Manakala dunia fana bukanlah sebuah gelanggang 'tuk temukan harsa, akankah semesta berikan bahagia pada manusia yang sudah berjalan melalui ratusan harinya dalam penuh duka? Pun akankah sang pemilik atma dari segala raga membawanya kepada mintakat bernama nirwana? Dua utas tanya ini sukar dibalas sebab katanya sang puan adalah manusia candala yang mempunyai kesempatan hidup untuk memuaskan puluhan pria dipenuhi rajaswala duniawi meskipun itu hanya dusta semata.
Anjangsana menjadi matlamat mengapa adiratna berada di kediaman seorang Hyuga Norihisa. Mereka habiskan suasana arunika tanpa bosan; bicarakan puluhan bahkan ratusan cerita lantaran mereka sudah lama tidak berjumpa. Laksmi ulaskan senyum kala mendengar ajakan riang dari sang taruna untuk melakukan lari pagi di sekitaran distrik Daruma Ikka.
Hyuga memandang teduh pada Hana yang tengah berbincang riang bersama beberapa anak kecil di sebuah taman bermain. Senyum tak henti dirinya lukiskan kala rahsa mudita hinggap di dada. Dan durja sang puan begitu dahayu apabila netra pandangi sosoknya dalam rengkuh erat dewana. Hyuga akan gila jikalau Hana bukan miliknya. Namun, akan lebih gila lagi manakala ia merebut paksa orang terkasih sang pemimpin Sannoh, Cobra.
Hana hampiri dirinya sembari mengulas senyum lagi dan lagi yang entah mengapa membuat nurani bersemi. Hingga tanpa disadari, pair jantungnya kembali. Hyuga hilang kendali dan selalu berharap kelak nanti adiratna dapat dimilikinya sehidup semati. Bahkan jika lokawigna datang, Hyuga akan meminta batara cinta 'tuk persatukan mereka suatu hari nanti.
"Tubuhku mungkin akan lebih sehat jika berolahraga terus," ucap Hana sebelum meneguk sebotol air mineral pemberian Hyuga.
"Makanya jangan malas-malasan. Lalu, bagaimana keputusanmu mengenai transplantasi jantung yang dokter sarankan? Kau akan melakukannya?" Hyuga memandang penuh harap kepada sang adiratna yang dirinya inginkan tak kehilangan atmanya.
Hana mengangguk. "Aku sudah memutuskannya. Telah banyak hari yang kulalui dan kini telah kupikirkan ratusan kenangan manis apabila aku mati. Aku ingin hidup, menjadi seorang pemain biola terkenal, pergi main bersama Yui-chan, menonton bioskop dengan Cobra-san, atau bahkan lari pagi lagi dengan kakak bohonganku," balasnya seraya terkekeh untuk mencairkan suasana.
Kakak? Sebatas itukah sang nirmala menganggap kehadirannya? Tak adakah satu ruang di hati Hana untuk dirinya bertahta? Apakah afeksi yang diberi seorang Hino Junpei jauh lebih indah dibanding dirinya? Hyuga memandang miris cakrawala; tak mau perlihatkan ukiran wajah sedih kepada gadis pujaan. Lagipula, sedari dahulu, ia jatuhkan hatinya karena sebuah nuraga.
Selepasnya, sosok mungil itu hilang dari pandangan dengan ajun berjumpa bersama penduduk Mumei Gai. Hyuga ulaskan senyum pilu, sebelum akhirnya beranjak pulang ke rumah. Meskipun pada kenyataan, rahsa cinta pada sang adiratna takkan hilang begitu saja. Hyuga t'lah dibuai manis oleh asmaraloka belaka.
***
Afsun buana memanglah elok ditatap. Dan salah satu mintakat dahayu itu berada pada tempat paling tinggi Mumei Gai. Hana mengetahuinya kala Takeshi mengajaknya ke sana 'tuk bicarakan kesalahpahaman di antara mereka. Hasta karya Sang Pencipta tak bisa dielak indahnya. Sebab sedari tadi adiratna tanpa jeda memuji cakrawala di kala bagaskara mencapai puncak. Takeshi mengulas senyum samar dalam bayangan mentari nan menghangatkan.
Puan menjelaskan dengan tuan yang mendengarkan. "Aku ingin mengatakan bahwa aku tidak pernah mempunyai niatan buruk pada siapapun di Mumei Gai, bahkan di SWORD sekalipun. Dan aku tidak membunuh atau mungkin ikut andil dalam pembunuhan yang Kuryu lakukan kepada Smoky-san. Semua hanya skenario palsu buatan Erika. Dia memang selalu berbohong."
"Jangan dipikirkan lagi. Kau tidak perlu menjelaskan apapun karena kami memahaminya sekarang. Aku di sini mewakili beberapa orang yang sekiranya pernah bersikap buruk padamu untuk minta maaf. Tolong maafkan kami, Kamizono-san," balas Takeshi seraya membungkuk walau langsung Hana hentikan.
"Dengan begini, masalah di antara kita selesai, 'kan?"
Adiratna lalu bergegas pulang karena swastamita sudah tiba. Dan ia sempatkan dulu mengunjungi Itokan Diner di mana biasanya Cobra berada. Senyumnya merekah bagai bunga musim semi tatkala netra menangkap sosok insan terkasih tengah membaca majalah dengan ekspresi seriusnya. Tak berdusta apabila ia berkata bahwa durja sang taruna begitu elok layaknya senja.
Cobra menyadari bila gadisnya telah datang, kemudian saja ia lambaikan tangan; meminta adiratna 'tuk menghampirinya. Hana mengangguk sebelum mendudukkan diri di samping sang tuan. Beberapa manusia di sana hanya udarakan kekehan untuk menanggapi asmaraloka mereka yang entah lucu atau mungkin membosankan. Namun, Hana merasa cukup senang walau hanya duduk di samping sang pemuda. Bahagia itu memang sederhana.
"Junpei-kun, rupanya kau berada di sini! Aiko-chan sudah mencarimu ke mana-mana, tahu!"
Hana spontan mengerutkan kening tatkala mendengar seruan manja dari seorang wanodya bernama Aiko itu. Matanya melirik pelan kepada Cobra yang tampak diam; kebingungan. Lalu saja, Aiko mendekati Cobra dan langsung menghamburkan daksanya kepada sang taruna. Hana memasang ekspresi kesal saat Cobra hanya termangu tanpa menolak pelukan Aiko sama sekali.
Atmosfer di sini entah mengapa terasa berubah. Hana berdeham untuk menyadarkan sang pemuda manakala kedatangan sang wanodya t'lah menjadi tanda tanya bagi semua orang. Namun, Aiko malah semakin eratkan pelukan sampai-sampai membuat dua tangan Hana terkepal kuat. Andaikata boleh, rasanya ia ingin menjauhkan gadis asing ini dari hadapan mereka. Sungguh.
"Aiko-chan, lepaskan dulu. Mereka kebingungan karena kau secara mendadak datang dan memelukku," ucap Cobra seraya melepaskan pelukan Aiko supaya Hana usai berdeham.
"Iraira suru! Aku, 'kan, merindukanmu, Junpei-kun! Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu, dan kalian juga pastinya!"
"Kau Ito Aiko teman sekelas kami semasa SD, 'kan? Aku ingat! Dulu kau sering menangis karena diganggu oleh anak laki-laki dan akhirnya Cobra mengajakmu berteman!" sahut Yamato.
Aiko angkat satu tangan penuh antusias kala taruna bermarga Asahina itu mengingat siapa dirinya. "Ha'i! Ha'i! Syukurlah kalian masih tahu aku! Aku senang sekali karena bisa bertemu dengan Junpei-kun, Yamato-kun, Noboru-kun, dan semua orang yang ada di Sannoh Rengokai! Aku memutuskan pindah ke sini supaya aku bisa sering melihat kalian lagi!" balasnya riang.
Hana bergeming. Tak tahu mengapa ia rasa semua akan hancur berantakan. Kini pikiran tak mampu beranjak pada hal positif. Dalam senandika, Hana harapkan semua 'kan baik-baik saja dan takkan ada hal buruk yang terjadi. Namun, dengan anca, akankah ada harsa di akhir bagi mereka? Lalu, apakah insan pendosa macam dirinya akan mendapatkan sebuah aksama dari Sang Penguasa? Tak ada yang tahu. Karena ringkai cerita mereka belumlah temukan ujungnya; masih ada jalan di sana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᯓ★ ANOTASI satu chapter lagi senandika bakalan tamat. maksudnya buat season pertama udah masuk ke ending. ada tambahan cast baru, ito aiko yang katanya temen sd cobra dan para bestie? ini artinya season baru, masalah baru, guys. terakhir, jangan lupa vote dan komen. see you.