Todoroki dan teman-temannya berjalan menuju STM Senomon. Pagi ini, pagi-pagi sekali, ia sudah pergi ke sana untuk menyelamatkan Tsukasa. Di perjalanan, tepatnya di jembatan, mereka menemukan pasukan dari Housen sudah menunggu. Tak mau membuang waktu, kemudian mereka pergi dengan tekat yang kuat.
Sesampainya di STM Senomon, mereka disambut oleh pasukan aliansi yang kini hanya tersisa dari Senomon dan Kamasaka. Himuro Reiji sempat keheranan mengapa Housen juga ikut datang ke sini. Padahal mereka, 'kan, tadinya ingin merekrut Housen ke dalam pasukan aliansi ini.
Suasana semakin menegangkan dengan udara yang terasa lebih berat.
"Fujio, beri komando," ujar Eimei.
Pemuda Hanaoka mengenbuskan napas, kemudian mendongak dan menatap pasukan aliansi. "IKUZO TEMERA!" serunya dengan lantang.
"ORA!"
Mereka semua langsung berlarian ke arah satu sama lain, lalu melayangkan tinju, tendangan, atau bahkan saling mengumpat.
Sementara itu di bangunan rumpang, Hana masih terbujur kaku dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Kelopak matanya tertutup; menghalangi sepasang iris jelaga yang binarnya telah redup. Ludira terus-menerus mengalir dari bahunya yang beberapa jam lalu tertembak.
Namun, tak lama kemudian, sirine ambulans terdengar. Beberapa saat kemudian, Harumi datang bersama anggota medis. Hana diangkut ke ambulans sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Harumi terduduk di kursi tunggu, di depan ruang UGD. Raut wajahnya terlihat frustrasi. Kabar jika Kazuhiro tewas karena kehilangan banyak darah akibat tusukan Hana membuatnya bingung harus bertindak bagaimana. Lalu, ia bingung menjelaskan keadaan ini kepada Todoroki nanti. Mau bagaimanapun, pemuda itu harus mengetahui jika Hana telah diserang habis-habisan oleh Kazuhiro dan antek-anteknya.
Harumi mengusak rambutnya dengan frustrasi. Kemudian dokter yang memeriksa Hana keluar. Spontan gadis Nakagawa ini menegapkan tubuh sebelum menghampiri pria itu.
"Anda keluarga pasien atas nama Kamizono Hana?" tanyanya.
Harumi mengangguk. "Saya temannya. Bagaimana keadaannya sekarang, Sensei? Apakah dia akan baik-baik saja?"
"Pasien mengalami kekerasan yang hebat. Pasien kehilangan banyak darah karena luka tembak, tetapi saya berhasil mengeluarkan peluru yang ada di bahu pasien. Beruntung pasien masih bisa diselamatkan. Namun, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sembuh sepenuhnya," jawabnya.
"Syukurlah. Terima kasih, Sensei."
Dokter itu mengangguk, lalu berpamitan. Harumi kemudian menatap Hana melalui pintu kaca yang memperlihatkan gadis Kamizono di dalam sana. Tanpa sadar, air matanya turun perlahan. Rasa bersalah memasuki relung hatinya. Jika bukan karena ia mendatangi rumah Hana, gadis itu pasti baik-baik saja. Namun, semua sudah terlambat. Pada akhirnya, Hana terluka.
Kemudian Harumi pergi dari rumah sakit untuk mengunjungi pemakaman Kazuhiro yang diurus oleh istrinya. Harumi tidak tahu harus meresponsnya bagaimana. Apakah ia harus bahagia karena Kazuhiro sekarang takkan mengancamnya lagi? Atau ia harus menangis tersedu-sedu? Harumi bingung. Perasaannya campur aduk.
"Bibi." Harumi menyapa istri Kazuhiro.
"Sekarang aku tidak mempunyai siapapun lagi, Harumi. Kedua anakku sudah tiada, suamiku juga ikut pergi dengan mereka. Aku ingin membalaskan dendamku kepada Kamizono, tetapi rantai dendam tidak akan putus jika salah satu dari kita merelakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔
FanfictionHana mau tak mau harus pindah sekolah ke Akademi Housen setelah dituduh merundung teman-temannya. Namun, siapa yang mengira di sanalah dia mulai mengalami banyak kejadian, termasuk berurusan dengan Kuryu Group dan mengetahui masa lalu tentangnya. ©...