Haruno sakura terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Mengabaikan teriakan dari pemuda yang baru saja dia putuskan secara sepihak itu. Dia berjalan dengan cepat dan saat sadar jika dia sudah berada tepat dibelakang sekolah dia langkahnya langsung tertatih-tatih.
Dia jatuh terduduk, lalu berpegangan disebuah kawat pembatas antara sekolah dan bukit. Dia langsung memegangi dadanya yang terasa sangat sesak sekarang.
Tangis itu pecah begitu saja. Tangis yang sejak tadi ia tahan agar tidak pecah didepan pemuda itu sekarang keluar dengan sendirinya. Pertahanannya yang begitu kokoh sekarang telah hancur.
Dia menangis sendirian disana. Ini adalah keputusan terberat yang harus dia ambil. Salah satu hal yang paling tidak ingin dilakukannya adalah melukai pemuda itu. Baginya, sasuke adalah salah satu hal yang paling berharga didunia ini.
Dia mencintai sasuke. Sangat.
Saat pemuda itu bertanya apa dia tidak mencintainya, sakura sangat ingin menjawab dengan lantang kalau dia begitu mencintai pemuda itu.
Tapi dia malah menjadi gadis jahat yang menyakiti pemuda itu. Dia tidak mampu berbalik untuk melihat wajah sasuke yang menangis karena takut dia akan merubah pikirannya begitu saja.
Sakura tahu pemuda itu berniat mengeluarkan hadiah dari balik punggungnya. Dia sengaja langsung mengurungkan sasuke melakukan hal itu. Karena jika dia menerima hadiah itu, keputusannya yang sudah dipikirkan dengan matang pun akan goyah.
Saat sasuke bertanya apa dia akan membuang pemuda itu, sakura begitu sakit mendengarnya. Dia tidak pernah sekalipun berpikiran untuk membuang pemuda itu. Bagi sakura, keputusannya ini adalah demi kebaikan mereka berdua.
Sakura memilih untuk mengakhiri ini sekarang juga karena dia tidak ingin mereka berdua semakin jauh. Dan itu akan membuat sakura semakin berat untuk melepaskan pemuda itu. Bahkan sekarangpun ini sudah menjadi pukulan terbesar untuknya.
Sasuke Uchiha. Dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa membuat sakura merasakan apa itu cinta yang sebenarnya. Dia adalah laki-laki yang pendiam, dan kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi, sakura selalu bisa mengetahui perasaan pemuda itu hanya dari tindakannya dan mengerti keadaan pemuda itu.
Dan setelah bersabar cukup lama, akhirnya sakura pun menikmati hasilnya. Semakin lama mereka menjalin hubungan, semakin terbuka sasuke padanya. Pria itu memperlakukan dia begitu lembut, itu membuat sakura merasa bagaimana menjadi gadis paling beruntung didunia.
Saat bersama pemuda itu, sakura selalu lupa dengan masalah hidup yang memusingkan kepalanya. Jika sakura merasa lelah, sasuke akan menjadi tempatnya untuk beristirahat.
Pemuda itu akan dengan senang hati membuka tangannya lebar-lebar agar sakura bisa menghambur ke pelukannya dan melupakan stres yang akan membuat kepalanya mau pecah.
Dia memang gadis jahat. Tapi dia harus melakukan ini. Dia tidak ingin sasuke terus terikat kepada gadis sepertinya. Pria itu berhak menemukan perempuan yang lebih layak untuknya.
Sakura masih menangis kencang sambil menggenggam erat kawat pembatas itu. Ia tidak peduli jika hal itu membuat tangannya terluka. Biarkan ia menangis sekarang. karena setelah ini, ia harus memasang topeng baik-baik saja diwajahnya.
Sakura adalah gadis yang mudah berbaur dengan orang lain. Tapi bukan berarti dia orang yang terbuka.
Bahkan keluarganya tidak tahu banyak mengenai sakura, karena gadis itu menyembunyikan dirinya begitu rapat dengan topengnya. Sakura merasa tidak perlu mengatakan apapun tentang dirinya karena hanya akan menambahi beban keluarganya.
"Jidat!" Terdengar suara seorang gadis yang merupakan sahabatnya. Sekarang yang mengetahui keadaannya hanyalah sahabatnya itu, Yamanaka Ino.
Ino berlari tergesa-gesa melihat keadaan sakura yang begitu menyedihkan. Saat sudah berada didepan sakura, ino langsung mendudukkan dirinya lalu ia meraih tangan sakura yang menggenggam kawat.
"Jidat, tanganmu terluka!" Teriak ino panik. Sakura terus menangis mengabaikan perkataan ino. Gadis itu tidak peduli pada apapun sekarang. Tolong tetap biarkan dia seperti ini untuk sebentar saja.
Memahami keadaan sahabatnya, ino langsung menarik sakura ke pelukannya. Ia tahu apa yang sedang terjadi. Sakura pasti telah mengakhiri hubungannya dengan sasuke.
Ino sudah menasehati sakura agar memikirkannya dengan bijak. Dan sakura berkata jika itu keputusan terbaik. Mendengar itu, ino tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa mendukung keputusan sakura.
"Menangislah, sakura. Kau boleh menangis sepuasmu" ucap ino sambil mengelus helaian rambut merah muda gadis itu.
.
Karena keadaan sakura yang kacau, ino memutuskan untuk mengajak gadis itu kerumahnya terlebih dahulu dan membersihkan dirinya agar ibu sakura tidak khawatir melihat keadaan putrinya.
Sakura menuruti perkataan ino dan sekarang mereka berdua sedang duduk diam di kamar ino. Sakura baru selesai mandi dan memakai pakaian ino.
Setelah selesai berganti pakaian, gadis itu langsung mendudukkan dirinya di ranjang kamar ino sambil terus menundukkan kepalanya.
Melihat itu, ino langsung mendekati sahabatnya itu dan membuka suara. "Jidat, kau mau makan malam dulu? Tanya ino lembut dengan nada membujuk.
"Tidak usah, pig. Sebentar lagi aku mau pulang." Jawab sakura. Mendengar itu, ino hanya mengangguk. Ia tahu kalau sakura tidak akan bisa dipaksa, jadi ia menurut saja saat gadis itu bilang akan pulang.
"Kalau kau mau pulang silahkan saja. Tapi kusarankan, lebih baik kau tidak bekerja dulu." Saran ino hanya dibalas anggukkan oleh sakura. Sakura tahu, dia tidak akan mampu untuk bekerja hari ini, jadi menurutnya perkataan ino ada benarnya.
.
Sakura baru kembali ke rumahnya. Dan ia kaget bukan main melihat rumahnya yang ramai. Dia langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi
"Ibu!" Panggil sakura dengan raut wajah panik. Wanita yang dipanggil ibu oleh sakura itu pun langsung menoleh mendapati putrinya yang berlari menghampirinya.
"Ada apa, ibu?" Tanya sakura panik. "Sasame! Adikmu itu tiba-tiba terkena demam tinggi sampai memuntahkan darah. Ibu meminta tolong warga sekitar untuk memanggilkan ambulan!" Mendengar itu, sakura langsung membulatkan matanya.
"Sasame!" Sakura menghampiri adiknya yang tengah tidak sadarkan diri itu. Dia langsung mengecek tubuh adiknya dan keningnya terasa begitu panas.
Ambulan yang telah ditunggu sejak tadipun tiba, sasame langsung dibawah masuk ke ambulan diikuti oleh sakura dan ibunya.
Di perjalanan menuju rumah sakit, sakura terus menggenggam tangan ibunya yang gemetar dan terus menangis. "Ibu, tenang saja. Sasame akan baik-baik saja." Kata sakura meyakinkan ibunya.
Mendengar itu, ibunya hanya mengangguk sambil membalas genggaman tangan sakura.
Tak lama setelah itu sakura hanya bisa memijat pangkal hidungnya lelah. 'Apalagi ini? Aku bahkan tidak diberi istirahat.' Batin sakura.
Alasan dia harus terus memasang topeng diwajahnya adalah karena hal seperti ini. Ia tahu, hal seperti ini akan terus datang dalam hidupnya dan tidak akan membiarkan dia merasa tenang sebentar saja. Kecuali saat dia bersama sasuke. Hanya pria itu yang bisa menjadi penenangnya
Dan sekarang pria itu tidak ada lagi dalam hidupnya untuk menjadi tempatnya beristirahat. Karena dia sendiri yang telah melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Break Up?
Fanfiction"Sasuke-kun, ayo putus." senyum di bibir sasuke seketika langsung hilang saat mendengar kata-kata yang paling ditakutinya itu. Disclaimer : Masashi Kishimoto Rated : T Genre : Romance Pair : SasuSaku Terinspirasi dari drama korea 'Our Beloved Summer'