03. Todoroki dan Bunga

1K 102 24
                                        

Benar-benar menyebalkan bagi Hana ketika harus dihadapkan dengan situasi yang selalu membuatnya tidak bisa membalas ucapan lawan bicara. Selang beberapa menit setelah jumpa mendadaknya dengan Ueda Yui, sampai sekarang mereka berdua belum juga membuka pembicaraan lagi kendati ruang adu kata sudah dibuka oleh gadis tinggi itu. Ruangan berukuran cukup luas ini entah mengapa terasa pengap bagi Hana. Mungkin suasana yang menyelimuti mereka berbeda dari biasanya.

Yui tampak tegas, tak biasanya menampilkan wajah yang membuat Hana merasa gugup bahkan untuk sekadar mengatakan sesuatu. Di rumah baru Nakano Hana ini, Yui lantas menyerahkan sebuah dokumen yang terlihat familier di netra jelaga sang penerima benda. Hana mengepalkan dua tangan seusai berdiskusi dengan otak mengenai benda yang diserahkan Yui beberapa menit lalu.

"Yui-chan, kau menemukannya di mana?" Hana akhirnya berani menyuarakan pertanyaan, meski bungsu Ueda sempat ragu untuk membalas untaian kata itu.

Hana mengeratkan genggaman tangan pada dokumen yang sekarang berada padanya. Sedangkan Yui, gadis itu masih membungkam labium entah sampai kapan. Hingga akhirnya, kedatangan Ueda Sachio mengejutkan mereka yang memang sedang termenung dalam pikiran masing-masing. Hana dengan sigap membukakan pintu, dan benar pemimpin Housen tampak mengulas senyum untuk menunjukkan keramahannya.

"Sachio-san? Ingin menjemput Yui-chan, ya? Aku akan memanggilnya, tunggu sebentar! Masuk saja jika kau lelah berdiri," ucap Hana dengan nada ramah, lantas bergegas memasuki rumah untuk memanggil sahabatnya itu.

Sachio mengangguk, tetapi tetap berdiri di depan rumah Hana sembari menatap sekeliling; untuk melihat bagaimana Sannoh Rengokai yang sering dibicarakan orang-orang. Awalnya, sih, Sachio tidak berniat menjemput Yui. Namun, karena suruhan ibunya juga, pada akhirnya ia harus datang jauh-jauh ke sini. Kendati demikian, ia cukup senang karena dapat melihat wajah yang mungkin hanya bisa dilihatnya sewaktu sekolah saja.

Kegiatan melamunnya terhenti ketika seseorang yang ditunggu datang. "Maaf jika Yui merepotkanmu, Nakano-san. Aku dan Yui pulang dahulu. Selamat malam, dan sampai jumpa besok," ucap Sachio.

"Daijoubu. Sampai jumpa besok juga, Sachio-san! Dan terima kasih sudah mengantarkan buku ini kepadaku, Yui-chan!" balas Hana.

Hana tersenyum, lantas mengembuskan napas setelah dua bersaudara itu menghilang dari pandangan. Netra jelaganya melirik perlahan kepada dokumen didekapan dengan perasaan gundah yang entah akan berakhir kapan. Setelahnya, ia bergegas memasuki rumah untuk menyiapkan keperluannya untuk bersekolah esok hari.

***

"Apapun yang terjadi, kalian harus menemukan gadis ini. Dia merupakan ancaman bagi Kuryu Group!"

"Dimengerti!"

Sosok pemimpin Kamizono Group itu terus-menerus memerhatikan foto seorang gadis berpakaian SMA yang tengah tersenyum lebar. Setelahnya, pria itu mengulas lengkung bibir yang sengaja dimiringkan. Entah apa maksudnya, tetapi seperti dugaan, sesuatu yang tidak diinginkan bisa saja terjadi kepada orang di foto tersebut, bukan? Yang jelas, Kamizono Group adalah salah satu anak perusahaan dari Kuryu.

Di sisi lain, Hana tengah berjalan riang menuju kelasnya. Gadis itu sesekali menyapa teman-teman barunya dengan penuh semangat. Sachio tersenyum melihat keceriaan yang diberikan sang perempuan. Housen terasa lebih menyenangkan semenjak gadis mungil dengan rambut pendek itu datang. Setidaknya begitulah pandangan sulung Ueda mengenai Nakano Hana yang sekarang masih berada di koridor.

𝑺𝑬𝑵𝑨𝑵𝑫𝑰𝑲𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang