Segelintir kalimat penuh tanya dari Ueda Yui diabaikan. Yang diberi pertanyaan bergeming di antara keramaian taman hiburan, memilih bungkam dan tetap meluruskan pandang ke depan. Bukan tak mendengar, hanya saja otak ini sedang memikirkan hal-hal yang lebih penting daripada pertanyaan tersebut. Seperti bernala mengenai bagaimana dengan kehidupannya andaikata ia benar-benar pindah ke Sannoh Rengokai dan membuka ruang interaksi baru bersama orang baru juga.
Hela napas yang tertahan lantas diembuskan perlahan oleh labium insan bernamakan Nakano Hana. Rupa cendayamnya tampak menyiratkan sebuah rasa yang tidak bisa dikatakan. Ada banyak ragu untuk memutuskan. Juga ada banyak luka yang belum bisa disembuhkan. Kala ini, kelesah merengkuhi seluruh daksa lelahnya. Ia memang bodoh karena tidak bisa mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Bahkan kepada Yui sendiri, bibir ini lebih sering katakan bahwa semua baik-baik saja.
Yui membuang karbondioksida seraya menatap sahabatnya dengan wajah yang mulai bosan. Sedari tadi, Hana memang hanya membalas ucap dengan singkat. Entah apa yang dipikirkannya, tetapi Yui berani yakin bahwa gadis ini memiliki banyak hal untuk diselesaikan. Maka, Yui akan membiarkan Hana untuk menemukan jalan keluar tanpa mengganggu waktu merenungnya.
"Yui-chan, maafkan aku! Namun, sepertinya aku harus pergi untuk mengurusi kepindahanku! Aku harap, lain waktu aku bisa bermain denganmu lagi!" ucap Hana, nada bicaranya tampak tergesa-gesa.
Belum sempat merespons, gadis Nakano terlebih dahulu meninggalkan taman hiburan dengan langkah cepat. Yui memandang punggung itu, lantas epalkan dua tangan untuk menahan pedih dalam relung hati yang kian menggerogoti. Sesuai dengan diskusinya bersama pikiran, gadis Ueda memang harus membiarkan Nakano Hana menemukan jalan keluarnya sendiri, bukan?
***
Hana tidak bisa menyanggah bahwa saat ini dirinya benar-benar merasa lelah setelah beraktivitas seharian penuh untuk mengurusi kepindahan rumahnya ke Sannoh Rengokai. Dan besok, ia harus kembali bersekolah yang kebetulan jaraknya lumayan jauh dari distrik ini. Namun, bukankah sebelumnya ia pernah berkata ia akan memperjuangkan mimpi entah apapun keadaannya? Hana tidak mau menjadi orang yang mudah menarik ucapannya sendiri.
Distrik Sannoh Rengokai mengagumkan menurut Hana. Bahkan ia langsung mendapatkan pekerjaan paruh waktu sebagai pengantar bunga. Besok sepulang sekolah, Hana akan menghabiskan waktunya untuk memulai hubungan baru bersama orang-orang di sini. Kebetulan tadi ia menemukan restoran yang sepertinya bagus untuk dikunjungi.
Bumantara malam telah menguasai hari dengan chandra yang menyembunyikan rupa di balik ribuan mega. Hana memasuki rumah barunya seraya mengulaskan senyum, entah tersenyum kepada siapa. Mungkin untuk mengekspresikan diri bahwa ia merasa senang.
"Yosh, besok aku harus memulai hari dengan semangat! Nakano Hana pasti bisa melakukannya!" serunya dengan antusias.
Keesokan harinya, Hana berangkat ke sekolah dengan langkah yang tampak gembira. Jam-jam pelajaran dilalui dengan baik, hingga akhirnya waktu istirahat telah datang. Jika biasanya ia akan menghabiskan waktu istirahat di kelas, maka sekarang ia akan mencoba memberanikan diri untuk mengajak orang lain berteman dengannya.
Jauh dari bayangan, ternyata orang-orang di Housen menerimanya dengan senang hati. Bahkan ia sudah berkenalan bersama pemimpin Housen, yakni Ueda Sachio, kakak dari Ueda Yui.
"Aku senang mendengarnya. Terima kasih sudah menjaga Yui," ucap Sachio.
