03

1.5K 165 4
                                    

Uchiha Mikoto menatap sendu pintu kamar putra bungsunya, uchiha sasuke. Sudah seminggu anak itu mengurung diri di kamarnya. Mikoto yang awalnya bingung dengan sikap anaknya yang tiba-tiba mengurung diri seperti itu pun bertanya pada naruto, sahabat sasuke.

Awalnya naruto enggan untuk menceritakannya. Tapi karena tidak tega dengan wajah sedih mikoto, dia memilih untuk menceritakannya.

"Sasuke putus dengan sakura-chan, obaa-chan." Mikoto pun juga ikut terkejut saat mendengar cerita naruto. Haruno Sakura. Dia mengenal gadis itu. Walaupun mereka jarang bertemu, tapi gadis itu sesekali datang ke rumah mereka untuk memberikan kue-kue yang sudah sakura buat sendiri.

Sekali lihat, mikoto sudah tahu kalau sakura adalah gadis yang baik. Gadis itu memiliki attitude yang bagus dan sangat sopan.
Hal itu membuat sakura memiliki kesan tersendiri di hati mikoto. Mikoto merasa, pilihan sasuke untuk menjalin hubungan dengan gadis itu sangat tepat.

Padahal hubungan mereka tenang-tenang saja, tapi bagaimana bisa mereka tiba-tiba putus? Itu pasti merupakan pukulan yang besar untuk sasuke.

Putranya itu memiliki sifat yang dingin. Persis seperti ayahnya. Tapi saat mikoto tidak sengaja melihat sasuke sedang berdua dengan sakura, anak itu terlihat berbeda. Dia memperlakukan sakura dengan begitu lembut. Begitu berbeda dengan sifat dinginnya yang sering ditunjukkan kepada orang lain bahkan dirinya.

Sakura membuat sasuke yang awalnya terlihat tidak tersentuh, berubah menjadi pria yang mulai terbuka bahkan dengannya. Walaupun sifat dinginnya itu tidak berubah sama sekali diluar sana.

Tapi sekarang, sifat dingin sasuke sudah kembali seperti semula. Saat anak itu pulang dari acara kelulusan sekolahnya dengan tampilan yang berantakan dan menenteng sebuah kotak berwarna beige di tangannya, mikoto langsung menanyakan ada apa dengan putranya itu? Sasuke hanya melengos pergi tanpa menjawab. Setelah itu dia mengurung diri dari kamarnya sampai hari ini.

"Sasuke-kun, ayo keluar nak. Naruto-kun datang" panggil mikoto pelan. Tidak ada jawaban. Mikoto tanpa sadar memutar kenop pintu kamar sasuke dan ternyata tidak dikunci mungkin sasuke sengaja membuka kuncinya hari ini.

Mikoto memasuki kamar putranya, kamar itu sangat gelap karena tirainya masih tertutup. Kotak yang mikoto lihat beberapa hari yang lalu itu berada dilantai dan memungutnya, sepertinya sasuke melemparnya sembarangan. Lalu menaruh kotak itu ke meja didekat komputer sasuke.

Mikoto mengalihkan pandangannya ke ranjang sasuke dan menemukan anak itu disana. Sasuke sedang tidur. Anak itu tertidur dengan posisi menyamping tanpa memakai selimut.

Mikoto menatap lekat wajah putranya. Wajah anak itu terlihat pucat. Tiga hari setelah kejadian itu, sasuke begitu sulit untuk disuruh makan sampai-sampai anak itu jatuh sakit. Setelah itu, ayahnya turun tangan dan itu membuat sasuke menurut untuk makan. Walaupun dia masih tidak mau keluar kamar.

Mikoto mengelus surai hitam kebiruan putranya itu, wajah anak itu terlihat sangat damai seolah tidak ada beban disana. Dia menyingkarkan anak rambut yang menutupi wajah putranya itu.

Mikoto tidak tega untuk membangunkan putranya itu, akhirnya dia memilih untuk menutupi tubuh sasuke dengan selimut dan membuka gorden kamar sasuke sebelum akhirnya menutup pintu kamar putranya kembali.

Setelah itu, mikoto turun kebawah dan menemui naruto yang sudah menunggu sejak tadi sambil mengobrol dengan itachi. "Naruto-kun maaf, sasuke-kun ternyata sedang tidur." Kata mikoto ramah dengan senyum yang menunjukkan rasa bersalah.

Mendengar itu, naruto langsung menanggapi dengan sopan "tidak apa-apa obaa-chan. Aku kesini hanya ingin melihat keadaan sasuke saja. Sepertinya dia tidak mengurung diri lagi sekarang ya? Ehehe" ujar naruto sambil memberikan cengiran khasnya.

