22. Terembus Perlahan

306 42 26
                                    

"Bantuanmu sangat membantu, Chio-kun!"

Hana melepaskan gelak tawanya seraya menepuk-nepuk bahu Ueda Sachio dengan gemas. Namun, yang menjadi titik fokus beberapa petinggi Housen adalah panggilan Hana kepada Sachio. Bahkan Yuken tertawa kencang untuk mengejek temannya. Suasana di antara mereka seketika menghangat dan berubah menjadi lebih tenang. Padahal sedari awal Hana merasa gugup karena melakukan percakapan dengan mereka. Akan tetapi, sekarang dirinya adalah yang mendominasi pembicaraan.

Kantin sekolah tampak ramai. Dan Hana beruntung karena bisa makan siang bersama petinggi Housen. Biasanya ketika di Seiho, ia hanya makan sendirian. Meskipun terkadang Yui menemaninya, tetap saja rasanya berbeda dibandingkan sekarang. Hana seakan menemukan kebahagiaan baru. Apalagi tadi pagi Sachio berhasil membantunya menjelaskan kepada guru-guru bahwa ia bukan pelaku perundungan. Beruntung mereka memercayainya.

Senyuman Hana melebar tatkala melihat Kenzo memberikannya sekotak susu cokelat. Seusai mengucapkan terima kasih, gadis itu langsung meminumnya dengan penuh antusias. Sepulang sekolah, Hana menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Sachio. Alasan pastinya, sih, ingin menemui Yui karena sudah lama mereka tidak bertemu dan pergi jalan-jalan bersama. Ini kesempatan bagus.

"Yui-chan!" seru Hana seraya berlari riang menuju seorang perempuan yang sudah berdiri di pekarangan rumah.

Yui merentangkan kedua tangannya ketika Hana bersiap menghamburkan tubuhnya. Mereka berpelukan, dan Sachio yang melihatnya hanya tersenyum. Ya ampun, Sachio merasa gemas dengan tingkah Hana. Terlebih kala mengingat siang tadi gadis itu menepuk-nepuk bahunya sambil mengudarakan tawanya. Sumpah demi apapun, jika diperbolehkan oleh semesta, rasanya Sachio ingin menculik Hana untuk melindunginya dari puluhan penjahat.

Hana dan Yui kemudian pergi ke taman hiburan untuk menikmati suasana senja yang lebih menyenangkan. Tentu saja Sachio ikut bersama mereka. Dan sekarang Hana terlihat sedang memakan permen kapas dengan lahap. Sachio terkekeh pelan seraya tanpa henti memandangi sang perempuan. Yui yang merasa bahwa kakaknya sedang jatuh cinta hanya bisa tertawa perlahan.

"Chio-kun, cobalah permen kapasnya. Aku dan Yui-chan sudah mencobanya dan rasanya sangat luar biasa!" Hana menyodorkan permen kapas di tangannya kepada Sachio dan membiarkan sang taruna memakannya. Hana tersenyum lebar sembari menunggu jawaban Sachio mengenai rasa permen kapas tersebut.

"Kau benar. Rasanya enak," ucap Sachio.

Sepulang dari taman hiburan, Hana merasa senang bukan main. Rupanya melepaskan lelah setelah menghadapi beragam masalah bukanlah hal buruk. Bahkan kebahagiaan merasuki relung hatinya begitu sampai di rumah. Namun, ketika akan memasuki halaman rumah, Hana mendapati seseorang yang dikenalinya tengah duduk sembari memandangi gelapnya cakrawala. Hana yang semula tercengang pun lantas menghampirinya dengan wajah bingung.

Orang itu—Todoroki Yosuke—mengulaskan senyuman untuk menyapa kedatangannya. Sungguh, Hana tidak menyangka pemuda ini akan mendatanginya secara mendadak. Lantas saja Hana mempersilakan Todoroki masuk selepas merasa udara semakin dingin. Kasihan juga sepertinya Todoroki sudah menunggu selama beberapa jam. Apalagi pakaian yang dipakai Todoroki hanya sebatas gakuran sekolahnya.

"Cokelat panas cocok untuk menghangatkan tubuh di kala udara dingin menyeruak. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya."

Hana kemudian pergi ke dapur, sedangkan Todoroki menunggu di ruang tamu seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Malam ini adalah malam di mana Todoroki memberanikan diri untuk menemui Hana tanpa memedulikan keraguan. Lagipula, mereka sudah berteman cukup lama. Jadi, mengapa dirinya harus mempertimbangkan banyak hal karena ingin berjumpa dengan sang perempuan? Todoroki merasa heran pada dirinya sendiri.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang