07. Berteman dengan Kehancuran

129 13 7
                                    

Hana tidak bisa tidur dengan nyenyak entah mengapa. Pikirannya terus menjelajah menuju berbagai asumsi yang tak seharusnya ia hinggapi. Apalagi ditambah dengan tubuhnya yang mulai terasa sakit ini, aktivitas tidurnya sungguhan terganggu. Besok tiga aliansi sekolah itu akan menyerang Oya. Dan beruntung ia mencegah Housen bergabung dengan mereka karena berhasil meloloskan diri. Walau begitu, ia masih memikirkan apa yang sebenarnya Harumi lakukan di rumah Todoroki?

Hari telah berganti. Waktu pula menunjukkan pukul enam pagi dengan dirinya yang belum tertidur sama sekali. Merasa dirinya harus bangun daripada berdiam diri di kasur, dengan tangan kanan yang memakai arm sling—karena tangannya patah setelah diserang—ia pergi ke dapur dan duduk di kursi. Sial. Random sekali tingkahnya ini. Namun, ia bingung harus bagaimana sekarang. Apakah Oya akan baik-baik saja? Bagaimana dengan Housen? Shidaken juga bagaimana keadaannya? Apakah Yuken dan yang lain sudah tahu jika Shidaken diserang?

"Chibi, tumben kau sudah bangun."

Vokal baritone itu mengejutkannya. Spontan ia menoleh ke belakang hingga mendapati sosok Todoroki tengah berdiri di ambang pintu dapur sembari mengucek matanya. Entah kenapa ia merasa seperti pencuri yang kepergok. Apalagi saat melihat tatapan Todoroki. Lantas terkekeh adalah jalannya untuk menghapus kecanggungan ini.

"Aku tidak bisa tidur. Kau sendiri kenapa bangun?"

"Itu karena aku mendengar suara langkah kakimu. Oh, ya, bagaimana keadaanmu? Sudah jauh lebih baik?" Todoroki menjauh dari ambang pintu dan duduk di sebelah sang taruni.

Hana mengangguk. "Ya, kurasa aku baik-baik saja. Apakah kau sudah memberitahu Fujio dan yang lain mengenai ancaman serangan dari tiga aliansi sekolah itu? Mereka berencana menyerang Oya hari ini. Shidaken juga sudah diserang karena dia menolak tawaran bergabung dengan mereka," ujar Hana.

"Keadaannya sudah memburuk, ya? Tsukasa juga bilang ada beberapa anak Senomon yang datang ke Oya. Semalam aku sudah menghubungi Fujio untuk mempersiapkan diri. Dan aku juga sudah mengabari Odajima mengenai keadaan Shidaken."

Gadis Kamizono ini mengangguk lagi, tetapi Todoroki tampak menangkap ekspresi gelisah Hana. "Apa yang kau cemaskan, Chibi? Apakah ada hal lain yang mengganggumu?" tanya Todoroki sembari memegang tangan kiri Hana dengan perlahan.

Tidak tahu harus menjawab apa. Hana hanya bisa termangu dengan berbagai pikiran yang mengerubungi. Tak mungkin ia terang-terangan bertanya hubungan Todoroki dengan Harumi, 'kan? Jadi, ia tetap diam tanpa mengatakan apapun. Todoroki tersenyum tipis, kemudian melakukan hal di luar prediksi. Secara tiba-tiba pemuda ini menyandarkan kepalanya di bahu miliknya.

"Aku tahu. Pasti soal Nakagawa."

"Ih, bukan. Jangan sok tahu, deh."

"Mengaku saja, Chibi. Kau mungkin bertanya mengapa semalam Nakagawa di rumah kita, 'kan?" tanya Todoroki seraya menegapkan tubuhnya dan beralih memegang kedua bahu Hana. "Jangan berpikir negatif. Aku dan Nakagawa tidak sengaja bertemu di jalan, lalu dia ingin menemuimu, tapi karena kau tidak ada, dia memutuskan untuk menunggumu. Walau sudah kukatakan kau hilang, dia enggan pulang. Ya sudah, kubiarkan saja."

"Memangnya aku menyuruhmu bercerita?"

Todoroki menggeleng. "Enggak juga, sih. Tapi, ini biar kau tahu kebenarannya. Kalau kau salah paham, masalahnya jadi rumit."

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang