"Penjahat mana yang mengakui perbuatannya?!"
Semua insan di sana memandang intens pada Hana yang masih termenung dengan rupa terkejutnya. Perempuan tersebut lantas meninggalkan Mumei Gai tanpa mengatakan sepatah kata yang bisa membuat asumsi mereka lenyap. Sayangnya, ketika menoleh ke belakang, anggota Rude Boys tampak mengejar dengan langkah cepat. Membuatnya terpaksa harus menambah kecepatan berlari agar cepat menjauh dari kawasan ini. Namun, tiba-tiba saja Takeshi melompat tepat di hadapannya sehingga membuat pusat kehidupan seolah akan kehilangan fungsi di detik ini juga.
Hana tergagap; merasa kehilangan kosakata yang akan dilontarkan andaikata pemuda ini benar-benar menanyakan kebenaran tentang pin Kuryu. Sejujurnya ia hanya tinggal menjawab tidak tahu saja, tetapi yang sulitnya adalah mendapatkan kepercayaan mereka. Terlebih, lingkungan seperti ini membuat orang-orang di Mumei Gai berintuisi untuk melindungi satu sama lain. Dan Hana kagum dengan solidaritas yang mereka miliki. Namun, pertanyaannya adalah, bisakah ia mendapatkan kepercayaan mereka walau hanya untuk sekarang saja? Hana benar-benar putus asa.
"Seseorang yang masuk ke Mumei Gai tidak bisa keluar dengan selamat. Jadi, katakan siapa sebenarnya kau sebelum kami benar-benar membunuhmu. Berkata jujur tidak sesulit itu, bukan?" ucap Takeshi seraya mencondongkan rupa eloknya pada Hana yang membeku di tempat.
"Aku hanya orang yang tanpa sengaja tersesat ke sini! Dan masalah pin-nya, aku sungguh tidak tahu mengapa benda itu bisa berada di seragamku!" balas Hana berusaha meyakinkan Takeshi yang masih melayangkan sorot mata bak elang mengintai mangsa. Itu membuatnya kurang nyaman. Apalagi sekelilingnya dipenuhi oleh laki-laki. Entah depan, belakang, kanan-kiri, semua sisi diisi oleh semua anggota Rude Boys. Termasuk Smoky—pemimpin mereka—yang baru saja datang sembari menyodorkan pin Kuryu milik Nakano Hana.
Hana merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi padanya. Terlebih tatkala dirinya memandang netra kelabu Smoky, ia seakan tahu bahwa sang pemuda meminta sebuah penjelasan. Namun, ia sendiri kebingungan harus menjelaskannya dengan cara apa. Semua orang di sini tampak sangat menuntutnya agar segera menjawab pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan oleh Takeshi. Hana tertekan. Sangat justru. Kendati demikian, berdiam diri bukanlah sesuatu yang perlu dilakukan jikalau dihadapkan pada situasi seperti ini.
Hana kemudian mendongak, memberanikan diri untuk balik menatap anggota Rude Boys terutama Takeshi yang terlihat sangat ketus. Kemudian ia meraih pin di tangan Smoky dengan penuh keyakinan. Lantas ia pandangi benda tersebut seraya mengepalkan satu tangannya. Apakah anggota Kuryu yang sengaja melakukannya? Andaikata memang begitu, bukankah kemungkinan besar ia harusnya tahu pin tersebut tersemat di bagian depan seragamnya? Atau kapan mereka melakukannya, sedangkan seragam Housen-nya selalu ia gunakan?
"Aku bukan pemilik benda ini! Entah kalian percaya atau tidak, aku sungguh-sungguh bukan penjahat seperti Kuryu Group!" seru Hana meyakinkan.
"Kami tidak tahu dengan pasti apakah kau berbohong atau mungkin berkata jujur. Namun, bagi kami, logo itu adalah sesuatu yang menyebalkan. Sesuatu yang seharusnya tidak ada di sini, bahkan di dunia sekalipun. Kau mungkin mengaku bahwa kau bukan komplotan mereka, tetapi bukti apa yang akan kau berikan jika ingin kami percaya?"
Gadis itu gelagapan secara mendadak. Debaran jantung terpacu kencang dengan ekspresi wajah yang cemas. Takeshi mengernyit heran tatkala menyadari gadis tersebut menoleh ke samping kanan dan kiri. Tangan mungilnya juga bergetar. Entah mengapa, ia merasa bahwa insan di hadapannya ini sedang mewaspadai sesuatu. Dan selang beberapa detik, sebuah dentuman keras berhasil mengalihkan seluruh atensi anggota Rude Boys maupun Hana. Mereka menyaksikan beberapa pria berpakaian formal mencoba melakukan penculikan kepada anak-anak di sana.
Smoky langsung berlari mengejar pelaku penculikan bersama rekan-rekannya. Sedangkan Hana dengan gangguan kecemasannya yang perlahan menghilang, ia lantas meraih sebuah batu berukuran sedang. Tanpa mengatakan apapun, Hana langsung melemparkan batu itu kepada seorang pemuda dengan gaya rambut klimis. Atmosfer mendadak hening sejenak sebelum akhirnya pemuda itu menoleh kepada Hana. Wajah kesalnya tergambar jelas sebab lemparan sang gadis lumayan menyakitkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝑬𝑵𝑨𝑵𝑫𝑰𝑲𝑨
FanfictionHana mau tak mau harus pindah sekolah ke Akademi Housen setelah dituduh merundung teman-temannya. Namun, siapa yang mengira di sanalah dia mulai mengalami banyak kejadian, termasuk berurusan dengan Kuryu Group dan mengetahui masa lalu tentangnya. ©...