Mereka berada di taman, terduduk santai sembari menikmati bekal yang dibawa dari rumah. Hana tersenyum lebar sebelum memutuskan untuk membalas ucapan dari pemimpin Housen itu setelah makanan di mulutnya tertelan habis.
"Justru aku yang dilindungi Yui-chan."
"Benarkah? Apapun itu, aku senang karena kau adalah seseorang yang berteman dengan Yui, Nakano-san," balas Sachio.
***
Langkah kakinya tampak sangat bersemangat. Sekolah yang melelahkan tidak membuat keinginan untuk berkeliling goyah dan hilang. Nyatanya, Hana sekarang sudah berada di barbershop milik Ijuin Kyodai untuk memotong rambutnya agar terlihat lebih pendek. Gadis itu tersenyum lebar seraya menatap refleksi dirinya sendiri pada cermin di hadapan.
"Potongan rambut pendek tampak cocok denganmu. Kau terlihat lebih menggemaskan," ucap Nikka.
Seusai memotong rambut, gadis mungil itu kemudian berniat pergi ke sebuah restoran yang kemarin sempat dilihatnya. Kebetulan perutnya sudah minta diisi makanan yang menggugah selera. Itokan Diner adalah nama restoran bergaya western itu. Pemiliknya merupakan mantan anggota Mugen yang sekarang sudah tewas karena insiden tabrak lari. Dan Naomi selalu adik Tatsuya menggantikan hak milik restoran tersebut.
Kedatangannya sontak membuat semua orang menoleh pada pintu. Hana tersenyum, berniat sok-kenal-sok-dekat kepada orang-orang di sini. Setelah dipersilakan duduk, Hana lantas memesan pancake yang memang direkomendasikan oleh Naomi karena ia kebingungan dalam memilih menu-menu Itokan Diner.
"Apa kau warga baru Sannoh Rengokai?" Asahina Yamato bertanya dengan nada antusias.
Hana mengangguk. "Ha'i. Aku baru pindah kemarin. Salam kenal, namaku Nakano Hana," jawabnya.
"Asahina Yamato. Salam kenal juga," balas Yamato.
Gadis itu menyatukan dua tangan, lantas berterima kasih atas makanan yang sudah dihabiskan dengan lahap. Cobra—pemimpin Sannoh Rengokai—tampak menatap setiap gerakan yang dilakukan oleh Hana. Bibirnya mengulas senyum tipis entah mengapa.
"Aku akan sering-sering mampir ke sini. Makanan buatanmu sangat enak!" ucap Hana.
Entah mengapa lagi Cobra merasa senang tatkala rungu mendengar ucapan bahwa gadis itu akan sering datang. Hana kemudian berpamitan pergi untuk melanjutkan kembali perjalanannya mengelilingi Sannoh Rengokai.
***
Sore telah datang menghampiri insan yang masih berlalu lalang seusai kegiatan satu hari ini terselesaikan. Begitupula dengan Hana yang mulai berjalan menuju rumahnya setelah berkeliling menyusuri Sannoh Rengokai, walau belum semua tempat dikunjungi, sih. Namun, gadis itu merasa senang. Apalagi ia mendapatkan teman-teman baru, contohnya Ichigo Milk.
Hana meneguk sebotol air mineral untuk melepas dahaga yang mulai terasa. Suasana distrik ini di kala senja menaungi terlihat semakin indah. Namun, tanpa sengaja perhatiannya teralih kepada seorang gadis berambut panjang. Sosok perempuan yang begitu dikenalinya entah mengapa berada di sini. Dan Hana tersenyum untuk menghilangkan atmosfer canggung yang menghimpit mereka berdua.
"Yui-chan, sedang apa kau di sini?"
Bungsu Ueda balik menatapnya dengan tatapan tajam, tetapi terlihat menyiratkan kesedihan. Mereka tetap membungkam labium masing-masing selama beberapa saat. Entah apa maksud dari pertemuan mendadak ini, Hana hanya berharap bahwa Yui tidak menyampaikan kabar buruk mengenai apapun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᯓ★ ANOTASI omong-omong, ini masih awal, belum memasuki konflik tokoh utama maupun SWORD. nantikan update selanjutnya.