Sasuke terbangun dari tidurnya. Dia beranjak dari kasurnya dan berniat memulai aktifitasnya.
Kini pria itu sedang bersiap-siap untuk menuju kantornya. Dia memakai kemeja putihnya lalu memasang dasinya. Pria itu mencar-cari dimana keberadaan penjepit dasinya. Dia berjalan keluar kamar dan memanggil ibunya. "Ibu, dimana penjepit dasiku?" Mikoto yang tengah menikmati secangkir tehnya langsung menggeleng pelan melihat kelakuan putranya itu. "Ibu menaruhnya di laci mejamu, sasuke-kun. Kau meletakkannya senbarangan." Mendengar itu sasuke langsung berbalik kembali menuju kamarnya.
Ia membuka laci mejanya dan menemukan penjepit dasinya disana. Sasuke baru saja ingin menutup kembali laci itu, namun dia mengurungkan niatnya. Lagi-lagi kotak itu mengganggunya. Terakhir kali dia melihatnya saat dia baru saja sampai di jepang dan setelah itu dia tidak melihatnya lagi.
Sasuke mengambil kotak itu dan membukanya. Emerald itu masih ada disana. Seolah sedang menatap dirinya. Dia mengeluarkan kalung itu dari kotak dan langsung membuang kotak itu.
Setelah itu, atensinya kembali kepada kalung cantik yang berada ditangannya. Dulu, saat mereka baru saja putus entah kenapa emerald itu tidak terlihat berarti dimatanya. Namun, entah kenapa sekarang, manik liontin ini terlihat bersinar kembali sejak dia kembali bertemu sakura.
Sasuke kembali menerawang ke ingatan saat pertemuannya dengan sakura. Entah kenapa, dia merasa dijungkirbalikkan oleh takdir. Sudah bersusah payah dia pergi untuk melupakan gadis itu, namun ternyata tidak bisa.
Dia sadar betul, jika selama ini dirinya hanya membohongi diri sendiri. Dia tidak pernah melupakan gadis itu sedikitpun. Dia hanya merasa marah. Dia marah pada keadaan. Dia marah kepada sakura yang dengan mudahnya menunjukkan dirinya kembali di depan matanya saat dia masih bersusah payah untuk memulihkan dirinya.
Sasuke menyimpan kalung itu disaku celananya. Lalu dia memasang jasnya dan bersiap untuk berangkat ke kantornya.
.
Selama bekerja, sasuke tidak bisa fokus sama sekali. Dia mengabaikan semua laporan yang menumpuk di atas meja kerjanya.
Yang dia lakukan hanyalah merenung. Merenungkan banyak hal tentang Haruno Sakura.
Nama gadis yang saat ini masih membelenggu dirinya. Mungkin sakura tidak mengetahui hal ini. Namun sasuke masih merasa terpenjara oleh gadis itu. Dia bahkan tidak bisa menerima orang baru yang masuk ke dalam hidupnya. Termasuk karin.
Sasuke merasa bersalah kepada gadis berambut merah itu. Dia menunda pernikahan itu bukan karena dia tidak siap, tapi karena dia tidak akan pernah siap. Bayang-bayang sakura selalu menghantui dirinya. Sasuke tidak tahu apa yang dirasakan oleh gadis berambut merah muda itu. Apa sakura sudah melupakan dirinya? Mengingat kedekatan gadis itu dengan pria berambut merah, akasuna sasori.
Sasuke tahu betul kalau pria itu memiliki perasaan terhadap sakura. Sasuke bisa melihat sorot mata sasori yang menatap sakura dengan penuh damba. Bahkan pria itu terlihat kesal jika sasuke dan sakura terlibat dalam suatu keadaan yang membuat interaksi tercipta antara mereka.
Sasuke membuang napasnya. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Membuat juugo yang sedang duduk dihadapannya untuk melihat dokumen pun otomatis langsung mengalihkan wajahnya ke arah sasuke.
"Ada apa, sasuke-sama? Apa anda tidak enak badan?" Tanya juugo. "Aku baik-baik saja." Jawab sasuke singkat. Pria itu kini mulai mengurusi dokumen yang sudah menumpuk di atas meja itu.
.
Hari sudah mulai gelap. Sasuke memutuskan untuk pulang lebih awal dan menyerahkan sisa pekerjaannya kepada juugo.
Dia sedang dalam mood yang berantakan sekarang, dan itu hanya akan membuat pekerjaannya kacau balau. Jadi, lebih baik dia pulang daripada mengacau dikantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Break Up?
Fanfiction"Sasuke-kun, ayo putus." senyum di bibir sasuke seketika langsung hilang saat mendengar kata-kata yang paling ditakutinya itu. Disclaimer : Masashi Kishimoto Rated : T Genre : Romance Pair : SasuSaku Terinspirasi dari drama korea 'Our Beloved Summer'