Mendengar itu, mikoto tersenyum haru. Naruto benar-benar setia kawan dengan putranya. Bahkan ia terus datang kerumahnya secara rutin untuk memastikan keadaan sasuke.

"Iya, naruto-kun. Terima kasih karena sudah berada di sisi sasuke-kun." Jawab mikoto. Mendengar itu naruto langsung menggelengkan kepalanya "tidak perlu berterima kasih obaa-chan, ini sudah kewajibanku sebagai sahabat sasuke." Kata naruto sambil mengibas-ngibaskan tangannya pertanda tidak keberatan.

.

"Sasuke-kun, apa keinginan terbesarmu?" Tanya seorang gadis yang sedang menyenderkan kepalanya dibahu sasuke. Sasuke yang tadinya sedang memejamkan matanya, perlahan membuka matanya.

"Keinginan terbesarku?" Ulang sasuke. "Ya! Apa?" Tanya gadis itu semangat.
"Hmm, kau tetap bersamaku. Selamanya." Jawab sasuke sambil tersenyum tipis. Mendengar itu, gadis yang sejak tadi menatapnya pun lamgsung tersipu malu.

"Sasuke-kun, harusnya lebih berambisi lagi!" Kata gadis itu sambil menyenderkan kepalanya ke dada sasuke dan melingkarkan tangannya di pinggang pemuda itu.

"Kalau itu sih, tanpa kau bilang pun aku akan melakukannya!" Kata gadis itu lagi sambil memejamkan matanya menikmati bau parfum pacarnya itu.

Mendengar itu, sasuke langsung tersenyum. Senyum yang lebih lebar dari biasanya. Senyum yang membuat matanya menyipit dan lesung pipinya terlihat. Dia pun balas memeluk gadis yang sangat berharga baginya itu.

"Hn. Terima kasih, sakura."

.

Sasuke membuka matanya. Itu mimpi. Hanya mimpi. Dia memimpikan kejadian setahun lalu ketika dia dan sakura sedang kencan dibawah taman pohon sakura.

Saat itu, dia dan sakura baru selesai pulang dari belajar bersama di perpustakaan. Karena kebetulan bunga sakura sedang mekar saat itu, mereka memutuskan untuk berkencan disana.

Dia ingat saat itu, sakura mengatakan akan tetap bersamanya tanpa dia minta. Tapi sekarang gadis itu juga dengan mudahnya pergi tanpa dia minta. Apa semudah itu bagi gadis itu untuk berbicara? Seharusnya jangan mengatakan apapun jika dia akan dengan mudah mengubah perkataannya.

Sasuke melihat jam di dinding kamarnya. Jam enam sore. Ini adalah jam dimana sakura memulai kerja paruh waktunya. Sesekali sasuke akan mengunjungi cafe tempat gadis itu bekerja dan belajar disana sambil menunggunya selesai bekerja.

Setelah itu mereka akan pulang bersama, sambil bergandengan tangan berdua. Sasuke akan mengantar sakura menuju ke halte bus. Mereka berdua akan mengobrol di halte bus dengan tangan saling menggenggam sampai bus datang. Saat itu, sakura akan mengeluarkan kue yang diberi oleh bosnya secara gratis sebagai bonus sakura telah bekerja dengan baik dan memakannya bersama walau sasuke tidak suka makanan manis.

Itu adalah momen sederhana yang tidak bisa dilupakan oleh sasuke. Dia bahkan sampai belajar menyukai makanan manis sejak bersama gadis itu. Itu tidak masalah untuknya, asal dia bisa menikmati itu bersama sakura.

Sasuke tidak keberatan untuk mengubah kebiasaannya hanya demi sakura. Karena jika itu bisa membuatnya terus bersama gadis itu, dia akan melakukan apapun.

Tapi mengingat tatapan sakura saat mengatakan dia ingin putus, sasuke merasa tidak ada keraguan disana. Seolah keputusan gadis itu sudah bulat untuk berpisah dengannya.

Sasuke perlahan beranjak dari kasurnya. Ia mengambil jaket hitamnya yang tergantung di lemari dan memakainya.

Sudah seminggu ia tidak bertemu sakura. Dia pikir, mungkin sakura butuh waktu untuk berpikir. Jadi dia diam selama seminggu ini untuk memberikan sakura waktu.

Ia akan mencari sakura sekarang. Setidaknya ia akan mencoba mengajak sakura bicara baik-baik kali ini. Mungkin gadis itu berubah pikiran sekarang dan akan mengajaknya berbaikan.

Bolehkan sasuke berharap seperti itu sekarang?

Why Break Up?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang