04. Dekapan Pereda Cemas

918 90 16
                                    

"Terima kasih sudah memesan!"

Pemuda dengan netra yang terbingkai kacamata itu mengangguk singkat sebagai respons terhadap seruan penuh keramahan dari gadis Nakano. Selanjutnya, perempuan itu berpamitan, lantas meninggalkan ruang siaran dengan langkah gembira sebab sekarang pekerjaannya telah selesai. Namun, dua kaki yang masih bergerak terpaksa berhenti tatkala suara dentuman keras merasuki rungu hingga membuat rasa penasaran hinggap.

Hana mencari sumber suara itu sembari menatap sekeliling, hanya ada kursi-kursi rusak dan coretan di tembok. Jangan lupa dengan beberapa pemuda yang melempar tatapan ketus padanya. Mengindahkan hal tersebut, Hana lantas mendapati seorang pemuda yang sempat dilihatnya tadi tengah berjalan menuju arah berlawanan. Seseorang berkepribadian ekspresif dengan bandana biru khasnya, siapa lagi jika bukan Murayama Yoshiki. Raja Oya Kou yang begitu keren di mata seorang Nakano Hana.

"Are? Kau gadis yang tadi, 'kan? Belum pulang, ya? Apakah Todoroki-chan merepotkanmu? Kau harus jauh-jauh pergi ke sini hanya untuk mengantarkan bunga padanya. Bukankah itu melelahkan?" Murayama mendekat seraya tersenyum lebar.

Gadis itu menggeleng. "Itu sudah menjadi pekerjaanku. Lagipula, aku merasa senang karena bisa berkeliling ke setiap distrik. Jika berkenan, Murayama-san juga bisa memesan bunga padaku!" balas Hana.

"Kau tahu namaku?"

Hana mengangguk dengan antusias. Tentu saja ia tahu siapa insan di hadapannya ini. Peperangan SWORD beberapa waktu lalu mengantarkannya pada sesuatu yang berhubungan dengan geng, terutama Oya Kou. Bahkan awalnya, ia sempat akan dimasukkan ke sekolah ini sebelum guru memutuskan untuk memindahnya ke Housen saja. Alasan mengapa ia kenal Murayama, mereka pernah bertemu. Hanya saja pemuda ini tidak tahu siapa dirinya karena mereka berdua memang belum bertegur sapa, dan sekarang Hana ingin membuka ruang interaksi baru bersama Murayama.

"Sebelum itu, perkenalkan namaku Nakano Hana! Aku tinggal di Sannoh Rengokai!" seru Hana seraya tersenyum lebar.

"Nakano Hana, ya? Aku Murayama Yoshiki! Omong-omong kau temannya Cobra-chan, Hana-chan?"

"Kami memang saling kenal, sih. Namun, kebetulan juga aku baru pindah beberapa hari lalu. Jadi, ya, kami belum terlalu dekat," jawab Hana dengan santai.

Entah pembicaraan ini memang sangat menyenangkan, atau mungkin dirinya terlalu lelah sehingga tidak mendengar seruan dari orang di belakang. Yang pasti, kini sosok dengan gakuran Oya Kou menghampirinya. Hana dan Murayama berhenti; menunggu pemuda itu mendekat. Binar mata itu meredup perlahan tatkala sebuah diary usang di tangan sang pemuda tertangkap jelas olehnya. Hana mendongak, ingin melihat wajah datar Todoroki Yosuke yang tengah menatapnya juga.

Tidak ada kata yang terucap, Todoroki sibuk memerhatikan durja muram sang gadis. Dengan gerakan pelan, ia lantas menyerahkan buku harian itu kepada Hana. Namun, sayangnya, perempuan itu justru berbalik dan berlari meninggalkan Oya Kou. Membuat rasa kebingungan terselip di hati Murayama. Sedangkan Todoroki terdiam, ingin mengejar, tetapi gadis itu tampak belum siap melihatnya. Ya, ini memang terlalu cepat, 'kan?

"Aku belum menunjukkan sebuah pertarungan yang keren," gumam Murayama. Padahal penyebab ia berbicara dengan gadis itu adalah karena suara yang dihasilkan oleh perkelahian anak-anak penuh waktu di ruang kelas. Sayangnya, mungkin nanti saja.

"Ne, Todoroki-chan, apa yang sebenarnya kau perlihatkan kepada Hana-chan? Dia terlihat langsung berubah ketika melihat buku harian itu. Lalu, mengapa kau tidak mengejarnya?"

Todoroki menoleh. "Bukan urusanmu!"

***

"Apapun yang terjadi, kau harus tetap semangat, Hana-chan!"

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang