue masih muda yah!"
Feby semakin tidak mengerti dengan jalan fikiran orang dihadapannya ini . Yakali dirinya di pergoki ia malah bisa berkata enteng seperti itu ! Emang dirinya perempuan macam apa ? Lagi pula pernikahan itu bukan hal yang bisa di anggap main main . Menurutnya pernikahan itu adalah janji sakral yang harus di pertahankan kuat oleh kedua belah pihak .
Yakali ia menikah cuman gara gara berduaan dengan laki laki non mahrom nya di dalam satu ruangan ? Kan nggak lucu.

"Yaudah terus mau kamu gimana Feby ?"

"Ya-yah gue juga nggak tahu! Yaudah nggak usah sholat aja lah gue." Feby berbalik badan hendak meninggalkan Farhan. Namun tiba tiba langkah nya terhenti ketika ada yang menahan tangan nya.

"Maksud kamu apa?"
Tanya nya dengan wajah yang datar.
"Maksud kamu  . Kamu tidak mau melaksanakan kewajiban kamu sebagai seorang muslim? "
Tanya Farhan mengintimidasi.

"Yah terus gimana dong kan gue nggak Mungkin sholat cuman pake beginian doang."

Farhan menghelah nafas sabar dalam hati ia terus beristighfar agar tidak memarahi sang istri . Bisa bisanya istrinya ini menyerah akan sholatnya sendiri  yang sudah jelas  adalah tiang agama Islam.

"Kamu tahu bahwa tiang agama kita adalah sholat?"
Feby menggelengkan kepalanya tidak tahu.

Lagi dan lagi Farhan hanya bisa menghembus nafas sabar. Ia tahu bahwa istrinya ini pintar di bidang akademik dan kurang pintar dalam ilmu agama tapi kenapa pasal sholat  pun iya tidak tahu ?.
"Ya sudah nanti saya jelaskan . Untuk sekarang kamu pakai Mukenah yang lain dulu . Dan ingat jangan sekali kalinya kamu menganggap remeh tentang sholat feby , jujur saya nggak suka ."
Lelaki itu berucap dengan nada yang rendah dan lembut . Tidak terdengar sedikit pun iya berkata kasar walau wajahnya terlihat serius.

Feby yang mendengar kalimat yang keluar dari mulut lelaki di hadapannya ini hanya terdiam kaku . Fikirannya berkecamuk . Kenapa Farhan sangat peduli terhadapnya. Padahal ia sama sekali tidak mempunyai hubungan apapun dengan dirinya. Jangankan menjalin hubungan berteman saja tidak.

"Tunggu . Saya ambilkan mukenanya."

Feby hanya diam ditempat memperhatikan punggung lelaki itu sudah masuk ke dalam. Ia menengok ke kanan kiri memperhatikan area sekitar , apakah santri lainnya sudah bangun .

Dan setelah melihat kondisi sekitar, ternyata matanya tidak menangkap satu pun santri yang berkeliaran di area itu .

Sejujurnya ia ingin masuk karena takut ada yang melihatnya berdiri di sini . Apa kata orang orang nanti  jika melihatnya pukul segini berada di ndalem . Setalah menimang nimang akhirnya ia pun melangkahkan kakinya itu masuk ke ndalem ia menutup pintu agar tidak ada yang melihat.
"Huuu kan aman."

Jodoh Titipan BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang